Kamis, Mei 2, 2024

Potensi Kecerdasan Buatan dengan Pendekatan Inklusif

Sari Kumala
Sari Kumala
Nama saya Sari Kumala. Umur 44 tahun. Seorang istri dengan 3 orang anak. Bekerja sebagai administrator Pen Management, sebuah lembaga penelitian humaniora. Saya menetap di Makassar.

Dalam era modern ini, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) telah menjadi topik yang semakin dominan dalam pembicaraan sehari-hari. Teknologi ini telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, mulai dari industri hingga bidang pelayanan. Namun, seiring dengan perkembangannya, muncul pertanyaan tentang bagaimana kehadiran kecerdasan buatan ini mempengaruhi peran dan kehidupan manusia secara keseluruhan.

Berdasarkan survei yang dilakukan di Yale CEO Summit, banyak pemimpin bisnis yang sangat khawatir bahwa kecerdasan buatan atau AI akan menimbulkan ancaman eksistensial bagi umat manusia dalam waktu dekat.

Sebanyak 42 persen Chief Executive Officer (CEO) yang disurvei mengungkapkan kekhawatiran bahwa AI berpotensi menghancurkan umat manusia dalam 5-10 tahun mendatang. Namun, terdapat perbedaan pandangan di antara para pemimpin bisnis tersebut. Sebanyak 34 persen CEO mengatakan bahwa AI berpotensi menghancurkan umat manusia dalam sepuluh tahun, sedangkan 8 persen mengatakan bahwa hal tersebut dapat terjadi dalam lima tahun. Di sisi lain, 58 persen responden menyatakan bahwa mereka tidak khawatir AI akan menghancurkan umat manusia dan mereka percaya bahwa hal tersebut tidak akan pernah terjadi. (Kompas.com)

Kekhawatiran yang diungkapkan oleh sejumlah pemimpin bisnis tersebut yakni dampak buruk penerapan teknologi kecerdasan buatan sebenarnya dapat diantisipasi. Salah satu masalah yang muncul adalah hilangnya atau berkurangnya peran langsung manusia oleh AI. Misalnya, dalam industri manufaktur, mesin-mesin cerdas dapat menggantikan pekerja manusia dalam tugas-tugas yang rutin dan berulang. Hal ini dapat mengakibatkan pengangguran dan mereduksi interaksi manusia secara langsung.

Selain itu, terdapat juga kekhawatiran tentang hilangnya atau berkurangnya profesi atau pekerjaan akibat kemajuan AI. Seiring dengan kemampuan AI yang semakin canggih, beberapa pekerjaan manusia dapat terancam. Pekerjaan yang bersifat rutin dan dapat diotomatiskan memiliki risiko tinggi untuk digantikan oleh teknologi AI.

Namun, penting untuk memahami bahwa teknologi AI bukanlah pengganti manusia, melainkan alat yang dapat bekerja sama dengan manusia. Kolaborasi antara teknologi AI dan manusia dapat menciptakan nilai tambah yang signifikan. Manusia memiliki kelebihan seperti kreativitas, pemahaman konteks, dan empati yang tidak dapat ditingkatkan oleh AI. Dengan memanfaatkan kekuatan keduanya, kita dapat menciptakan solusi yang lebih baik dan mendorong kemajuan.

Selain itu, perlu ada perhatian yang serius terhadap etika penggunaan teknologi AI. Pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan harus didasarkan pada prinsip-prinsip etika yang kuat. Penting untuk menghindari penyalahgunaan teknologi AI yang dapat mengancam privasi, kebebasan individu, dan kesetaraan. Dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi AI, pemerintah perlu menghadirkan regulasi yang jelas untuk memastikan bahwa AI digunakan untuk kepentingan manusia dan tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.

Selain itu, penting untuk memastikan bahwa teknologi AI dirancang dengan transparansi dan akuntabilitas. Keputusan yang diambil oleh sistem AI harus dapat dipahami dan dijelaskan oleh manusia. Hal ini memungkinkan adanya tanggung jawab dan pemahaman yang lebih baik terhadap konsekuensi dari keputusan yang diambil oleh sistem AI.

Dalam menanggapi perkembangan kecerdasan buatan, manusia juga perlu mengadopsi pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan. Pelatihan dan pengembangan keterampilan yang relevan dengan perkembangan teknologi AI harus diberikan kepada individu-individu yang terdampak oleh perubahan tersebut. Dengan memastikan bahwa manusia memiliki keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk beradaptasi dengan era kecerdasan buatan, kita dapat meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh dari teknologi ini.

Perkembangan kecerdasan buatan telah membawa perubahan signifikan dalam kehidupan manusia. Namun, kita perlu mempertimbangkan dampak sosial, ekonomi, dan etika dari penerapan teknologi AI. Kolaborasi antara teknologi AI dan manusia dapat menciptakan kemajuan yang luar biasa, asalkan ada regulasi yang tepat dan prinsip etika yang kuat. Dengan mengurangi penyalahgunaan teknologi AI dan memastikan inklusi serta keberlanjutan, kita dapat mencapai peradaban manusia yang maju dan beradab di era kecerdasan buatan.

Untuk mencapai visi tersebut, ada beberapa langkah yang dapat diambil. Pertama, pemerintah dan lembaga terkait perlu mengembangkan kebijakan dan regulasi yang berfokus pada etika penggunaan AI. Hal ini meliputi pembatasan penggunaan AI dalam hal yang melanggar privasi individu, kebebasan, dan kesetaraan. Selain itu, perlu ada mekanisme pengawasan yang efektif untuk memastikan implementasi yang tepat.

Kedua, perusahaan dan organisasi yang mengembangkan dan menggunakan teknologi AI perlu mengadopsi pendekatan transparan dalam pengembangan dan penggunaan AI. Mereka harus menyediakan informasi yang jelas tentang bagaimana AI bekerja, bagaimana data dikumpulkan dan digunakan, serta bagaimana keputusan diambil. Ini akan membantu membangun kepercayaan masyarakat terhadap teknologi AI.

Ketiga, pendidikan dan pelatihan harus menjadi fokus utama dalam menghadapi era kecerdasan buatan. Perubahan yang cepat dalam teknologi AI membutuhkan masyarakat untuk terus mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan. Pelatihan dan pendidikan harus diberikan kepada individu-individu yang terdampak oleh perubahan tersebut, termasuk pekerja yang pekerjaannya rentan terhadap otomatisasi. Ini akan membantu mereka untuk beradaptasi dengan perubahan dan memanfaatkan teknologi AI sebagai alat bantu dalam pekerjaan mereka.

Keempat, kolaborasi antara manusia dan AI harus ditingkatkan. AI dapat menjadi mitra yang kuat dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi manusia tetap memiliki peran yang tak tergantikan dalam hal kreativitas, inovasi, dan pemahaman konteks. Melalui kerjasama yang baik antara manusia dan AI, kita dapat mencapai hasil yang lebih baik dan mendorong kemajuan dalam berbagai bidang.

Kelima, penting untuk terus mendorong penelitian dan pengembangan AI yang berfokus pada kepentingan manusia. Hal ini meliputi mengembangkan sistem AI yang dapat menghadirkan solusi untuk masalah-masalah sosial, kesehatan, lingkungan, dan kemiskinan. Penggunaan AI untuk kebaikan masyarakat harus menjadi prioritas utama dalam pengembangan teknologi ini.

Terakhir, kesadaran masyarakat tentang kecerdasan buatan perlu ditingkatkan. Informasi yang jelas dan mudah dipahami tentang kecerdasan buatan harus disampaikan kepada masyarakat secara luas. Ini akan membantu menghilangkan ketakutan dan ketidaktahuan yang mungkin muncul sehubungan dengan AI, serta mempromosikan diskusi yang sehat dan konstruktif tentang implikasi dan penggunaan teknologi ini.

Dalam kesimpulan, perkembangan kecerdasan buatan telah membawa dampak yang signifikan dalam kehidupan manusia. Untuk memanfaatkan potensi positif dari teknologi AI dan menghindari dampak negatif yang tidak diinginkan, penting bagi kita untuk mengadopsi pendekatan yang inklusif, berkelanjutan, dan beretika.*

Sari Kumala
Sari Kumala
Nama saya Sari Kumala. Umur 44 tahun. Seorang istri dengan 3 orang anak. Bekerja sebagai administrator Pen Management, sebuah lembaga penelitian humaniora. Saya menetap di Makassar.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.