Selasa, Desember 2, 2025

Presentasi Tiap Minggu, Metode Belajar atau Lepas Tanggung Jawab

Nazhifatus Salsabila
Nazhifatus Salsabila
aku adalah seorang mahasiswa Universitas Airlangga
- Advertisement -

Beberapa tahun terakhir, perkuliahan di berbagai kampus didominasi oleh pola yang sama, yaitu presentasi kelompok setiap minggu. Dosen cukup duduk, mendengarkan, dan memberi komentar singkat sebagai penutup. Hal ini tampak seperti penerapan metode student centered learning yang mendorong mahasiswa menjadi aktif. Namun, jika praktiknya dilakukan tanpa keseimbangan akan memicu pertanyaan besar: apakah ini benar-benar metode pembelajaran atau bentuk dari lepas tanggung jawab yang disamarkan?

Presentasi memang memiliki manfaat seperti melatik keterampilan berbicara, kerja sama, dan keberanian tampil. Namun jika dilakukan terus-menerus tanpa disertai pengajaran oleh dosen, metode ini justru membuat siswa kehilangan hal penting yaitu pemahaman mendalam mengenai materi. Ketika perkuliahan didominasi presentasi, pengajaran dilakukan oleh mahasiswa yang sama-sama masih belajar, belum matang, bahkan belum tentu memahami materi yang mereka paparkan kepada mahasiswa lain.

Presentasi tiap minggu menciptakan pembelajaran yang dangkal. Mahasiswa lebih sibuk menyiapkan slide presentasi yang rapi dan menarik ketimbang memahami teori secara komprehensif. Mereka membagi tugas, menyalin referensi, dan membacanya kembali di depan kelas. Sementara audiens hanya menjadi pendengar pasif.

Tanpa arahan akademik oleh dosen, kelas berubah menjadi forum membaca slide bersama, bukan ruang untuk memperkaya ilmu. Padahal peran dosen sangat penting di dunia perkuliahan dan tidak dapat digantikan. Dosen adalah sumber pengetahuan, penjelas konsep, dan pengarah alur berpikir, bukan sekadar penilai atau pengamat. Ketika perkuliahan diserahkan seluruhnya kepada mahasiswa tanpa adanya elaborasi oleh dosen, maka inti dari pembelajaran itu hilang. Mahasiswa hanya mendapat ilmu dangkal karena tidak ada figur yang memastikan mereka berada di jalur yang benar. Perlu dipahami bahwa mahasiswa bukan ahli dalam bidang yang mereka tekuni. Mereka masih membutuhkan pengarahan dan teori dari dosen.

Fenomena presentasi berlebihan ini juga menimbulkan dampak emosional. Mahasiswa mengalami kejenuhan karena setiap minggu hanya presentasi atau menilai presentasi kelompok lainnya. Alih-alih diskusi yang mendalam, mereka justru datang dengan rasa bosan karena tahu kegiatannya akan monoton. Bahkan hal ini juga dapat memicu stress karena merasa tujuan kuliah yaitu memahami materi tidak ia dapatkan. Banyak mahasiswa merasa mereka tidak benar-benar belajar. Mereka menyelesaikan presentasi sebagai kewajiban akademik, tetapi pemahaman materinya tidak ada.

Pada akhirnya, pertanyaan yang perlu direnungkan oleh pendidik adalah: apakah mahasiswa benar-benar belajar dari presentasi tersebut? Atau mereka hanya melaksanakan kewajiban?. Metode pembelajaran apapun tidak akan efektif jika dijalankan tanpa keseimbangan. Mahasiswa membutuhkan ruang untuk berlatih, tetapi juga membutuhkan dosen sebagia pembimbing. Tanpa kedua hal tersebut, perkuliahan hanya akan menjadi formalitas bukan proses mencari ilmu.

Nazhifatus Salsabila
Nazhifatus Salsabila
aku adalah seorang mahasiswa Universitas Airlangga
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.