Kamis, April 25, 2024

HUTRI72 – Merawat Kemerdekaan Sesungguhnya

Hari Subarkah
Hari Subarkah
Saat ini menjadi pemerhati dan praktisi pelestarian biodiversitas, pengelolaan lahan tingkat bentang alam dan perubahan iklim.

Merdeka sesungguhnya adalah berdaulat atas bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Tanah air warisan nenek moyang, sekaligus titipan generasi mendatang. Tanah air ulayat, dimana budaya Indonesia tumbuh dan berkembang. Dari sanalah Indonesia dibangun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dijalankan dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan kemandirian. Hasilnya digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.

Merdeka sesungguhnya adalah rakyat sejahtera karena terjaminnya setiap warga negara atas pendidikan. Tempat dimana warga negara belajar tentang meningkatkan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, seni, budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencerdaskan kehidupan dan persatuan bangsa. Hasilnya adalah peradaban tinggi dan terjaganya nilai luhur bangsa. Untuk memastikannya, negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN.

Merdeka sesungguhnya adalah terbentuk masyarakat terdidik sehingga tidak ada lagi fakir miskin yang dipelihara negara. Semua warga negara terjamin pekerjaan dan penghidupan yang layak.  Agar tercapai, tersedia fasilitas pendidikan dasar hingga tinggi yang menjamin setiap orang mengembangkan bakat dan keahliannya. Tersedia fasilitas kesehatan untuk memastikan setiap usaha dilakukan dalam dan untuk kondisi sehat jasmani dan rohani. Tersedia fasilitas umum lainnya yang mudah diakses setiap warga negara biasa dan berkebutuhan khusus. Semua dibiayai negara. Dengan demikian, terbentuk masyarakat kuat dan bermartabat kemanusiaan.

Merdeka sesungguhnya adalah kedudukan martabat kemanusiaan yang sama di depan hukum. Tak peduli kaya, miskin, pejabat, politikus, agamawan, pengusaha, pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, seniman, tua dan muda. Dari situlah, semua warga negara merasa sama rata, sama rasa, sebagai warga negara yang dilindungi aturan perundangan. Keadilan adalah prinsip dasar aturan yang ada dari setiap penyelesaian permasalahan. Tidak ada lagi keputusan hukum yang didasari relasi, kuasa dan uang, karena akan merusak prinsip dasar hukum yang berkeadilan.

Merdeka sesungguhnya adalah tercapai keadilan karena diakuinya hak-hak asasi warga negara untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya. Hak dasar hidup, tumbuh dan berkembang, layaknya manusia beradab. Hak dasar atas tanah dan airnya, hak dasar atas pendidikan, hak dasar beragama, hak dasar perlindungan hukum, hak dasar atas penghidupan yang layak, dan hak dasar lainnya. Tak seorang pun boleh mengambilnya tanpa persetujuan pemiliknya dan disetujui negara. Hak dasar inilah yang menjamin kedaulatan setiap individu warga negara.

Merdeka sesungguhnya adalah terjaminnya kedaulatan setiap individu untuk memeluk agama dan beribadah menurut keyakinannya. Tak masalah berbeda agama dengan tetangga sebelah, sejawat di kantor, teman di sekolah, rekanan bisnis, atau apapun. Cukuplah saling menghormati dan bertoleransi. Biarlah itu semua menjadi pertanggungjawaban setiap individu dengan Tuhannya.

Merdeka sesungguhnya adalah amanat UUD 1945 sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Belum sepenuhnya tercapai, memang. Masih butuh kerja keras dan jalan panjang mewujudkannya. Tak mengapa. Layak untuk diperjuangkan. Kalaupun bukan kita di masa sekarang yang menikmati, akan menjadi warisan anak, cucu dan generasi mendatang.

Lalu, bagaimanakah merawat kemerdekaan?

Merawat kemerdekaan adalah memilih Presiden, anggota DPR/D atau Kepala Daerah dengan suka cita. Tidak ada caci maki, membuli, apalagi didasari iri dan dengki. Semua memiliki hak yang sama sebagai warga negara. Tak mengapa bila keluarga, saudara atau tetangga memilih berbeda berdasar program kerja yang ditawarkannya. Dan sesiapapun yang terpilih, bergembiralah.

Merawat kemerdekaan adalah menyampaikan kritik membangun kepada Pemerintah, DPR atau lembaga negara lainnya, atas kebijakannya, bukan atas orangnya. Karena orang atau pejabat dipilih/terpilih bisa saja digantikan orang lain, tapi kebijakan akan bertahan sebelum dihapus atau digantikan kebijakan lain. Bukan asal mencela bila kebijakan dirasa tidak sesuai. Bukan pula beroposisi pendapat hanya karena nafsu berkuasa. Bagaimanapun, Pemerintah tetaplah berisi manusia yang setiap saat bisa salah dan lupa. Oleh karenanya, kontrol dibutuhkan. Konon kata orang bijak, kontrol kuat dari warga negara menunjukkan tingkat peradaban semakin tinggi sebuah negara.

Merawat kemerdekaan adalah tertib berlalu lintas. Meskipun tidak ada Polisi, tetaplah memakai helm saat bermotor, tidak menerobos lampu yang menyala merah, tidak parkir atau berhenti di tempat yang akan mengganggu kendaraan lain, apalagi tempat terlarang, tidak menaikkan kendaraan ke trotoar, tidak sesukanya memotong jalan kendaraan lain, tidak melebihi kecepatan yang ditentukan, tidak melewati garis putih tanpa putus untuk menyalip, mengurangi kecepatan pada warna merah bertuliskan Zona Sekolah, menghormati penyeberang jalan, dan masih banyak lainnya. Aturan berlalu lintas dibuat bukan untuk membatasi berkendara di jalan, tapi justru memastikan semua orang aman dan nyaman berkendara di jalan, termasuk pejalan kaki trotoar.

Merawat kemerdekaan adalah tidak membuang sampah sembarangan, apalagi di pinggir jalan. Bila belum ada tempatnya, simpan saja dulu sementara. Bisa di saku baju atau celana, di dalam mobil, dibawah jok motor, atau tempat lainnya. Saat ditemukan tempat sampah, masukkan sesuai wadahnya. Ada warna hijau untuk sampah organik, warna kuning untuk non organik, warna merah untuk limbah B3, warna biru untuk kertas, dan warna abu-abu untuk jenis sampah lainnya. Sebenarnya kalau mau, sampah organik atau sampah basah bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos, lalu menjadi media tanam sayuran dirumah. Cabai, tomat, terong, dan banyak sayuran lain tumbuh sangat baik di media kompos. Ya setidaknya, tidak ada sampah basah, berkurang juga lalat di dalam rumah yang menebarkan penyakit.

Merawat kemerdekaan adalah menanam pohon sebanyak-banyaknya. Di rumah, di sekolah, di kantor, di kebun, di hutan. Di mana saja. Semakin banyak pohon, udara semakin bersih karena polusi terserap, hawa semakin sejuk karena semakin banyak oksigen, air bersih semakin banyak tersimpan di tanah karena tertahan akar, panas berkurang karena banyak tempat berteduh, dan keindahan semakin banyak karena hijau daunnya. Bila ditanam pohon buah, maka semakin banyak tersedia makanan sehat, burung akan datang dan berkicau setiap pagi, kalong datang malam hari untuk menandai buah telah matang, dan tupai berloncatan mengejar serangga pengganggu pertumbuhan pohon.

Merawat kemerdekaan adalah mengajarkan anak-anak kejujuran dan menghormati hak orang lain. Kelak mereka besar, enggan korupsi karena tahu hal itu tidak benar. Ajarkan juga kerjasama dan berbagi dengan teman, bukan berkompetisi dengan kawan bangku sebelah untuk memperoleh nilai setinggi-tingginya. Sejarah telah mengajarkan, hanya dengan kerja bersama, berjuang bersama, menguatkan tekad bersama, maka negara ini bisa merdeka. Belum pernah ada sejarahnya, warga negara yang saling bersaing akan membuat negaranya maju.

Merawat kemerdekaan adalah membayar pajak. Kalau telat, ya bayar juga dendanya. Karena dari pajak, tersedia jalan untuk bepergian, tersedia jembatan untuk menyeberang sungai, tersedia sekolah untuk belajar anak-anak, berdiri rumah sakit untuk berobat, terbangun pelabuhan untuk lalu lintas barang, dan macam-macam lainnya. Ya memang sih, masih saja ada korupsi dari uang pajak yang kita bayarkan. Yang penting, kita nggak ikut korupsi, dan pastinya, anti korupsi. Akan lebih baik lagi, bila ikut kampanyekan anti korupsi ke orang terdekat. Keluarga, saudara, teman atau kolega kita, untuk tidak korupsi.

Merawat kemerdekaan adalah tidak merendahkan agama lain. Mereka tetaplah saudara seperjuangan yang ingin pula berbakti untuk negeri. Mereka adalah tetangga yang ingin hidup damai berdampingan. Mereka adalah orang lain yang bisa jadi membantu saat ban kendaraan kita kempes. Mereka adalah saudara yang bisa jadi meminjamkan uang saat kita kesulitan. Mereka bisa jadi adalah pengusaha yang menyediakan kerja untuk banyak orang, termasuk kita, saudara kita atau teman-teman kita. Mereka hanya memilih keyakinan yang sesuai dengan hati mereka, lalu ingin beribadah sesuai keyakinannya. Jadi, mereka sebenarnya sama dengan kita juga yang berbeda menurut mereka. Itu saja.

Merawat kemerdekaan adalah tidak menyampaikan ujaran kebencian. Tidak di muka umum, tidak di kalangan terbatas, tidak dimanapun. Bagaimanapun, ujaran kebencian hanya akan memicu permusuhan. Ujaran kebencian hanya akan memisahkan satu sama lain. Ujaran kebencian tidak akan memberikan manfaat apapun.

Merawat kemerdekaan adalah menggunakan media sosial dengan baik. Menulis dan berkomentar untuk bertukar informasi, untuk berbagi ilmu, untuk mengabarkan kebahagiaan, untuk menyampaikan pesan kebaikan, untuk mendukung Indonesia yang lebih maju. Melalui media sosial pulalah, akan dieratkan kembali pertemanan yang mulai jauh, akan disatukan kembali persaudaraan yang renggang, teman dan saudara sebangsa, Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Merawat kemerdekaan adalah menjaga keluarga sebaik-baiknya. Sebagai suami, sebagai sitri, sebagai anak, sebagai orangtua, sebagai tetangga, sebagai umat beragama, sebagai warga negara. Menjaga keluarga adalah upaya memastikan setiap anggotanya mencapai usaha terbaiknya. Karena dari keluarga yang baik, Indonesia ditentukan masa depannya.

Merawat kemerdekaan adalah mengunjungi pelosok negeri. Di sana akan kita temukan petani, peternak, nelayan atau pekebun yang menyediakan pangan yang terhidang di meja. Di sana kita akan mengenal Indonesia yang sesungguhnya berupa keramahtamahan, kejujuran, kesederhanaan, kesopanan dan cara hidup bersahaja. Di sanalah Indonesia yang tidak metropolis, namun tangannya terbuka menerima siapapun yang berkunjung, tanpa curiga, namun justru merasa terhormat kedatangan tamu sebangsa.

Merawat kemerdekaan adalah menghargai dan membeli barang produksi dalam negeri. Batik, songket, ulos, sepatu kulit, kerajinan, mangga Indramayu, apel Malang, jeruk Pontianak, tiwul Gunungkidul, sagu maluku, kopi Toraja, atau teh Slawi. Terbelinya barang produksi dalam negeri, industri setempat dan sektor pendukungnya tumbuh, ketergantungan barang luar negeri berkurang, devisa tetap berada di dalam negeri, kemandirian terbentuk, dan Indonesia berdaulat atas perekonomiannya.

Merawat kemerdekaan adalah mengisi waktu sehari-hari menjaga negeri. Dengan caraku, caramu, caramu, caramu, dengan cara-cara kita. Bukan caramu dan caraku lalu kita bermusuhan, atau tak lagi bertegur sapa, tak lagi saling tersenyum. Bukan pula caraku dan caramu yang berbeda lalu merendahkan. Tidak. Bukan itu. Caraku, caramu, caramu dan caramu adalah aku, kamu, dia, mereka, adalah kita. Kita yang berbeda tapi saling melengkapi layaknya mobil dengan mesin, roda, setir, pintu, spion, kaca depan dan bahan bakar, agar kendaraan bisa melaju. Selayak Bhineka Tunggal Ika.

Merawat kemerdekaan adalah melakukan terbaik pada apapun dari masing-masing kita. Untuk Indonesia merdeka sesungguhnya.

Hari Subarkah
Hari Subarkah
Saat ini menjadi pemerhati dan praktisi pelestarian biodiversitas, pengelolaan lahan tingkat bentang alam dan perubahan iklim.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.