Sabtu, Desember 21, 2024

Konflik China-Taiwan dan Peran Amerika Serikat

Daffa Perkasa
Daffa Perkasa
English Literature Graduate Students who are interested in Culture, Politics, and Linguistics.
- Advertisement -

Konflik yang terjadi antara China & Taiwan kian memanas dari hari ke hari, Xi Jinping selaku presiden China menekankan kembali ideologi One China Policy dengan mencegah kemerdekaan yang dilakukan oleh Taiwan.

Amerika serikat selaku pihak yang kontra dengan China, mengambil sikap dengan membantu Taiwan melalui militer dengan menjadi pemasok persenjataan yang bertujuan untuk memperkuat mereka secara militer, karena kedua negara tersebut memiliki hubungan bilateral yang erat.

Selain itu hal tersebut dilakukan agar proses kemerdekaan yang diperjuangkan oleh Taiwan dapat berhasil. Namun, dengan ini tentunya China tak tinggal diam, Xi Jinping selaku pemimpin tertinggi China mewanti-wanti Amerika Serikat agar tak ikut andil dalam konfliknya dengan Taiwan.

Secara historis, semenjak perang dunia ke -1 hingga saat ini, RRC (Republik Rakyat China) memiliki kekuasaan hingga meliputi negara Taiwan. Meskipun disebut “negara”, akan tetapi Taiwan belum keluar dari kekuasaan Tiongkok secara kedaulatan dan wilayah, sehingga masih termasuk dalam jajaran sebuah provinsi.

Untuk itu, alasan mengapa Taiwan ingin memisahkan diri dari China tidak hanya dikarenakan faktor sejarah yang kelam dengan China, akan tetapi campur tangan atau intervensi dari amerika serikat juga memiliki pengaruh yang menyebabkan Taiwan hingga saat ini masih ingin meimisahkan diri dari China.

Dalam sudut pandang China, Amerika Serikat merupakan lawan dalam hal Ideologi, yakni Komunis dan Liberalis. Diluar konteks konflik antara China-Taiwan, hubungan antara China-Amerika Serikat secara resmi diupayakan koordinasi, kerja sama dan stabilitas oleh pemerintah China, guna membentuk persaingan yang kompetitif antara dua negara ini. Meskipun seperti itu, dalam konteks konflik China-Taiwan, pihak China sangat sensitif terhadap perilaku intervensi Amerika Serikat dalam “bantuan” secara militer terhadap Taiwan.

Perlu diketahui bahwasanya sikap amerika serikat dalam bantuannya terhadap Taiwan bukanlah tanpa alasan. Menurut Taiwan Relations Act 1979, tindakan oleh AS ini merupakan upaya dalam membantu Taiwan jika terjadi konflik terbuka. Selain daripada itu, Taiwan juga meminta bantuan dari Australia, selain karena sekutu, hal tersebut juga sebagai upaya untuk meningkatkan aspek keamanan dan intelejensi. Sehingga, membuat China berfikir dua kali sebelum mendaratkan serangan ke Taiwan.

Dengan berlakunya Taiwan Relations Act (TRA) sejak 1979, intervensi AS ini mengganggu upaya China dalam menganalisa Taiwan dari aspek wilayah teritorialnya. Dukungan dari AS dalam bidang milter tidak hanya sebagai pemasok senjata saja, akan tetapi pemerintahan AS mengirimkan sejumlah prajurit militernya guna berlatih bersama dengan militer Taiwan. Sedikitnya, 26 personel AS dan pasukan pedukung berlatih bersama dengan pasukan darat Taiwan, sementara angkatan laut berlatih di kapal latihan kecil.

Kepentingan politik, ekonomi, militer

Namun, jika ditelaah lebih dalam, upaya AS dalam membantu Taiwan ini dilandasi dengan adanya kepentingan politik dan ekonomi pada kawasan Asia-Pasifik. Terkhususnya, sektor industri dan perdagangan yang memiliki prospek ekonomi jangka menengah dan panjang di Asia-Pasifik. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor yakni demografi, pertumbuhan produktivitas, dan kebangkitan ekonomi digital, karena beberapa hal tersebut sejalan dengan arus globalisasi yang semakin mengedepankan aspek teknologi yang diintegrasikan dengan ekonomi.

Selain itu, Taiwan sendiri merupakan negara yang diakui secara de facto (sementara) oleh 23 negara. Pengakuan ini tidak terlepas dari keberadaan Taiwan sebagai negara dengan kekuatan ekonomi yang patut diperhitungkan, karena merupakan gerbang dalam masuknya para investor selain hongkong dan singapura. Fakta lainnya, Taiwan juga tetap melakukan kerja sama dagang dan ekonomi dengan beberapa negara besar di Uni Eropa dan Asia Pasifik, yang menariknya tanpa menuntut bahkan meminta untuk diakui kedaulatannya terhadap negara-negara tersebut.

- Advertisement -

Maka dari itu, respon-respon AS dalam konflik antara China-Taiwan merupakan hal yang patut untuk disimak secara mendalam, adanya kepentingan ekonomi dalam hal ini memiliki potensi keuntungan oleh AS dan sekutunya. Pemerintah AS telah mengeluarkan statement perihal konflik China-Taiwan lewat Joe Biden dalam sesi wawancara ia mengemukakan jika AS akan membantu dan mempertahankan kepentingan sekutu-sekutunya, tidak saja negara-negara anggota NATO di Eropa, tetapi juga sekutu-sekutunya di Asia Pasifik, yakni Korea Selatan, Jepang, dan Taiwan.

Pada tahun 2020, AS menyetujui proyek penjualan senjata ke Taiwan dengan nilai USD 5,1 miliar, atau sekitar 76,5 triliun rupiah. Dalam sikapnya mendukung Taiwan, AS telah melakukan upaya-upaya dalam mendukung Taiwan, seperti mengadakan latihan militer bersama, menyuplai persenjataan, dan mereka tentunya melakukan hal-hal tersebut karena masih diberlakukannya Taiwan Relations Acts oleh AS, yang di dalam kebijakan tersebut mencakup hubungan keamanan. Bahkan, joe biden pun siap jika sewaktu-waktu Taiwan diserang oleh China. Sikap AS yang tidak berubah dan cenderung mendukung Taiwan menimbulkan reaksi negatif dari China.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa masing-masing pihak memiliki kepentingan dalam menyikapi persoalan yang terjadi di kawasan. Hal tersebut bisa saja dipahami dalam kerangka kepentingan nasional masing-masing 10 negara.

AS, sebagai rival China dan juga negara yang berkepentingan di Asia-Pasifik, melihat kasus Taiwan tidak berdiri sendiri, tidak sematamata sebagai persoalan internal China, tetapi juga harus dilihat dalam konteks kepentingan AS di kawasan, antara lain menyangkut kepentingan ekonomi. Oleh karena itu, dalam perspektif AS, untuk mengamankan kepentingan AS, mau tidak mau AS harus terlibat dalam persoalan Taiwan dengan China. Sebaliknya, China tetap berupaya tidak menggeser persoalan Taiwan menjadi isu eksternal, dan kembali menegaskan bahwa persoalan Taiwan adalah urusan dalam negeri China.

Referensi

Hidriyah, S. (2021). KONFLIK CHINA-TAIWAN DAN RESPON AMERIKA SERIKAT. Bidang Hubungan Internasional INFO SINGKAT Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis , 6.

Iswara, A. J. (2022). Ini Sejarah dan Alasan Kenapa China dan Taiwan Bermusuhan. Jakarta: Nextren.

Jannnah, A. Z. (2022). Mengulik Sejarah Konflik China-Taiwan dan Intervensi Amerika Serikat. Tangerang Selatan: Heylaw Edu.

Jie, D. (2020 https://doi.org/10.1007/s42533-020-00059-3). The emerging ideological security dilemma between China and the U.S. China International Strategy Review, 184-196.

Daffa Perkasa
Daffa Perkasa
English Literature Graduate Students who are interested in Culture, Politics, and Linguistics.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.