Minggu, Juni 8, 2025

Ketika Kepercayaan pada AS Memudar

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Meskipun tarif perdagangan ditangguhkan, riak ketidakpastian terus mengguncang dunia bisnis. Pepatah lama berbisik benar: kekacauan adalah musuh utama stabilitas, dan dalam waktu dekat, reputasi ‘Merek Amerika’ yang kokoh bisa mulai retak.

Amerika Serikat, sang benteng kestabilan ekonomi global, telah lama menjadi simbol kepercayaan. Dolar AS, raja mata uang dunia; obligasi pemerintah AS, jaminan investasi terpercaya; dan Federal Reserve, brankas emas internasional. Sejak Perang Dunia II, arsitektur keuangan dunia telah dirancang dengan kokoh oleh kekuatan militer dan ekonomi AS.

Namun, fondasi tersebut mulai bergetar. Tanda-tanda keresahan muncul, dengan Jerman mempertimbangkan langkah berani: memulangkan cadangan emas mereka dari tanah Amerika. Setiap negara memahami pentingnya memiliki cadangan emas, penjamin stabilitas di masa sulit. Sebagian dari kekayaan berharga ini disimpan di pusat keuangan dunia, London dan New York, untuk kemudahan transaksi dan keamanan. Namun, di balik itu, tersimpan kekhawatiran yang mendalam. Bayangkan jika negara Anda diserang, brankas emas jatuh ke tangan musuh, sumber daya vital lenyap. Inilah alasan di balik tersebarnya simpanan emas di berbagai belahan dunia.

Jerman, sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia, memiliki cadangan emas yang mencengangkan, mencapai sekitar 3.300 ton. Dari jumlah tersebut, sebuah proporsi signifikan, yaitu 1.200 ton, dengan aman tersimpan di tanah Amerika Serikat. Namun, gelombang ketidakpercayaan mulai menyebar di kalangan pemimpin Jerman, termasuk mantan pejabat tinggi negara tersebut. Mereka mendesak agar emas berharga itu dipulangkan, atau setidaknya diperiksa secara cermat. Motivasi di balik tuntutan ini adalah keraguan yang mendalam terhadap kredibilitas Donald Trump.

Bayangkan skenario yang mengkhawatirkan: pemerintah Amerika Serikat, dengan kekuatan tak tertandingi, memutuskan untuk menyita emas yang disimpan di wilayah mereka. Apa respons Jerman? Akankah mereka mengerahkan pasukan ke New York untuk merebut kembali aset berharga mereka? Meskipun terdengar seperti alur cerita film thriller, ketakutan ini nyata bagi para pembuat kebijakan Jerman. Mereka memilih untuk berhati-hati, untuk mengamankan aset nasional mereka dari potensi risiko yang tidak terduga. Keyakinan bahwa ‘lebih baik aman daripada menyesal’ mengakar kuat dalam pengambilan keputusan mereka. Dan bukan hanya Jerman yang merasa gelisah. Spektrum kekhawatiran ini mungkin juga dirasakan oleh negara-negara lain di seluruh dunia.

Ambil contoh India. Negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat ini juga telah mengambil langkah proaktif untuk mengamankan cadangan emasnya. New Delhi, yang memiliki simpanan emas di pusat-pusat keuangan global seperti London, New York, dan Basel, Swiss, telah melakukan repatriasi emas secara signifikan. Dalam dua tahun terakhir saja, hampir 200 ton emas India telah dipindahkan kembali ke tanah air. Namun, alasan India berbeda dengan Jerman. Bank Sentral India, dilandasi oleh keyakinan yang kuat terhadap lintasan ekonomi domestik, memilih untuk memulangkan emas sebagai langkah strategis. Ini adalah perwujudan dari kepercayaan diri ekonomi yang sedang tumbuh.

Di tengah dinamika global yang terus berubah, Donald Trump menghadirkan dimensi yang krusial: pertanyaan tentang kepercayaan. Dalam lanskap keuangan internasional yang kompleks, bisakah Amerika Serikat tetap dipercaya sebagai penjaga aset berharga seperti emas? Pertanyaan ini, meskipun tampaknya sederhana, menggema dalam diskusi-diskusi di balik pintu tertutup di ibu kota keuangan dunia.

Meskipun saat ini belum ada gerakan global yang terorganisir untuk merelokasi emas dari Amerika Serikat, perdebatan yang sedang berlangsung ini sendiri merupakan narasi yang kuat. Ini adalah cerminan dari erosi kepercayaan yang mengkhawatirkan. Lihat saja dolar AS, yang pernah menjadi raja tak terbantahkan dari cadangan global. Pada tahun 2000, hampir 70% cadangan mata uang dunia disimpan dalam dolar AS. Namun, dalam dua dekade terakhir, angka itu telah menyusut menjadi 57%. Ini adalah sinyal bahwa negara-negara lain mencari alternatif, mendiversifikasi portofolio mereka untuk mengurangi ketergantungan pada dolar.

Tren yang sama terlihat dalam pasar obligasi pemerintah AS. Obligasi ini secara historis dianggap sebagai investasi yang sangat aman, tempat berlindung bagi investor di tengah ketidakpastian. Namun, minggu ini, di tengah kekacauan pasar global, sebuah fenomena yang mengkhawatirkan terjadi: investor justru menjual obligasi AS. Mengapa? Jawabannya terletak pada erosi kepercayaan yang sama. Kepercayaan pada stabilitas dan kredibilitas Amerika Serikat sebagai pilar keuangan global sedang diuji. Ini bukan sekadar angka di grafik, tetapi refleksi dari pergeseran mendasar dalam persepsi global.

Dalam introspeksi yang mendalam, Amerika Serikat harus mengakui peran mereka sendiri dalam erosi kepercayaan global ini. Mereka adalah arsitek dari tatanan keuangan internasional pasca-Perang Dunia Kedua, sistem yang menempatkan mereka sebagai pusat gravitasi. Mengingat kemenangan mereka dalam perang dan ketiadaan kekuatan tandingan pada saat itu, langkah ini dapat dipahami. Namun, menjadi pusat kekuatan global membawa tanggung jawab yang sangat besar: memelihara kepercayaan dengan integritas yang tak tergoyahkan.

- Advertisement -

Di sinilah Amerika Serikat, sayangnya, gagal. Mereka mempolitisasi layanan keuangan global, mengubah dominasi dolar menjadi senjata untuk mencapai tujuan strategis mereka. Akibatnya, negara-negara lain, yang merasa hak mereka terancam, mulai melawan. Langkah-langkah ini, yang awalnya mungkin tampak menguntungkan Amerika Serikat dalam jangka pendek, telah menciptakan retakan dalam fondasi kepercayaan global.

Dan kemudian datanglah Donald Trump, yang tindakannya mempercepat disintegrasi kepercayaan ini. Sampai saat ini, hanya negara-negara yang secara terbuka bersaing dengan Amerika Serikat yang mencari alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada sistem yang didominasi AS. Namun, sekarang, bahkan sekutu setia seperti Jerman pun mulai mempertimbangkan opsi lain.

Saat ini, pembicaraan ini masih dalam tahap awal. Tetapi, jika percikan api ini berubah menjadi api yang berkobar, ini bisa menandai babak baru dalam sejarah keuangan global. Ini bisa menandai akhir dari dominasi keuangan Amerika Serikat, sebuah tatanan yang telah membentuk dunia kita selama beberapa dekade.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.