Kamis, Oktober 23, 2025

Suara Dari Laut Mediterania, Global Sumud Flotilla

Nabila Nur Kholifah
Nabila Nur Kholifah
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia
- Advertisement -

Global Sumud Flotilla merupakan agenda gerakan kemanusiaan dari berbagai negara yang ditunjukkan untuk warga Palestina yang berada di blockade Gaza. Bantuan kemanusiaan tersebut berupa bantuan bahan pangan dan juga medis. Gerakan ini berisikan para aktivis kemanusiaan dari berbagai negara yang berlayar menuju Gaza untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan tersebut. Namun, dalam pandangan Israel gerakan ini merupakan ancaman dan provokasi.

Gerakan Kemanusiaan yang Dilabeli Ancaman

Bagi Israel, kehadiran Global Sumud Flotilla (GSF) dipandang sebagai ancaman, bukan misi kemanusiaan. Armada bantuan yang membawa logistik untuk warga Gaza dianggap menantang otoritas dan legitimasi blokade yang telah berlangsung lama.

Pelabelan ini menunjukkan bagaimana tindakan kemanusiaan sering dibingkai secara politis untuk mempertahankan dominasi narasi kekuasaan. Padahal, yang sebenarnya ditakuti bukan kekuatan fisik para aktivis, melainkan kekuatan moral yang mereka bawa melalui simbol solidaritas global.

Kapal yang membawa bantuan dianggap berbahaya bukan karena muatannya, melainkan karena pesan kemanusiaannya mampu menggoyahkan citra Israel di mata dunia. Dengan demikian, GSF menjadi contoh nyata bagaimana kemanusiaan dapat dipelintir menjadi ancaman ketika berhadapan dengan kepentingan politik.

Simbol Perlawanan Sipil dan Legitimasi Hukum

Gerakan ini bukan sekadar konvoi kapal, melainkan simbol perlawanan sipil terhadap blokade Israel yang telah berlangsung lebih dari satu dekade. Dengan membawa bantuan kemanusiaan dan aktivis dari berbagai negara, Sumud Flotilla menegaskan bahwa perjuangan rakyat Palestina bukan hanya urusan regional, melainkan isu kemanusiaan universal.

GSF menekankan bahwa misi mereka memiliki dasar yang sah menurut hukum internasional, khususnya pada Konvensi Jenewa, yang memberikan perlindungan terhadap warga sipil yang terlibat dalam operasi kemanusiaan, dan Gaza memiliki kedaulatan penuh atas perairannya. Sehingga setiap upaya yang dilakukan oleh GSF untuk menyalurkan bantuan berada dalam kerangka hukum yang sah. Apa yang pada awalnya di maksudkan sebagai misi  kemanusiaan kemudian malah secara tidak langsung Berakhir menjadi ajang peperangan di laut.

Respons Internasional dan Solidaritas Global

Sejumlah organisasi kemnusiaan dan NGO Internasional, mengecam tindakan Israel yang di anggapa menyalahi prinsip hak asasi manusia. Sementara di Eropa dan Asia, menimbulkan aksi protes yang menuntut pembebasan para aktivis.

Dalam berbagai forum, mulai dari perlemen hingga ruang digital, seruan untuk menghentikan blockade Gaza kembali menggema. Respon global ini bukan sekedar bentuk empati, tetapi juga terhadap opini publik untuk menolak pembenaran atas kekerasan dengan alasan keamanan.

Jadi, dalam hal ini, solidaritas yang tumbuh dari peristiwa ini menjadi pengingat bahwa kemanusiaan masih hidup, bahkan ketika politik berusaha menenggelamkannya.

Perang di Media 

Dihadangnya kapal Flotilla, pada akhirnya memicu perdebatan secara luas di media dunia. Hal ini menimbulkan 2 pandangan. Sebagai tim yang pro-Palestina, kejadian ini merupakan suatu aksi yang berani dan aksi kemanusiaan murni, sedangkan pandangan dari pro-Israel kejadian yang dilakukan dengan landasan asas kemanusiaan merupakan kejadian yang menantang legitimasi Israel atas blockade Gaza.

- Advertisement -

Terjadinya perang narasi dan informasi secara bersamaan mengenai penyanderaan aktivis Global Sumud Flotilla, menjadi senjata yang berbahaya  sama halnya dengan senjata di kapal perang. Dalam beberapa media menyebutkan adanya penyiksaan terhadap para aktivis,  seperti yang terjadi pada Greta Thunberg dan beberapa aktivis lainnya pada awal bulan oktober lalu.

Siapa yang Menguasai Cerita, Dialah yang Menang

Dalam perang narasi,siapa yang paling sering di beritakan dialah yang menang. Hal yang terjadi pada Greta Thunbuerg diborgol oleh otoritas Israel, media tidak hanya sekedar melaporkan peristiwa, sehingga menjadikan publik memilih mana yang harus menjadi pusta perhatian. Melalui hal itu, pembingkaian terhadap penyanderaan Greta Thunberg membawa dunia bertanya, bagaimana mungkin seorang aktivis yang membawa bantuan justru diperlakukan seperti kriminal?

Pertanyaan Greta bahwa dirinya “ditendang dan ditahan” bukan hanya luapan emosi, melainkan pesan politik yang kuat. Di tangan media, kisah itu menjadi alat agenda setting menentukan bahwa yang layak dibahas bukan lagi alasan Israel menjaga perbatasannya, tetapi bagaimana sebuah negara memperlakukan suara kemanusiaan.

Mengembalikan Suara Kemanusiaan

Para aktivis menyadari, dalam perjalanan mereka , mereka bukan hanya melawan dan berlayar menuju Gaza dengan menyampaikan berbagai bantuan kemanusiaan. Bagi para aktivis, perjalanan ke Gaza bukanlah aksi politik, melainkan bentuk perlawanan yang benar-benar murni bersuara untuk melawan moral terhadap kebisuan dunia.

Artinya, kemanusiaan itu tidak boleh tunduk pada kekuasaan dan propaganda. Kini, tantangan yang dihadapi bukan hanya bagi para aktivis di kapal, tapi juga terhadap publik global yang membaca setiap informasi dan berita tentang Global Sumud Flotilla. Gerakan ini memang gagal dalam menembus Blockade Gaza, tetapi para aktivis didalamnya berhasil membongkar persepsi publik mengenai kesdaran global.  Karena setiap pelayaran yang berlayar tapi dihadang, ada pesan yang tetap berlayar  bahwa kemanusiaan tidak bisa diredam oleh kekuasaan.

References

Al Jazeera. (2025, October 1). Israel intercepts Gaza-bound flotilla amid global outcry. Retrieved from https://www.aljazeera.com/news/2025/10/1/israel-intercepts-gaza-sumud-flotilla-vessels-what-we-know-so-far

Hadi, I. B., Kurniawan, E.P., & Irwansyah. (2021). Agenda Setting Dalam Isu-Isu Kontemporer Di Seluruh Dunia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. 3(1). file:///C:/Users/ACER/Downloads/jurnal laporan magang/hedi agenda seting.pdf

Global Sumud Flotilla (2025, September 23). Israel’s Demand To “Dock and Transfer”   Aid is Part Of Its Ongoing Blockade Of Gaza.

Global Sumud Flotilla (2025, October 3). Statement on Mission.

Nabila Nur Kholifah
Nabila Nur Kholifah
Mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan, Indonesia
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.