Pertengahan September lalu, Chris Evans menghebohkan dunia maya. Bagaimana tidak, pemeran Captain America itu tidak sengaja mengunggah sekilas foto bugil. Unggahannya Instagram story-nya berupa screen record beberapa video dari galeri ponselnya. Video itu menunjukan sang aktor dan keluarganya asyik bermain heads up.
Di akhir screen record, ia menutup video tersebut dan terlihat sekilas isi galerinya yang salah satunya adalah foto alat vital. Aduh, sepertinya aktor berusia 39 tahun itu lupa menyunting hasil screen record tersebut sebelum mengunggahnya. Meskipun Evans segera menghapus unggahan tersebut, tetapi netizen sudah terlanjur melihat dan mengedarkannya di media sosial.
Akibatnya, nama Evans menjadi trending topic seluruh dunia selama beberapa hari. Warganet ramai memperbincangkannya. Apakah foto anu itu milik Evans? Apakah Evans sengaja melakukannya? Apakah Evans ternyata bukan superhero dan hanyalah seorang manusia yang dapat melakukan kesalahan?
Semua itu hanya berlangsung sebentar karena fans dan netizen ramai-ramai mengunggah foto-foto gemas Evans dengan anak anjing (binatang favorit Evans). Foto-foto gemas itu membanjiri media sosial untuk menghentikan peredaran foto bugil itu. Sebab, Evans diketahui memiliki anxiety atau kegelisahan yang cukup parah.
Banyak juga selebriti yang memberikan dukungan kepadanya, seperti Mark Ruffalo, lawan mainnya di film Avengers. “@ChrisEvans Bro, selama Trump masih menjabat TIDAK ADA yang bisa kamu lakukan untuk mempermalukan dirimu. Lihat hal baik ini kan?” kata pemeran Hulk melalui cuitannya di Twitter. Sedangkan model Chrissy Teigen melalui cuitannya mengingatkan warganet bahwa foto tersebut mungkin merupakan kiriman dari obrolan Whatsapp yang mana biasanya otomatis tersimpan di galeri ponsel penerima.
Dua hari kemudian, Evans memanfaatkan momentum tersebut dengan mencuit, “Sekarang aku telah mendapat perhatianmu. Berikan suaramu tanggal 3 November!” Lalu Evans muncul ke Tamron Hall Show untuk mempromosikan situsnya, A Starting Point. Meskipun agak canggung saat ditanyakan tentang insiden tersebut, Evans merespon bahwa “banyak hal terjadi”. Tidak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada para fans yang telah memberikan dukungan.
Sungguh mengesankan perbuatan baik netizen kepada Evans. Mereka bersatu melindungi privasi dan perasaan idolanya. Evans patut bersyukur akan hal tersebut. Terlebih, kejadian ini tidak berlarut-larut lama. Evans dapat segera kembali beraktivitas lagi di dunia maya tanpa ada yang mengungkit insiden memalukan itu.
Kejadian ini tentunya memberikan pelajaran bagi kita semua agar bijak saat menggunakan media sosial. Mulai dari jangan lalai saat mengunggah konten, menjaga privasi dan perasaan orang lain, hingga untuk tidak melakukan perundungan siber. Tentunya warganet dunia perlu belajar dari kejadian ini. Terkhusus warganet +62.
Bagaimana tidak, bayangkan bila Evans tinggal di tanah air. Alih-alih dibanjiri foto-foto anak anjing, mungkin Evans malah “dianjing-anjingi” oleh warganet +62. Mungkin ia akan mematikan kolom komentar Instagram-nya.
Setelah itu Evans perlu membuat klarifikasi untuk menenangkan warganet +62. Mungkin kanal YouTube Deddy Corbuzier yang akan mewadahinya. Kalau warganet +62 tidak puas, lawan main Evans, Robert Downey, Jr. mungkin akan turun tangan dengan mencuit, “Ingat gaes, abang Chris ini punya kegelisahan lho! Jaga privasinya, yuk! Kesehatan mental itu penting!” Untungnya, Evans bukanlah seorang WNI, sehingga tidak ada satu pun dari yang di atas terjadi.
Sayangnya, aktris Adhisty Zara adalah seorang WNI. Mantan personil JKT-48 itu mengalami hal yang serupa dengan Evans, ia tidak sengaja mengunggah video Instagram story dirinya yang sedang asyik dengan Zaki Pohan, kekasihnya. Di tengah video, Zaki terlihat memegang buah dada pemeran Dua Garis Biru itu. Meskipun langsung dihapus, video tersebut sudah dilihat dan disebar di media sosial hingga nama Zara menjadi trending topic di Indonesia.
Kejadian itu mirip dengan insiden yang dialami Evans. Perbedaannya adalah konsekuensi yang harus mereka tanggung. Jika Evans hanya harus menanggung malu, Zara dan Zaki harus merasakan perundungan siber oleh netizen maha mulia. Keduanya sampai harus menutup kolom komentar Instagram mereka karena dibanjiri komentar pedas.
Hanya saja, Zaki sempat menyindir sikap netizen dengan mengunggah Instagram story dengan tulisan, “Bangsa lain sudah sampai luar angkasa. Bangsamu masih bertengkar masalah agama, jilbab, celana, rokok, dan jenis kelamin,” Tetapi tindakan itu malah semakin mengompori netizen yang mengedarkannya ke laman-laman gosip di media sosial, tidak sedikit juga yang menyerangnya balik.
Netizen mempermasalahkan Zara yang masih di bawah umur telah melakukan hal yang tidak senonoh. Perbuatannya itu juga disebut tidak mencerminkan pesan moral film Dua Garis Biru, yang bercerita tentang pergaulan bebas. Dengan alasan utama tersebut, netizen menghakimi Zara dan Zaki.
Tidak berhenti sampai di situ, keluarga Zara juga ikut menerima komentar pedas. Melalui Instagram pribadinya, ibunda Zara meminta netizen untuk berhenti merundung dan mengingatkan pentingnya kesehatan mental. Sedangkan kakak dari Zara, Hasykyla, juga ikut buka suara setelah dibuat geram oleh netizen yang melontarkan hujatan ke Instagram adik-adik laki-lakinya yang masih kecil.
Sungguh tega dan terlalu berlebihan perbuatan warganet +62. Apakah perundungan akan memperbaiki kesalahan seseorang? Apakah netizen tahu bahwa selebriti juga dapat berbuat salah selayaknya manusia biasa? Dan yang paling penting, apakah netizen maha mulia lebih suci daripada Zara? Khusus untuk pertanyaan terakhir, hanya netizen sendiri dan Tuhan YME yang tahu.
Walaupun pola perkaranya mirip, tetapi konsekuensi yang diterima Evans dan Zara sangat amat jomplang. Tidak dapat dipungkiri juga bahwa reaksi publik terhadap Evans memang hal yang tidak biasa. Ketika menanggapi perkara Evans, aktris Kat Dennings mencuit, “Rasa hormat publik untuk privasi / perasaan Chris Evans sungguh luar biasa. Bukankah lebih baik jika itu meluas ke wanita ketika hal seperti ini terjadi?”
Melanjutkan perkataan Dennings, bukankah lebih baik jika netizen Indonesia belajar untuk menjaga perasaan dan privasi orang lain? Terlepas siapapun orangnya, jenis kelamin, dan pekerjaannya. Seharusnya kita semua tahu bahwa setiap manusia memiliki perasaan dan privasi. Namun kita seringkali lupa bahwa jari-jari kita dapat merusak keduanya. Saatnya kita menjadi bijak dalam menggunakan media sosial kita.