Minggu, November 23, 2025

Menjadi Lelaki Beradab

Muh Gibran
Muh Gibran
MAHASISWA
- Advertisement -

Perempuan tidak diciptakan dari tulang kaki laki-laki, agar tidak dijadikan alas dan direndahkan. Mereka juga tidak diciptakan dari tulang tengkorak laki-laki, agar tidak dijadikan tempat bertengger dan dikuasai.

Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, letaknya di samping hati, dekat dengan lengan, agar disandingkan, dicintai, dan dilindungi. Ini bukan sekadar kisah simbolik, tapi pesan filosofis. Perempuan hadir untuk berjalan sejajar, bukan ditinggikan atau direndahkan.

Namun dalam kenyataan, perempuan terus-menerus menjadi korban ketidakadilan. Mereka dilecehkan, dihina, disalahkan atas kejahatan yang dilakukan terhadap mereka sendiri. Bahkan ketika sudah berpakaian tertutup dan menjaga diri, tetap saja mereka disudutkan.

Kalau berpakaian bisa mencegah pelecehan, maka anak-anak kecil takkan pernah dilecehkan. Tapi nyatanya mereka tetap jadi korban. Ini membuktikan bahwa masalahnya bukan pada tubuh perempuan, tapi pada pikiran pelaku. Bukan pada pakaian korban, tapi pada budaya yang membusuk di kepala masyarakat.

Banyak laki-laki tumbuh tanpa pernah diajarkan untuk menghormati perempuan. Mereka diajari untuk menundukkan, bukan mengerti. Dibiarkan membanggakan dominasi, bukan diajarkan empati. Akibatnya, mereka melihat perempuan bukan sebagai pribadi, melainkan sebagai objek. Fantasi, pelampiasan, benda yang bisa dimiliki.

Budaya patriarki tidak hanya menyakiti perempuan, tapi juga meracuni jiwa laki-laki. Ia mencabut empati, membutakan hati, dan memenjarakan laki-laki dalam standar maskulinitas palsu. Laki-laki diajari bahwa menangis itu lemah, lembut itu tidak jantan, dan menunduk pada perempuan adalah bentuk kekalahan. Padahal sejatinya, menghormati perempuan bukan tanda lemah. Itu tanda manusia yang beradab.

Perempuan adalah penyangga kehidupan. Dari mereka lahir generasi. Dari mereka mengalir nilai, kasih sayang, dan harapan. Mereka memeluk luka dan membangun ketahanan. Dan ketika perempuan dirusak, bukan hanya tubuhnya yang terluka, tetapi juga masa depan yang ia bawa.Merusak perempuan sama saja dengan merusak peradaban. Sebaliknya, menjaga perempuan adalah cara paling nyata untuk menjaga kemanusiaan.

Seks adalah bagian dari manusia. Tapi seks bukan tentang melampiaskan nafsu. Seks adalah kesepakatan, cinta, dan tanggung jawab. Seks yang benar harus lahir dari penghormatan terhadap tubuh dan hati. Tidak ada cinta yang sah jika tubuh direnggut tanpa persetujuan. Tidak ada keintiman yang layak jika lahir dari kuasa, paksaan, atau tipu daya.

Maka kita tidak boleh diam saat perempuan dilecehkan, disalahkan, atau direndahkan. Karena diam adalah bentuk lain dari ikut menyetujui.Karena itu, mendidik anak laki-laki sejak dini adalah keharusan mutlak. Jangan hanya mengajari anak perempuan untuk menutup tubuh, tapi ajari anak laki-laki untuk menundukkan pandangan dan mengangkat martabat. Ajari mereka bahwa perempuan bukan objek, tapi manusia yang sederajat. Bahwa kekuatan laki-laki bukan terletak pada otot, tapi pada etika dan akhlak.

Sudah saatnya kita redefinisi arti lelaki sejati. Lelaki sejati bukan yang keras suara atau tajam tangan. Tapi yang kuat menjaga lisan, menahan pandangan, dan menaruh hormat. Lelaki sejati adalah mereka yang tahu bahwa perempuan bukan untuk ditaklukkan, tapi untuk diajak berjalan bersama. Sebagai sahabat, sebagai pasangan, sebagai kawan dalam membangun dunia yang lebih adil.

Muh Gibran
Muh Gibran
MAHASISWA
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.