Jumat, April 26, 2024

Valentine’s Day, Seremonial Absurd Kaum Milenial

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa

Pernahkah Anda merayakan hari kasih sayang atau Valentine’s day secara khusus? Jawabannya hanya Anda yang tahu. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, tampak ada semacam kewajiban tidak tertulis dalam kehidupan sosial sebagian masyarakat Indonesia untuk merayakan hari Valentine secara istimewa. Padahal, sesungguhnya tidak ada kewajiban yang melekat bagi setiap orang untuk merayakan hari kasih sayang.

Saat ini, sebagian generasi milenial menilai bahwa hari Valentine wajib dirayakan. Sikap dan perilaku generasi milenial dalam menyikapi Valentine’s day sangat absurditas, mengapa? Karena sejarah lahirnya hari Valentine pun tidak jelas dan terpecah dalam berbagai versi. Valentine’s day tidak memiliki akar budaya yang kuat.

Sejumlah literasi menyebutkan, Valentine’s day mulai dirayakan pada abad ke-3 setelah St. Valentine meninggal dunia tanggal 14 Februari 1270. Sebenarnya, ada banyak versi beredar terkait asal-muasal Valentines’s day. Akibatnya setiap bangsa memiliki penafsiran sendiri-sendiri dalam merayakannya.

Kisah Kematian Valentine

The Catholic Encyclopedia Vol XV sub judul St. Valentine menyebutkan bahwa ada tiga nama Valentine yang meningggal dunia pada tanggal 14 Februari. Namun, dari ketiga nama yang sama itu, hanya ada satu kisah kematian Valentine yang paling popular di dunia yaitu Santo Valentine. Dia tewas di masa kejayaan kerajaan Romawi. Dalam versi ini diceritakan bahwa Santo Valentinus gugur sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaannya yang menolak menyembah tuhan bangsa Romawi. Santo Valentine meyakini bahwa tuhannya adalah Isa Al Masih).

Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Valentine menulis surat dari dalam penjara yang berisi tentang pernyataan cintanya kepada Isa Al Masih. Lalu, surat itu diberikan kepada sipir penjara dengan tulisan “Dari Valentinusmu”.

Namun, uraian kisah ini pun masih memunculkan perdebatan dan sejarah yang kabur. Tidak pernah ada penjelasan siapa Santo Valentine yang dimaksud. Kisahnya juga tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya. Seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban manusia, hari Valentine mengalami transisi yang cukup drastis, terutama di kalangan generasi milenial yang ‘menggila’ dalam merayakan Valentine’s day.

Simbol Coklat Valentine

Sebagian besar kaum milenial menyimbolkan Valentine’s day dengan cara memberikan coklat kepada pasangan atau kekasihnya. Padahal, antara coklat dan Valentine’s day tidak memiliki hubungan apapun. Budaya memberikan coklat kepada setiap pasangan yang dimabuk asmara saat merayakan hari kasih sayang, memang sengaja diciptakan kaum kapitalis, khususnya produsen coklat untuk menjadikan coklat sebagai icon Valentine’s day.

Yang lebih parah lagi, sekarang ini sebagian kaum milenial ketika merayakan Valentine’s day diduga kuat siap melakukan masa orientasi seksual dengan pasangan atau kekasihnya tanpa ada ikatan perkawinan. Pada titik ini, perayaan Valentine’s day menjadi sebuah seremonial yang sangat Absurd. Sikap dan perilaku ini jelas sangat bertentangan dengan semua ajaran agama.

Tentang kasih sayang antarsesama makhluk ciptaan Tuhan, Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujuraat (49:13), “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Sebenarnya apa yang tersurat dalam ayat di atas sangat jelas, Allah SWT menekankan bahwa setiap manusia diciptakan saling berpasangan untuk saling sayang menyayangi dalam konteks kenal-mengenal dengan cara yang halal (pernikahan) sesuai hukum agama agar manusia menjadi taqwa. Literasi Islam sangat jelas dalam soal kasih sayang antarsesama manusia.

Namun demikian, menurut saya boleh-boleh saja setiap orang merayakan Valentine’s day selama tujuannya untuk memperkuat tali silaturrahim antarsesama umat manusia.

Sebagai makhluk berakal, mulia dan menganut nilai-nilai religius sudah menjadi kewajiban bagi manusia untuk saling sayang-menyayangi antarsesama makhluk ciptaan Tuhan dengan cara-cara yang elegan, seperti saling tolong menolong dan berbagi kebaikan di alam raya dalam bentuk berzakat dan bershodaqoh kepada sesama. Salam seruput kopi paitnya kawan…

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.