Minggu, November 24, 2024

Stephen Hawking, Eksistensi Tuhan, dan Waktu

Roy Martin Simamora
Roy Martin Simamora
Peminat gender studies. Alumnus Hua-Shih College of Education, National Dong Hwa University, Taiwan.
- Advertisement -

Stephen Hawking telah pergi. Dunia berduka, tapi ia meninggalkan sesuatu yang amat berharga bagi kemaslahatan manusia: secercah pemikiran cemerlang yang sampai hari ini masih diperdebatkan para ilmuwan: lubang hitam (black hole). Selama bertahun-tahun pula ide besarnya itu menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan para ilmuwan hingga pada hari ini.

Teka-teki Hawking adalah bagian penting dari pertanyaan terbesar fisika hari ini: Bagaimana kita bisa menyesuaikan gravitasi dengan mekanika kuantum?

Pertanyaan yang kemudian membuat Hawking mendedah teori-teori beberapa pemikir sains. Pada awal abad ke-20 kita telah menyaksikan secara gamblang dua revolusi ilmiah yang luar biasa. Salah satunya adalah teori relativitas yang digagas oleh Albert Einstein, fisikawan yang membuang ruang dan waktu absolut Isaac Newton, dan menggantinya dengan kontinum ruang-waktu bersatu empat dimensi. Einstein menyadari, yang menimbulkan apa yang Anda dan saya alami sebagai kekuatan gravitasi.

Pemikiran itu kemudian mengilhami Hawking. Ia mengusung teori lubang hitam yang membumi, meski menemui banyak kebuntuan. Selain itu, beberapa fisikawan terkemuka lainnya juga menolak ide besarnya itu. Hawking tidak patah arang. Ia terus mengasah kemampuan berpikirnya dan menelurkan ide-ide baru. Terbukti ia melahirkan beberapa karya yang membahana, artikel, catatan-catatan serta buku-buku sains populer. Bukunya bertajuk A Brief History of Time bahkan masuk daftar buku terlaris sepanjang sejarah hidupnya dan dibaca umat manusia.

Namun, naas, setelah bertahun-tahun mempelajari sains, keasyikannya membahas kosmologi dan ia tidak juga merasakan ada yang salah dengan tubuhnya. Waktu kemudian menunjukkan kekuasaannya. Hawking harus merasakan kursi roda yang membuat sulit bergerak leluasa. Ia divonis mengalami sklerosis lateral amiotrof (ALS) yang lambat, dini, dan langka dan juga dikenal sebagai penyakit saraf motorik atau penyakit Lou Gehrig yang membuat tubuhnya lumpuh secara perlahan selama puluhan tahun.

Tidak hanya melumpuhkan tubuhnya tetapi berimbas kepada komunikasinya. Ia juga tidak mampu menggerakkan mulutnya untuk sekadar berbicara kepada orang lain atau sekadar membuka-mengatup mulut untuk mengunyah makanan. Bersebab itulah, sepanjang hidupnya, ia hanya  bisa berkomunikasi menggunakan satu otot pipi yang tersambung dengan alat bicara.

Hawking tidak pernah menyerah pada dirinya. Meskipun penyakit langka menggerogoti tubuhnya, ia tetap bersemangat. Berkat pengetahuannya, ia menjadi pesohor sains dan kerap diundang sebagai pembicara di acara-acara televise dan seminar-seminar prestisius.

Hawking adalah jawaban dari segala tanda tanya yang sering menggeliat di kepala manusia. Radiasi lubang hitam tentu saja bukan satu-satunya kontribusi Hawking terhadap fisika modern. Ada banyak ide cemerlang yang tertuang seperti teori tentang waktu, lubang hitam, dentuman besar, radiasi, kosmologi dan mekanika kuantum.

Pemikiran Hawking adalah petunjuk terbesar yang harus kita ketahui bagaimana gravitasi kuantum dapat beroperasi. Bahkan jika kita belum memiliki teori penuh soal itu, barangkali kita tidak tahu banyak tentang mekanika kuantum dan banyak tentang gravitasi.

Bersama-sama itu cukup meyakinkan kita bahwa radiasi Hawking itu nyata, meski kita tidak pernah merasakan atau mengamati secara langsung. Ini berarti bahwa setiap teori gravitasi kuantum akhirnya harus menjelaskan entah bagaimana informasi lolos dari lubang hitam atau bagaimana hal itu dapat dihancurkan.

- Advertisement -

Sebagaimana Einstein, Hawking telah memberi pengaruh besar pada kehidupan ilmun pengetahuan dan sains. Pemikirannya masih mengilhami para ilmuwan untuk terus berinovasi menemukan jawaban atas klaim-klaimnya. Hawking, di balik ide-ide besarnya itu, banyak pula yang menentangnya pemikirannya.

Hawking pernah memprediksi alam semesta tertutup yang berdampak pada penjelasan keberadaan Tuhan. Seperti yang dijelaskan Hawking: “Apabila alam semesta tidak terbatas tetapi terkurung… ” Tuhan pun tidak bisa bebas memilih cara menciptakan alam semesta.

Meskipun saat itu Hawking tidak serta-merta membantah eksistensi Sang Pencipta, dia lantas mengajukan sebuah pertanyaan pada bukunya, A Brief History of Time: “Apakah teori terpadu sangat meyakinkan sehingga teori ini melahirkan dirinya sendiri?”

Dalam karya awalnya itu, Hawking berbicara tentang Tuhan menggunakan metafora. Ia menulis, “Apabila kita menemukan teori yang lengkap, temuan ini akan menjadi kemenangan tertinggi nalar manusia karena dengan itu, kita pun tahu isi pikiran Tuhan.”

Dalam buku yang sama, ia berpendapat bahwa keberadaan Tuhan tidak diperlukan untuk menjelaskan asal usul alam semesta. Ucapan itulah yang membuat penganut bumi datar sekaligus para pemuja agama kocar-kacir dan lantas mencapnya menghina kekuasaan Tuhan menciptakan alam semesta ini.

Hawking adalah seorang ateis sekaligus sosok kontroversial. Ia bukanlah sosok yang taat seperti orang pada umumnya. Ia percaya bahwa alam semesta diatur oleh hukum ilmu pengetahuan. Ia mengatakan ada perbedaan mendasar antara agama yang didasarkan pada perintah dan sains yang didasarkan pada pengamatan dan nalar. Sains akan menang karena selalu terbukti.

Karena itu, ia memandang surga sebagai mitos. Ia yakin bahwa surga atau akhirat itu tidak ada dan hal-hal seperti itu hanyalah dongeng bagi orang-orang yang takut kegelapan.

Ia juga pernah berkomentar: “Sebelum kita paham ilmu pengetahuan, wajar saja kita percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta. Namun, sains kini memiliki penjelasan yang lebih meyakinkan. Ketika saya mengatakan ‘kita akan mengetahui isi pikiran Tuhan’, maksud saya adalah kita akan tahu semua hal yang diketahui Tuhan, itu pun seandainya ada Tuhan, dan memang tidak ada. Saya seorang ateis.”

Hawking telah pergi di usia 76 tahun. Ia memberi pelajaran pada kita bahwa hidup tinggal menunggu waktu dan hidup adalah pilihan. Tinggal manusia memilih bagaimana mau menjadi apa: buruk atau baik. Pilihan yang membutuhkan waktu yang tidak bisa diprediksi dan dibaca oleh manusia. Selanjutnya, biarkan waktu yang akan menjawabnya.

Segala kekurangan yang ada pada diri Hawking ataupun pada diri siapa pun tidak lantas membatasi ruang siapa pun untuk selalu berkarya. Kekurangan seharusnya membuat siapa pun berdiri tegak, tidak putus asa, tidak menyerah pada keadaan yang terus menghantui.

Hawking telah pergi—meninggalkan hal-hal yang tidak pernah selesai—untuk diselesaikan para penerus berikutnya bagi kemaslahatan umat manusia.  Satu hal yang mesti diingat: tubuhnya boleh hilang, tetapi pemikirannya tetap abadi, melintasi setiap waktu, dan setiap zaman manusia.

Roy Martin Simamora
Roy Martin Simamora
Peminat gender studies. Alumnus Hua-Shih College of Education, National Dong Hwa University, Taiwan.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.