Setelah Jusuf Kalla (JK) dan Partai Perindo mengajukan gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK) soal masa jabatan wakil presiden, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, Ketua Umum Partai Berkarya, mengaku tengah menyiapkan gugatan yang jauh lebih radikal untuk MK. Jika JK hanya mempersoalkan dua periode yang “berturut-turut atau tidak berturut-turut”, Tommy Soeharto akan menggugat pembatasan dua periode tersebut.
“Saya kira, dua periode itu tidak cukup,” kata Tommy dalam wawancara eksklusif Mandhaninews di kediaman ayahnya di Jalan Cendana, Menteng (27/7).
“Bagaimana mungkin Anda bisa menyejahterakan rakyat kebanyakan, eee, kalau hanya, eee … apa namanya … eee, menjabat sepuluh tahun, atau malah kurang? Nah, itu dia pertanyaan. SBY kan gagal. Megawati lebih gagal, eee, apalagi Gus Dur,” lanjut Tommy. “Bapak saya, yang zamannya penak itu, perlu waktu 30 tahun untuk membangun bangsa ini. Saya kira, pembatasan dua periode itu, eee, saya kira itu kebodohan. Ya, kan?”
Tommy secara khusus mengundang dan menjamu Desmond Shihab dari Mandhaninews karena Tommy sudah tidak percaya lagi semua media besar di Indonesia. Dalam undangan yang ia kirim lewat WhatsApp, Tommy menilai semua media itu punya hobi menjelek-jelekkan dirinya dan keluarganya. Ia percaya penuh kredibilitas Mandhaninews yang netral, imparsial, dan secara khusus selalu menampilkan apa yang ia bicarakan apa adanya. Maka untuk menyampaikan berita besar kepada rakyat Indonesia kebanyakan, ia hanya percaya kepada Mandhaninews, “Seperti Bapak saya dulu percaya betul TVRI, bukan yang lain.”
Tommy Soeharto menyambut Desmond di beranda kediaman bapaknya yang akan dijadikan museum itu. “Sudah setengah jam saya tunggu, he-he-he,” ujar Tommy. Desmond meminta maaf karena sopir GO-JEKnya sempat kesasar dan membawanya memutari Kota Tua. Tommy bilang tidak apa-apa, lalu mengulurkan tangannya. Desmond bisa merasakan dingin misterius yang berasal cincin di jari manis Tommy; cincin dengan batu akik Kalimaya berwarna kuning terang, senada dengan kemeja batik dan celana yang ia kenakan.
Tommy tahu Desmond Shihab mengamati batu akiknya. “Ini Kalimaya, warisan daripada bapak saya. Penak, to? He-he-he,” ungkapnya, lalu mempersilakan Desmond masuk ke rumah untuk makan siang.
“Langsung wawancara saja, Mas Tommy.”
“Ma-kan du-luuu …. He-he-he.”
Di meja makan, Tommy mengenalkan kelima saudaranya yang sudah makan duluan. Dari sebelah kiri Tommy, searah jarum jam, Siti Hardijanti Rukmana alias Mbak Tutut, Mas Sigit Harjojudanto, Mas Bambang Trihatmodjo, lalu di sebelah kiri Desmond; Siti Hediati Hariyadi a.k.a Mbak Titiek, dan Siti Hutami Endang Adiningsih atau biasa dipanggil Mbak Mamiek.
Sambil makan, mereka asyik ngobrol tentang tembak-menembak, latihan dan perburuan terakhir masing-masing anak presiden kedua RI itu, hingga cerita-cerita lucu yang pernah mereka alami selama memegang senapan atau pistol. Desmond Shihab hanya menyimak dan sesekali cengengesan dan hampir setiap menit menenggak es dawet ayu di hadapannya, sedikit sekali makanan yang masuk ke mulutnya—padahal semua jenis makanan enak seluruh nusantara ada di meja itu.
Selesai makan, meja dibersihkan enam orang asisten rumah tangga yang sigap, Tommy mengajak tamu dan saudara-saudaranya berswafoto. Cekrek, cekrek, cekrek, Tommy berganti-ganti gaya dan mengomando pasukannya turut ganti gaya. Desmond mengikuti saja gaya Tommy: bibir monyong, dagu diimpit jempol dan telunjuk, mengacungkan jempol, jari tengah dan telunjuk membentuk “V”, melet, jari rock ‘n’ roll, dan tak lupa ibu jari dan telunjuk kiri dibalik membentuk angka 7 (nomor urut Partai Berkarya).
“Wah, harus foto bersama betulan ini,” kata Tommy, beranjak dari kursinya. “Mas Desmond, tolong fotokan ya.”
Keenam bersaudara itu langsung kompak membentuk angka 7 dengan tangan kiri.
Tommy kemudian mengajak Desmond Shihab ke ruang kerja Pak Harto, sebuah ruangan sederhana dengan dinding kaca antipeluru, tempat Pak Harto menemui tamu-tamu pentingnya. Tommy duduk di kursi yang biasa diduduki ayahnya, dan mempersilakan Desmond duduk di hadapannya. Titiek menyusul kemudian, duduk di samping Tommy.
“Saya dan Partai Berkarya mendukung Pak Jokowi 7 periode,” kata Tommy Soeharto.
“Saya juga mendukung Pak Jokowi 7 periode, supaya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto yang sukses dengan swasembada pangan, mendapatkan penghargaan internasional, dan dikenal dunia,” timpal Titiek Soeharto.
“Itu artinya Anda akan berseberangan dengan Prabowo Subianto, mantan suami Anda?”
“Tidak masalah. Saya kira tidak masalah.”
“Ini kami lakukan, eee, demi … apa namanya … kemaslahatan rakyat kebanyakan. Mengapa 7? Itu dia pertanyaan. Pertama, nomor daripada Partai Berkarya nomor 7. Kedua, eee, karena … apa namanya … mimimal seperti bapak saya. Untuk membangun bangsa ini, eee, minimal seperti bapak saya. Minimal 32 tahun, he-he-he.”
“Tentu tidak masalah, langkah Anda pasti didukung dua partai besar lain: PDIP dan Partai Golkar.”
“Ya, ya, ya … Golkar palsu. Golkar abal-abal. Golkar yang asli itu ya Partai Berkarya. Apa itu Partai Golkar cuma berani bikin GOJO? Perjuangan untuk rakyat kok setengah-setengah, cuma mendukung Jokowi 2 periode, eee, tidak totalitas mengabdi untuk rakyat. Pak Hartarto itu kan, eee … apa namanya … anak buah daripada bapak saya. Airlangga Hartarto itu, pada prinsipnya, anak buah daripada saya juga. Dia pasti ikut perintah saya: Jokowi 7 periode!”