Sabtu, September 13, 2025

Indeks Pizza Pentagon: Ketika Keju dan Konflik Bertemu

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Tulisan ini mengulas cerita tentang tiga kata: Pentagon, pizza, dan parade. Saat Tiongkok memamerkan kekuatan militernya dalam sebuah parade akbar, sebuah kejadian aneh terjadi di Washington. Menurut laporan, pesanan pizza melonjak drastis di ibu kota Amerika Serikat, terutama di sekitar markas besar militer, Pentagon.

Awalnya, ini mungkin terdengar seperti kebetulan, seperti hari yang sangat lapar bagi para staf Departemen Pertahanan. Namun, para ahli menemukan bahwa ini bukanlah kejadian yang berdiri sendiri. Faktanya, lonjakan pesanan pizza di Pentagon sering terlihat sebelum operasi militer besar, sebelum keputusan penting diambil, dan bahkan saat ketegangan internasional memuncak.

Fenomena yang berulang ini bahkan memiliki nama resminya: Indeks Pizza Pentagon. Pertanyaannya, apakah teori ini benar-benar valid, atau hanya sebuah konspirasi “keju” yang menarik?

Baru-baru ini, perhatian dunia tertuju pada Beijing. Saat Tiongkok menggelar parade militer megah, mengumpulkan lebih dari dua lusin pemimpin asing dan memamerkan kekuatan militer, diplomatik, dan optiknya, sebuah fenomena tak terduga terjadi di belahan dunia lain.

Sementara mata-mata dan analis sibuk mencerna setiap detail parade, di Washington, aroma keju dan pepperoni mulai menyebar. Tepat ketika parade Tiongkok dimulai, pesanan pizza membanjiri Washington, terutama di sekitar Pentagon, jantung pertahanan Amerika Serikat. Analis data mengamati lonjakan pesanan yang luar biasa. Salah satu gerai Domino’s di dekat Pentagon mencatat kenaikan lalu lintas pelanggan hingga empat kali lipat dari biasanya. Tak jauh dari sana, pesanan di Papa John’s melonjak tiga kali lipat.

Para analis dan “detektif internet” dengan cepat mengaitkan lonjakan ini dengan apa yang mereka sebut Indeks Pizza Pentagon. Indikator tidak resmi ini didasarkan pada asumsi sederhana: ketika personel Departemen Pertahanan bekerja keras, lembur, dan terjebak di dalam markas, mereka cenderung memesan makanan cepat saji. Semakin banyak pizza yang dipesan, semakin sibuk dan tegang suasana di Pentagon. Dengan kata lain, indeks ini menjadi cara unik untuk mengukur intensitas kerja dan potensi krisis yang sedang dihadapi.

Meskipun teori ini telah beredar luas, pihak Pentagon sendiri memilih untuk tidak memberikan komentar. Mereka seolah memiliki hal yang jauh lebih penting untuk diurus—seperti gagasan kontroversial Presiden AS, Donald Trump, untuk mengubah nama “Departemen Pertahanan” kembali menjadi “Departemen Perang”. Sebuah usulan yang menuai banyak perdebatan, terutama mengingat rekam jejak militer Amerika Serikat dalam konflik-konflik modern yang tak selalu berujung pada kemenangan mutlak, baik itu di Irak, Afghanistan, maupun medan perang lainnya. Trump berargumen bahwa nama “Departemen Perang” membawa kembali aura kemenangan yang ia yakini telah pudar, meskipun ia tahu betul bahwa perubahan nama semacam ini membutuhkan persetujuan dari Kongres—sebuah proses yang rumit dan panjang.

Terlepas dari perdebatan internal di Washington, harus diakui bahwa Indeks Pizza Pentagon bukanlah sekadar lelucon internet. Walau jauh dari metode ilmiah yang baku, fenomena ini menarik perhatian serius dari berbagai kalangan. Dari analis politik yang mencoba membaca sinyal, hingga insinyur perangkat lunak yang gemar menganalisis data, banyak orang secara serius melacak aktivitas pesanan pizza di sekitar kompleks militer tersebut.

Satu contoh menarik terjadi bulan lalu, ketika pesanan pizza di dekat Pentagon melonjak drastis saat Beijing mengadakan dua kali latihan parade militer. Pola serupa juga terlihat pada bulan Juni lalu. Waktu serangan Israel di Iran adalah rahasia negara, namun hanya satu jam sebelum laporan ledakan di Teheran mulai menyebar, pesanan pizza di sekitar Pentagon meroket tajam. Seolah-olah, ada sinyal diam yang hanya bisa “dibaca” melalui pesanan makanan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa di balik kesibukan para perencana strategis, ada petunjuk yang lebih sederhana namun sama validnya.

Fenomena ini juga bukan hal baru. Pada tahun 1989, pesanan pizza ke Pentagon dilaporkan berlipat ganda tepat sebelum invasi AS ke Panama. Hal yang sama terjadi lagi pada tahun 1991, sebelum Operasi Badai Gurun selama Perang Teluk.

- Advertisement -

Dengan semua bukti anekdot ini, kita jadi bertanya-tanya: apakah ini hanya kebetulan atau sebuah “clairvoyance” yang disembunyikan dalam wujud pizza calzone? Bisakah pesanan pizza benar-benar memprediksi aksi militer? Meskipun para profesional biasanya mengandalkan citra satelit, komunikasi yang dicegat, atau analisis AI, bagi sebagian orang, petunjuk paling panas terkadang datang dengan taburan keju di atasnya.

Tidak lama setelah kejadian itu, hal serupa terulang kembali. Pizzerias di sekitar Pentagon mengalami lonjakan pesanan yang luar biasa. Kurang dari satu jam kemudian, dunia dikejutkan oleh pengumuman Presiden Trump bahwa Amerika Serikat telah menyerang tiga situs nuklir di Iran. Fenomena ini juga terjadi tahun sebelumnya, saat toko pizza di dekat Pentagon ramai pesanan selama serangan rudal Israel terhadap Iran pada tahun 2024.

Ini bukan hanya tren modern. Sejarah mencatat pola yang sama. Pada tahun 1989, pengiriman pizza ke Pentagon dilaporkan meningkat dua kali lipat, sesaat sebelum invasi AS ke Panama. Lonjakan serupa kembali terjadi pada tahun 1991, sebelum dimulainya Operasi Badai Gurun selama Perang Teluk.

Dengan semua bukti ini, muncul pertanyaan besar: Apakah ini sekadar kebetulan, atau ada semacam ramalan yang “terkode” dalam setiap kotak pizza yang dikirim? Mungkinkah pesanan pizza di Pentagon benar-benar menjadi indikator rahasia yang bisa memprediksi aksi militer? Bagi banyak orang, ide ini terdengar mengada-ada. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik biasanya mengandalkan teknologi canggih seperti citra satelit, penyadapan komunikasi, atau analisis kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi langkah lawan. Namun, jika Anda menyukai konspirasi yang ringan dan penuh kejutan, maka seperti banyak analis di seluruh dunia, ikuti saja pizza, karena terkadang petunjuk paling penting datang dalam wujud keju lezat.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.