Wabah penyakit mulut dan kuku pada peternakan dapat mempengaruhi kesehatan, produktivitas dan kematian hewan dan menyebar dengan cepat di beberapa wilayah di Indonesia. Hingga 10 Mei 2022, infeksi akibat virus tersebut telah menginfeksi sekitar 2.000 ternak di empat kabupaten di Jawa Timur dan 1.200 ekor di Aceh.
World Organization for Animal Health (OIE) menyatakan bahwa risiko penularan PMK dari ternak ke manusia sangat rendah, namun dampak ekonominya signifikan dan signifikan. Produksi susu bisa turun, berimbas pada bisnis turunan susu. Begitu juga dengan produksi daging sapi.
Dengan pandemi COVID 19 yang belum selesai dan penemuan penyakit baru yang misterius dari hepatitis akut yang menyerang anak-anak, epidemi yang menempatkan hewan ini pada risiko menambah kesulitan keuangan yang sebelumnya dihadapi.
Saat ini terdapat penyakit mulut dan kuku yang merupakan wabah virus ruminansia. Wabah ini menyebabkan penyakit virus yang sangat menular dan menyerang semua ternak yang berkuku dan berkuku, seperti kerbau, sapi, domba dan kambing. Penyakit mulut dan kuku (PMK) juga dikenal sebagai penyakit mulut dan kuku (PMK). Stomatitis ini disebabkan oleh virus tipe A yang termasuk dalam genus picornaviridae, genus alphavirus yaitu Aphthae Epizootic.
Menurut survei Prism (2002), PMK mempengaruhi peternakan (71%), hotel dan restoran (52%), pertanian (58%), perdagangan (47%) dan manufaktur (42%). Transportasi (42%), jasa dan jasa (55%), bisnis keuangan (23%), konstruksi (49%).
Kerugian ekonomi pengelolaan peternakan terutama disebabkan oleh penurunan produksi susu (25% per tahun), penurunan tingkat pertumbuhan ternak (10% hingga 20%), dan hilangnya tenaga kerja (60% hingga 70%). Itu karena kerugian. Persen), penurunan kesuburan (10 persen) dan memperlambat kehamilan, kematian bayi (20-40 persen), pemusnahan ternak yang terinfeksi kronis.
Menurut analisis Naipospos (2012), perkiraan kerugian ekonomi akibat wabah PMK di Indonesia sekitar Rp 9,6 triliun, sedangkan menurut Sofjan Sudardjat (2015) sekitar Rp 15,5 triliun. Mengkonversi faktor analisis teknis menjadi data nyata, kerugian ekonomi lebih dari Rp20 triliun.
Penyakit mulut dan kuku dapat ditularkan melalui beberapa cara. Ini termasuk kontak dekat, penyebaran hewan ke hewan, penyebaran aerosol dan patogen jarak jauh, atau benda mati seperti makanan hewan dan mobil. Suplemen pakan yang mengandung pakaian dan kulit petani, genangan air, sisa makanan mentah, dan produk hewani yang terinfeksi juga dapat menyebabkan infeksi virus.
Gejala klinis hewan tertular Penyakit Mulut dan Kaki (PMK)
- Keluar air liur berlebihan
- Pembengkakan kelenjar submandibularis
- Hewan lebih sering berbaring
- Luka pada kuku dan kukunya terkelupas
- Kehilangan berat badan permanen
Referensi
http://dkpp.jabarprov.go.id/post/694/penyakit-mulut-dan-kuku-pada-hewan-ternak-ruminansia
https://bogorkab.go.id/post/detail/mengenal-bahaya-penyakit-mulut-dan-kukuh
https:jawapos