Sudah tidak asing lagi dengan beredarnya berita bullying yang beredar dimana-mana dimana hal tersebut menjadi masalah serius di Indonesia (KPAI, 2023). Bullying merupakan suatu tindakan kekerasan baik verbal, fisik, atau emosional yang dilakukan dengan sengaja.
Tindakan bullying yang kerap kali terjadi, seperti mendorong, memukul, menindas, ancaman. Akan tetapi, kasus tersebut hanya dianggap masalah sepele “Itu cuman candaan”, atau “Gitu aja baper”, sering terdengar. Padahal tindakan tersebut bisa menimbulkan trauma mendalam, berakibat gangguan mental hingga menghancurkan masa depan korban (KPAI, 2023). Bullying tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat, namun bisa terjadi di jenjang pendidikan maupun di perguruan tinggi.
Mengapa kasus bullying terus meningkat?
Zaman sekarang, tepatnya di lingkungan sekolah ada istilah “Geng” Atau “Sirkel” merujuk pada lingkungan pergaulan yang membedakan kedudukan anak. Kedudukannya berupa lemah dan kuat, yang kuat kerap kali mendominasi, karena beranggapan pangkat nya lebih tinggi dibanding yang lemah. Cara berpenampilan menjadi perhatian dari cara berpakaian, memakai aksesoris yang berlebihan membuat dirinya lebih keren dibanding dengan yang lainnya. Mereka beranggapan nilai seseorang ditentukan dari penampilan serta dengan gaya hidup, padahal nilai seseorang dinilai dari tingkah laku diri sendiri.
Penyebab kedua, antara lain kurangnya pendidikan tentang rasa empati dan simpati. Pengertian empati sendiri adalah kemampuan memahami perasaan orang lain sedangkan simpati adalah perasaan turut merasakan apa yang dialami orang lain. Di sekolah cenderung diajarkan belajar tentang cara menghitung, jarang ditemukan sekolah yang mengajarkan cara menghargai orang lain. Ujung-ujungnya perilaku tersebut dapat melukai perasaan seseorang hingga meninggalkan trauma mendalam bagi korban. Tindakan yang biasa ditemui, yaitu mengejek/merendahkan orang lain, cuek, mengucilkan teman dari pergaulan.
Kurang perhatian dari orang tua menjadi sorotan publik dimana anak merasa kesepian dan tidak berharga, tidak ada teman bicara dari situ anak terbiasa main media sosial sampai tidak ingat waktu hingga terjerat pergaulan bebas. Hal ini menjadi masalah serius, karena seharusnya pergaulan dapat memberikan dampak positif, seperti menambah relasi pertemanan dan berbagai pengalaman menarik.
Menurut pandangan saya, akar penyebab munculnya perilaku bullying berasal dari kurangnya perhatian orang tua. Banyak orang tua sibuk dengan pekerjaan hingga lupa dengan waktu luang bersama keluarga. Padahal momen tersebut sangat berarti, karena bisa saling ngobrol santai hingga saling mendengarkan pendapat satu sama lain. Jika anak terbiasa sendiri tidak ada teman curhat, muncul perasaan kesepian, tetapi bingung mau melampiaskan kemana.
Alhasil, mulailah menggunakan handphone melihat berbagai jenis konten, tetapi tidak semua konten itu pantas untuk dipertontonkan. Dari situ bisa saja muncul konten negatif perilaku yang tidak selayaknya ditonton anak dibawah umur, seperti aksi mendorong, memukul, mengejek dengan kata-kata kasar. Cepat atau lambat perilaku tersebut dibawa ke dunia nyata bisa di lingkungan sekitar maupun di sekolahan. Tidak hanya melalui media sosial,game online juga memiliki pengaruh yang kuat, seperti main bareng sama orang lain salah dikit keluar kata-kata kasar sehingga kita awalnya hanya mendengar saja lama kelamaan kata-kata tersebut menempel di kepala hingga diterapkan ketika berinteraksi dengan teman-temannya.
Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga, saya merasa fenomena ini penting untuk ditangani agar kasusnya tidak meningkat tiap tahunnya. Mahasiswa dapat menunjukkan rasa empati dan simpati terhadap sesama tanpa membedakan latar belakang dan kondisi fisiknya. Aksi nyata yang dapat mahasiswa lakukan dengan mengadakan seminar tentang bahaya bullying baik di lingkungan universitas maupun di lingkungan masyarakat,membentuk komunitas anti bullying dan membuat konten tentang bahaya bullying.
Dengan itu, masalah bullying dapat diatasi dengan efektif karena pencegahan bukan hanya pengetahuan, tetapi langsung diimplementasikan melalui aksi nyata. Dengan diadakannya seminar akan meningkatkan pemahaman di kalangan masyarakat maupun universitas tentang efeknya terhadap kondisi mental dan kehidupan sosial. Keberadaan komunitas anti bullying menyediakan platform untuk memberikan motivasi dan strategi penyelesaian masalah dengan tepat.
Tidak hanya itu, media sosial juga memiliki peran penting sebagai sarana kampanye di era modern saat ini. Membagikan konten edukasi, cerita nyata korban dapat menginspirasi masyarakat. Melalui pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya rasa kepedulian dan menghormati dengan sesama. Diharapkan lingkungan pendidikan menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk semua kalangan masyarakat.