Rabu, April 24, 2024

Umrah “Plus-Plus”, Plus Silaturahmi Politik

Asyari Attangkeli
Asyari Attangkeli
Alumnus Studi Agama dan Resolusi Konflik Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dosen Studi Agama dan Kearifan Lokal Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri

Umrah merupakan ibadah sunnah bagi umat muslim. Baru-baru ini, netizen dihebohkan oleh beberapa elit bangsa, elit parpol sebut saja ketua umum Gerindra, Prabowo Subianto, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan ketua dewan kehormatan PAN, Amien Rais dan Ketua Umum PKS, Shahibul Iman, yang sedang melaksanakan ibadah umrah di bulan suci ramadlan.

Ibadah umrah yang dilakukan ketiga tokoh tersebut biasa-biasa saja sampai pada akhirnya ketiganya melakukan silaturrahmi kepada ketua umum Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS) yang sedang berada di Mekkah selama 1 tahun lebih pasca dirinya ditetapkan sebagai tersangka kasus pornografi.

Dari beberapa sumber di media, silaturrahmi tersebut membahas masalah-masalah kebangsaan. Itu bagus. Umrah sambil membahas kebangsaan.

Hal itu menunjukkan betapa besar rasa cintanya terhadap tanah air. Kalau meminjam bahasa mbah Hasyim Asy’ari, Hubbun Wathan Minal Iman, dalam resolusi jihadnya ketika ingin mengusir panjajah pada tahun 1945.

Namun, yang menjadi kurang enak didengar ketika sampai pada pembahasan deklarasi 2019, rekomendasi capres dan cawapres. Sehingga terkesan bahwa aktivitas umrah menjadi wadah politik praktis.

Tidak heran jika kemudian muncul stigma, umrah yang dilaksanakan oleh elit bangsa tersebut merupakan umrah politik. Meskipun sebenarnya, umrah itu sendiri, dan komunikasi/silaturrahmi politik pasca pelaksanaan umrah itu adalah hal lain, atau yang lebih popular dengan umrah plus.

Umrah plus, bahkan bisa dikatakan umrah plus-plus, asal jangan sampai dianalogikan dengan panti pijat plus-plus meskipun kedua istilah plus-plus tersebut sama-sama merupakan kegiatan yang diberikan nilai lebih, namanya juga plus-plus

Adapun isi dari silaturrahmi politik tersebut, diantaranya HRS meminta 4 partai yakni Gerindra, PAN, PKS dan PBB untuk segera merealisasikan keinginan umat untuk deklarasi serta membuka pintu juga kepada partai lain terutama yang berbasis masa Islam (detik.com, 2/6/2018) .

Selain itu, PAN menyatakan, Amien Rais, Prabowo dan Rizieq Sepakat Bersatu untuk 2019. Nampaknya, tahun 2019 sebagai tahun politik akan menjadi tahun yang mengasyikkan sekaligus mengandung tanda tanya yang begitu besar.

Mengasyikkan karena wajah pemikiran dan gerakan politik kita akan disumbang oleh imam besar ormas Indonesia yang jasadnya masih tetap berada di Arab.

Mengandung tanda tanya yang begitu besar karena akan muncul pertanyaan yang sampai detik ini tak seorang pun mampu menjawab, yakni mengapa Habis Rizieq Shihab yang tersangkut hukum sejak 1 tahun silam masih saja mangkir, ada apa dengan roda hukum kita?

Terlepas dari pro-kontra ibadah umrah plus silaturrahmi elit parpol dengan HRS tersebut. Apapun yang dilakukan patut kita apresiasi. Setidaknya di bulan suci ramadlan ini, kita semua memperbanyak husnuzhan.

Ada sebuah hadits yang mengatakan bahwa husnuzzhan lillah min husni ibadah. “Berbaik sangka pada Allah itu merupakan bagian dari ibadah”. Anggap saja apapun yang dilakukan, beliau semua memiliki itikat, niat yang baik karena lillah, amiiin

Umrah plus-plus mereka itu bagus. Karena memang tidak hanya ibadah haji yang ada embel-embel plus. Coba lihat di sekitar kita, begitu banyak jasa layanan haji dan umrah, pasti di belakangnya ada embel-embel haji dan umrah plus.

Elit bangsa dan atau elit parpol tersebut tidak sedang haji, tetapi sedang melaksanakan umrahnya saja, yakni umrah plus-plus, plus silaturrahmi politik yang isinya secara keseluruhan berisi membangun kekuatan politik dari Mekkah, tempat suci.

Semoga umrah beliau-beliau diterima karena niat yang tulus ibadah, serta berdampak pada silaturrahmi politiknya yang juga lillah. dibarengi dengan kesucian pula dalam mengawal masa depan bangsa dan negara Republik Indonesia ini.

Setidaknya nuansa politik pasca umrah plus-plus ini tidak seseram hari kemaren.

Kita semua tahu, kemaren penyebutan “partai syaitan” dan “partai Allah” sangat mengganggu stabilitas bangsa dan negara. Semoga saja pasca umrah plus-plus ini tidak ada isu pimpinan partai Allah baru datang umrah atau berita yang seragam lainnya.

Dan yang lebih penting lagi yang mengatasnamakan “partai-partai Allah” tidak lagi membuat urat tegang apalagi memecah belah umat Allah. Terlebih lagi, menyangkut tahun politik 2019.

Asyari Attangkeli
Asyari Attangkeli
Alumnus Studi Agama dan Resolusi Konflik Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dosen Studi Agama dan Kearifan Lokal Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Kediri
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.