Jumat, Maret 29, 2024

HUTRI72 – MERAWAT KEMERDEKAAN KITA , (Krisis Tokoh Negarawan)

muzafar anzari
muzafar anzari
muzafar adalah lulusan sarjana ilmu hukum universitas muhammadiyah aceh pada tahun 2013, saat ini sedang menyelesaikan program studi magister ilmu hukum di universitas syiah kuala banda aceh. terlibat aktif berorganisasi tingkat kepemudaan di Aceh, saat ini dipercayai sebagai ketua bidang pendidikan kaderisasi pemuda Muhammadiyah, dan ketua bidang keagamaan pada organisasi angkatan muda majelis dakwah indonesia.

“Meski sering berbeda pandangan secara tajam, para tokoh bangsa itu isi kepala dan hatinya luar biasa kaya dengan pemikiran dan kearifan, sehingga menjadi sosok negarawan yang adiluhung”. (Hader Nashir)

Bangsa Indonesia semenjak perjuangan kemerdekaan, setelah kemerdekaan, orde lama, orde baru, zaman reformasi dan seterusnya memiliki banyak sosok negarawan yang menjadi panutan bagi generasi selanjutnya. Kata “dan seterusnya” adalah tidak diketahui secara pasti kapan sebenarnya negara Indonesia mulai mengalami defisit tokoh negarawan kalaupun ada dapat dihitung dengan bilangan jari, krisis negarawan.

Rakyat Indonesia patut bersyukur memiliki tokoh bangsawan dari berbagai golongan, pengorbanan mereka tidaklah dapat kita sandingkan dengan usaha kita saat ini. Tokoh bangsa yang memiliki sifat negarawan tidak hanya mencerdaskan dirinya sendiri akan tetapi orientasinya mencerdaskan, dan berusaha membebaskan bangsa dari segala bentuk kezaliman. Kalau diibaratkan kehidupan mereka telah mereka wakafkan untuk Indonesia.

Fakta catatan sejarah sebagai bukti dari rekam jejak mereka. Para negarawan ini mampu memposisikan dirinya sebagai pengayom ummat sehingga kondisi moral anak bangsa sehat, jauh dari anarkisme, budaya santun dan saling menghargai yang terikat dengan nilai-nilai moral yang hidup ditengah keberagaman masih bisa dijunjung tinggi. Berbeda sekali yang kita rasakan saat ini, kendatipun masih ada beberapa tokoh yang memilliki sifat negarawan akan tetapi cenderung lebih banyak para politisi yang terjebak pada kepentingan individu dan kelompok, sehingga berakibat pada degradasi moral.

Para politisi yang dilahirkan dari hasil pemilu menempatkan para wakil rakyat yang sama sekali tidak mewakili kepentingan rakyatnya, membebaskan rakyat yang tertindas dari kezaliman, dan pemimpin yang hilang jati diri kepemimpinannya seharusnya mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya. Dapat kita amati pada daerah masing-masing berdalih “mewakili rakyat” pada hakikatnnya “mewakili kepentingan individu dan kelompok”, kendatipun tidak seluruhnya berperilaku demikian.

Besarnya biaya yang dikeluarkan pada saat pemilu disertai janji-janji politik agar dirinya terpilih telah menciderai demokrasi itu sendiri padahal baik pemerintah, partai politik dan seluruh komponen bangsa hendaknya menjadikan pemilu sebagai sarana membangun demokrasi yang subtantif dan mampu membawa negeri ini mengakhiri masa transisi, serta segala bentuk perilaku politik yang selama ini telah menjauhkan kehidupan bangsa dari misi utama reformasi dan cita-cita nasional 1945.

Demikianlah, contoh perilaku para politisi selama ini menjadi tontonan publik yang berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Money politic salah satunya menciptakan generasi yang apatis terhadap politik sehat, mengesamping cara berfikir akan kepantasan dirinya layak mewakili, dan merusak nilai-nilai moral bangsa yang sesungguhnya berketuhanan, yang lebih penting mempersempit ruang kelahiran negarawan.

Transformasi nilai-nilai kebangsaan

Berhijrah diri dari politisi kepada negarawan tidaklah mudah, bentukan sistem politik yang sarat dengan kepentingan mengkerdilkan lahirnya negarawan. Pada masa sebelum reformasi banyak kita temui para negarawan ini oleh karena tuntutan sejarah yang menghendaki harus adanya perubahan yang paling asasi.

Nilai-nilai kebangsaan yang terangkum dalam Pancasila sebagai hasil dari buah perenungan mendalam yang digali dan ditemukan di dalam kehidupan bangsa Indonesia, merupakan maha karya dari seorang pemikir yang mampu mempersatukan dan meredam gejolak yang muncul pada masa menentukan arah pandangan bangsa Indonesia.

Sejarah membuktikan bahwa para tokoh negarawan pada masa itu mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan individu maupun kelompok, mereka mampu mentransformasikan diri mereka dari ranah politisi menuju negarawan. Karena mereka sadar akan tugas yang mereka terima adalah menyelamatkan bangsa, membebaskan rakyat dari segala bentuk penindasan, meskipun tidak selesai dengan tuntas. Persoalan bangsa yang dihadapi pada masa itu tidak begitu komplek seperti saat ini.

Pengaruh globalisasi, media masa, perilaku KKN serta menjamurnya praktik money politic saat ini adalah faktor-faktor penghambat pemindahan diri pada negarawan. Dari perjalanan dirinya menuju panggung politik saja adalah indikasi betapa negarawan itu semakin jauh dan sulit diwujudkan.

Negarawan itu adalah mereka yang berani menentang arus politik, mereka yang telah berhasil membebaskan dirinya dari berbagai pengekangan dan intimidasi, tidak lagi mementingkan keuntungan individu maupun kelompok. Memimpin adalah menderita bukan memupuk harta demikianlah pesan yang disampaikan dari tokoh negarawan Hj. Agus Salim

Perilaku sembrono yang diperlihatkan oleh para pengurus negara saat ini adalah cerminan dari jauhnya dari nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Kita semua menghafal dengan baik setiap sila itu akan tetapi tidak mampu secara subtantif dalam menerapkan setiap sila itu secara internalisasi maupun secara kelembagaan sehingga mengaktual dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Lalu, apa kaitannya merawat kemerdekaan dengan sifat negarawan

Sebagaimana yang disampaikan sebelumnya bahwa para negarawan adalah mereka yang berani menentang gejolak politik yang berkembangan, kepentingan bangsa adalah amanah utama yang harus ditunaikan. Kewibawaan dan perilaku yang santun tapi tegas dapat dijadikan contoh panutan bagi generasi selanjutnya.

Permasalahan yang terus menerpa bangsa Indonesia saat ini baik kepentingan politik, kepentingan ideologi, kepentingan golongan dan kepentingan suku tidak akan dapat diselesaikan dengan bijak terkecuali dengan sifat negarawan ini, berkaca pada masa perdebatan dalam majelis konstituante.

Meskipun demikian, tidak hal ini merupakan satu-satunya masalah bangsa saat ini banyak masalah lainnya yang harus ditemukan penyelesaian dalam menjaga dan merawat kemerdekaan kita ini. Kita tidak boleh pesimis yakinlah bahwa pasti keadaan ini akan berubah ke arah yang lebih baik, ke arah yang dicita-citakan bangsa ini. Negara yang adil, makmur, aman dan sentosa.

 

Nama       : Mudhafar Anzari

TTL             : Peulumat, 5 Mei 1991

Alamat     : Jl. At-taqwa No. 106, Kecamatan Blangpidie Kabupaten Aceh Barat Daya

Hp              : 0813 6207 0242

Email         : Mudhafaranzari@gmail.com

muzafar anzari
muzafar anzari
muzafar adalah lulusan sarjana ilmu hukum universitas muhammadiyah aceh pada tahun 2013, saat ini sedang menyelesaikan program studi magister ilmu hukum di universitas syiah kuala banda aceh. terlibat aktif berorganisasi tingkat kepemudaan di Aceh, saat ini dipercayai sebagai ketua bidang pendidikan kaderisasi pemuda Muhammadiyah, dan ketua bidang keagamaan pada organisasi angkatan muda majelis dakwah indonesia.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.