Minggu, Desember 8, 2024

Mandirikan Ekonominya Agar Perempuan Tidak Tertindas

- Advertisement -

Pidato Grace Natalie yang mengangkat isu keadilan untuk perempuan rasa-rasanya memang menarik. Tidak dapat disangkal perempuan Indonesia masih perlu perjuangan panjang untuk mengangkat posisi sosialnya. Masalah kemiskinan paling banyak menyengsarakan perempuan dan anak-anak.

Secara budaya masih ada pandangan sebagian orang bahwa perempuan tidak dituntut sekolah tinggi. Toh, setinggi-tingginya mereka sekolah akhirnya cuma jadi ibu rumah tangga. Jika kita menilik angka putus sekolah, anak-anak perempuan lebih berpeluang untuk berhenti sekolah dibanding anak lelaki.

Dengan kata lain, jika orang tua punya keterbatasan finansial menyekolahkan anaknya, sementara ia harus memilih antara anak lelaki atau anak perempuan, kemungkinan terbesar peluangnya akan jatuh pada anak lelaki.

Dari sudut pandang pemahaman agama perempuan semakin ditempatkan dalam posisi hanya sebagai obyek, bukan sebagai subyek yang punya daya tawar sendiri. Semakin keras sikap keagamaan seseorang akan semakin rendah juga cara pandangnya terhadap posisi perempuan.

Sebaliknya, semakin moderat cara pandang keagamaan seseorang maka akan semakin tinggi juga penghargaannya pada perempuan.

Ketika di Indonesia pandangan keagamaan puritan semakin berkembang, sesungguhnya yang terjadi adalah makin gencarnya masyarakat untuk memosisikan perempuan tidak setara dengan lelaki. Perempuan cuma pelengkap dari dunia lelaki.

Pandangan jenis ini mendorong perempuan untuk hanya beraktivitas di rumah saja. Ketika mereka menikah, mereka seperti kehilangan wilayah personalnya untuk mengembangkan diri dan seratus persen mempersembahkan hidupnya untuk pasangan dan keluarganya. Akibatnya, perempuan kehilangan kesempatan produktif karena fokus mengurus rumah tangga.

Pembagian fungsi ekonomi di mana suami bekerja mencari nafkah, sementara perempuan hanya berposisi menunggu di rumah menciptakan situasi ketergantungan total seorang perempuan pada suaminya. Kondisi ketergantungan total inilah yang memungkinkan terjadinya eksploitasi berlebihan atas hidup perempuan.

Bahkan ketergantungan ekonomi ini juga yang ikut menyuburkan praktek poligami. Meski diperbolehkan secara agama, praktek poligami kerap menjadikan perempuan sebagai korban. Bahkan pada banyak kasus perempuan yang suaminya menikah lagi sering kehilangan sumber nafkah.

Memang agak aneh. Sebagai ibu, perempuan sepertinya ditempatkan dalam posisi begitu terhormat. Tetapi sebagai pasangan, mereka dipaksa tunduk pada doktrin untuk mau berbagi suami.

- Advertisement -

Perempuan ditindas dengan konsep poligami karena ketergantungan ekonominya, lalu dipaksa menerima kondisi ketertindasan itu atas nama doktrin agama. Sebuah kondisi yang sangat tidak menyenangkan bagi perempuan.

Dalam kondisi ekonomi yang minim, perempuan selalu mengalami posisi yang paling terjepit. Anak dan suami biasanya didahulukan kebutuhannya. Tidak heran jika beban kemiskinan paling banyak diderita perempuan.

Jalan satu-satunya untuk memberdayakan perempuan dan meningkatkan posisi tawarnya adalah dengan meningkatkan kemampuan produktifnya. Sehingga perempuan lebih mandiri secara ekonomi.

Beberapa program pengentasan kemiskinan misalnya, menyasar pemberdayaan perempuan. Muhamad Yunus di Bangladesh berhasil membuka mata dunia bahwa perempuan-perempuan miskin di desa-desa memiliki kemampuan mengembalikan pinjaman yang lebih tinggi. Persoalannya ada pada kepercayaan. Grameen Bank yang dikelola Yunus, dari sebuah percobaan kecil untuk ternyata bisa tumbuh besar padahal sebagian besar nasabahnya adalah masyarakat miskin, dan 90 persen perempuan.

Peningkatan kemandirian ekonomi perempuan pada akhirnya akan berdampak langsung pada kesejahteraan keluarga. Riset mencatat jika lelaki memiliki penghasilan berlebih, sebagian besar uangnya habis untuk membiayai kebutuhannya sendiri. Berbeda jika perempuan yang memiliki penghasilan berlebih. Sebagian besar akan dihabiskan untuk keperluan keluarga, sekolah anak, dan sebagainya.

Artinya meningkatkan ekonomi perempuan secara langsung berdampak pada kesejahteraan anak, terjaminnya pendidikan dan menjaga kualitas SDM masa depan.

Perjuangan PSI untuk membela perempuan dan menegakkan keadilan bagi perempuan sesungguhnya adalah langkah mengobati masalah langsung ke titik intinya. Konsentrasi pada kesejahteraan perempuan merupakan fokus yang semestinya diusung oleh semua partai.

Penindasan perempuan, baik atas nama agama maupun doktrin kuno pembagian fungsi yang tidak seimbang antara lelaki dan perempuan, sampai pada Perda-perda syariah yang menempatkan perempuan hanya sebagai obyek, harus dilawan secara serius. Sebagai partai modern, wajar saja apabila PSI menaruh concern pada isu perempuan. Apa yang PSI potret sebagai problem bangsa ini fokus pada titik masalah.

Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.