Minggu, Desember 21, 2025

Dokter dan Pentingnya Komunikasi Efektif

Satyakinasih Sekaringtyas
Satyakinasih Sekaringtyas
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
- Advertisement -

Apa yang ada dalam pikiran Anda ketika mendengar kata “dokter”? Apakah langsung terbayang sosok yang melakukan diagnosis dan tindakan medis di fasilitas layanan kesehatan, seperti klinik dan rumah sakit? Dokter memang berperan penting sebagai salah satu tameng utama kesehatan di masyarakat. Namun, menjadi dokter bukan hanya soal meresepkan obat atau melakukan tindakan medis. Seorang dokter memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan pasien melalui komunikasi yang efektif. Komunikasi inilah yang menjadi jembatan antara ilmu kedokteran dan kebutuhan manusiawi pasien.

Ketika berbicara mengenai hubungan antara dokter dan pasien, tujuan komunikasi efektif menjadi lebih spesifik: bagaimana peran dokter dapat membantu pasien memahami kondisinya,  merasa didengarkan, dan percaya bahwa mereka berada di tangan yang tepat. Tujuan tersebut tentunya tidak dapat tercapai tanpa kemampuan olah diri dan sikap empati yang baik.

Dalam wawancara saya bersama Dr. Hanik Badriyah Hidayati, dr, Sp.N, Subsp. NN (K), AIFO-K, atau yang biasa disapa dr. Hanik, beliau menegaskan empat poin utama dalam komunikasi efektif antara dokter dan pasien:

1. Persiapan Klinis untuk Menghasilkan Komunikasi Kredibel

Jauh sebelum pasien melangkah masuk ruang konsultasi, proses komunikasi efektif sesungguhnya sudah dimulai. Seorang dokter harus dapat memahami kasus pasien secara baik dan menyeluruh terlebih dahulu dengan cara meninjau rekam medis, hasil pemeriksaan penunjang, dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan riwayat kondisi pasien. Dr. Hanik menegaskan bahwa ilmu yang memadai mengenai kasus pasien harus dimiliki sebelum bertemu dengan pasien dan melakukan tindakan.

“Sebelum bertemu pasien dan melakukan penanganan medis, kita harus berilmu. Saya biasa belajar dan bersiap sesuai dengan kasus pasien berdasarkan buku dan jurnal, serta mencari obat dan penanganan yang terbaik bagi pasien.” – dr. Hanik.

Mempelajari dan menganalisis hal-hal apa saja yang dapat dilakukan kepada pasien dibutuhkan supaya pasien mendapatkan penanganan yang terbaik. Hal ini dapat dipelajari melalui sumber yang kredibel, termasuk buku ajar dan jurnal ilmiah. Dengan persiapan yang memadai, seorang dokter dapat menyampaikan informasi secara terstruktur dan menyeluruh sehingga menjadi salah satu langkah awal untuk membangun kepercayaan pasien.

2. Membangun Kepercayaan

Ibarat pilar sebuah bangunan, kepercayaan adalah fondasi utama hubungan antara pasien dan dokter. Kepercayaan dapat dibangun dengan menerapkan komunikasi secara jujur dan hangat, serta profesionalisme yang mencerminkan tanggung jawab. Dengan kepercayaan, pasien dapat menerima arahan dari dokter dengan terbuka sehingga proses pengobatan dan penyembuhan berjalan optimal.

3. Membantu Pasien dengan Kekhawatiran Mental Berdamai dengan Diri Sendiri

- Advertisement -

Tidak sedikit pasien yang datang dengan rasa cemas dan takut. Bahkan, beberapa memiliki permasalahan pribadi yang membuat mereka putus asa akan hidupnya. Seorang dokter perlu memahami bahwa kesehatan mental adalah aspek yang penting untuk membawa kesembuhan bagi pasien. Pada tahap ini, sikap empati merupakan hal yang krusial karena dokter harus dapat menunjukkan kepedulian dan rasa aman bagi pasien. Dengan mendengarkan tanpa menghakimi dan memberikan harapan yang realistis, dokter membantu pasien untuk berdamai dengan dirinya sendiri.

4. Menghargai Hak Otonomi Pasien

“Saya menyampaikan apa yang saya anggap baik bagi pasien, tetapi tetap menghormati otonomi pasien dan tidak memaksakan kehendak mereka.” – dr. Hanik.

Pasien adalah individu yang memiliki kuasa atas dirinya sendiri. Seorang dokter tidak boleh memaksakan kehendak atas suatu tindakan karena pasien memiliki hak otonomi, yaitu hak untuk diberi penjelasan, dijaga kerahasiaannya, dibantu dalam pengambilan keputusan, dan untuk menolak ataupun menerima arahan dari dokter setelah diberikan informasi yang lengkap dan terstruktur. Memaksakan tindakan medis kepada pasian justru akan menjadi bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan bentuk pengabaian terhadap sikap profesionalisme.

Melalui keempat poin tersebut, dapat kita simpulkan bahwa komunikasi efektif antara dokter dan pasien merupakan aspek penting untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang tidak hanya berfokus pada penanganan dan pemberian obat, tetapi juga pada proses kesembuhan pasien. Peran dokter untuk melakukan pendekatan kepada pasien secara emosional dan profesional menjadi bentuk tanggung jawab tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal, terutama di Indonesia.

Pustaka

Junaedi, F., & Sukmono, F. G. (2018). Komunikasi Kesehatan: Sebuah Pengantar Komprehensif (1 ed.). Prenadamedia Group.KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. (2006). APLIKASI KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER-PASIEN . Dalam Manual Komunikasi Efektif

Dokter-Pasien (hlm. 11–15).Kwame, A., & Petrucka, P. M. (2021). A literature-based study of patient-centered care and communication in nurse-patient interactions: barriers, facilitators, and the way forward. BMC Nursing, 20(1), 158.

https://doi.org/10.1186/s12912-021-00684-2Undang-undang (UU) Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, LN 2023 (105), TLN (6887): 198 hlm.; jdih.setneg.go.id (2023).

Satyakinasih Sekaringtyas
Satyakinasih Sekaringtyas
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.