Selasa, Oktober 8, 2024

Wacana sebagai Represifitas Tersembunyi

Al Fatah Hidayat
Al Fatah Hidayat
Penulis lepas

Dewasa ini, lumrah dipahami bahwa represifitas diartikan sebagai tindakan kekerasan yang berorientasi pada tindakan fisik. Represifitas juga acap kali dikaitkan sebagai konflik antara aparatus dengan rakyat. Setiap hari selalu kita jumpai isu-isu represifitas aparat diberbagai kolom media seperti bentrok saat demonstrasi, penggusuran dan berbagai macam topik lainnya.

Namun, Michel Foucault seorang filsuf asal Perancis mengatakan bahwa repre nisifitas tidak hanya di artikan pada tindakan aparat yang berhubungan dengan kontak fisik. Melainkan juga wacana pengetahuan sebagai sebuah bentuk intervensi kekuasaan.

Kebenaran Sebagai Inti Wacana

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan kebijakan pemerintah tentang pelarangan ormas yang bernuansa radikal. Dalam sudut pandang Semiotika, kita melihat bahwa ada simbol-simbol yang di hadirkan oleh negara untuk menciptakan sebuah kebenaran. Karenanya kebijakan ini dapat diterima di dalam masyarakat.

Bila melihat Kebenaran sebagai wacana represif, kita dapat juga melihat saat Amerika Serikat melakukan mobilisasi militer di wilayah Iraq. Pada awalnya negeri Iraq damai dan makmur, namun menjadi porak poranda setelah terjadinya mobilisasi militer. Tindakan Amerika ini di anggap lumrah oleh negara-negara lain karena isu nuklir dan terorisme di Iraq yang di jadikan alasan tindakan tersebut. Wacana yang di buat oleh Amerika menjadi sebuah cara dalam meredam perlawanan terhadap kebijakan mereka.

Wacana adalah senjata yang dapat menghentikan langkah, merusak mentalitas dan meredam perlawanan. Kebenaran menjadi hal yang harus di penuhi agar wacana dapat diterima dan tidak dibantah.

Konstruksi Kebenaran

Ada dua perdebatan mengenai kebenaran yang tidak pernah selesai hingga sekarang, yakni kebenaran absolut dan tidak absolut. Namun terlepas dari absolut dan tidak absolut kebenaran, kita akan melihat sumber dari kebenaran itu sendiri. Ada tiga pendapat mengenai sumber dari kebenaran yakni:

  1. Kebenaran berasal dari manusia (mazhab Rasionalisme)
  2. Kebenaran berasal dari keadaan ril materi (Mazhab Materialisme)
  3. Kebenaran berasal dari roh absolut (Mazhab Idealisme).

Secara umum kebenaran didasarkan pada fakta-fakta yang dapat diterima oleh rasio. Negara dalam wujud kekuasaan memang tidak dapat menghadirkan kebenaran secara instan. Namun dapat merekayasa fakta-fakta yang akan mengarahkan pada kebenaran yang dikehendaki.

Manipulasi-manipulasi ini telah dikenal sepanjang sejarah peradaban manusia. Hitler seorang tyran dan tokoh totaliter facisme di Jerman mengatakan bahwa “sejarah itu untuk pemenang”. Dalam berbagai konflik, sejarah yang tercipta selalu memunculkan pemenang sebagai tokoh pahlawan dan orang-orang terpilih. Sedang mereka yang kalah dan melawan adalah penjahat yang hina dan buruk.

Al Fatah Hidayat
Al Fatah Hidayat
Penulis lepas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.