Minggu, November 24, 2024

Trump-Hillary, Industri Terbelah, dan Karakter Kota Masa Pandemi

Aulia Mauludi
Aulia Mauludi
Penulis lepas
- Advertisement -

Industri di dunia beberapa tahun belakangan ini semakin didominasi industri berat dan industri kreatif-jasa. Dominasi industri meruncing akibat pertarungan Trump dan Hillary di Amerika.

Trump adalah representasi masyarakat Amerika yang bertumpu pada industri berat, seperti industri manufaktur dan pembangunan infrastruktur. Sedangkan, Hillary adalah representasi dukungan masyarakat yang membesarkan industri kreatif dan jasa.

Sebutlah industri pariwisata, perfilman, seni, dan ilmu pengetahuan. Para pendukung Hillary terpusat di New York dan California yang didominasi para kreator dan pengusaha jasa. Sedangkan, Trump menang di daerah industri berat, seperti Michigan, Texas, Kansas, dll.

Dampak dari pemilu ini terasa hingga masa pandemik. Para pendukung Trump yang sebagian adalah para pelaku industri manufaktur mengalami kesulitan untuk bekerja dengan kebijakan lockdown, karena pekerjaan mereka banyak mengutamakan kehadiran fisik.

Pabrik sulit untuk menerapkan work from home. Berbeda dengan pegawai Google atau Facebook yang banyak mengijinkan karyawannya bekerja dari rumah. Karena itulah, demonstrasi para pendukung Trump yang menentang lockdown semakin banyak di distrik tempat Trump dulu menang, berlawanan dengan New York dan California yang semuanya sepakat mengunci diri untuk membatasi penyebaran Covid.

Di Amerika, kota-kota dengan penyebaran virus tertinggi adalah kota pariwisata dan kreatif. Perbedaan besar dengan Indonesia, di negeri ini pertumbuhan virus lebih tinggi di kota industri berat. Fenomena ini sulit dijelaskan, karena perbedaan jumlah tracing dan kondisi yang sangat mencolok.

Kota Indonesia dan Covid

Seperti di Amerika dan negara lainnya, kota-kota besar di Indonesia bisa dikategorikan menjadi kota industri manufaktur dan kota kreatif-jasa. Bali, Jogja, dan Bandung adalah contoh daerah yang mengandalkan pariwisata, jasa, dan industri kreatif. Surabaya dan Jakarta sekitarnya adalah kota-kota yang mengandalkan industri berat.

Hal ini bisa dilihat dari besaran pendapatan dan besaran industri di daerahnya masing-masing. Dengan banyaknya travel warning dari beberapa negara, wisatawan enggan untuk berkunjung ke Bali dan Jogja. Kedua daerah itu menjadi sepi dan beberapa fasilitas wisata mudah untuk ditutup.

Hingga kini, pertambahan penderita covid di Bali cenderung rendah. Demikian pula dengan Jogjakarta yang juga merupakan kota Pendidikan. Dengan ditutupnya pusat wisata dan Pendidikan, Jogja mudah untuk mengendalikan penyebaran covid. Berbeda dengan Bali dan Jogja, Bandung merupakan tempat kunjungan wisatawan local dari Jakarta.

Dengan diberlakukan PSBB dan himbauan orang Jakarta untuk tidak keluar kota, otomatis Bandung menjadi tempat yang mudah untuk membatasi penyebaran virus. Ketika Cipularang dibuka, pertumbuhan ekonomi langsung melonjak 60% dari sebelumnya.

- Advertisement -

Dengan pembatasan wilayah akibat Covid di Jakarta, tingkat ekonomi Bandung pun turun 60%. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan di Bandung lebih diutamakan karena aktifitas masyarakat Jakarta yang tidak meninggalkan kota. Salah satu indikator lainnya, penurunan ekonomi Bandung secara drastis dimulai semenjak bulan maret sebelum PSBB dicanangkan.

Di saat itu, orang Jakarta sudah dihimbau tidak ke Bandung. Akhir Maret adalah waktu hotel-hotel mulai tutup secara masal dan pendapatan beberapa sektor wisata mulai terganggu. Sebaliknya dengan Surabaya. Kota ini menjadi kolam wabah di Indonesia. Salah satu penyebabnya karena PSBB sulit dilakukan di Surabaya.

Surabaya adalah kota industri berat yang masih mengoperasikan pabrik dan mall-mallnya. Banyak industri manufaktur besar di kota ini. Sebut saja Sampoerna, Maspion, Comfeed, Bimoli, dll. Semua pabrik tersebut sulit untuk dihentikan yang berdampak pada pergerakan masyarakat Surabaya tetap besar.

Butuh kepemimpinan yang mampu melobi perusahaan-perusahaan besar agar mengurangi pergerakan pegawainya. Dengan industri yang tetap bekerja, penyebaran virus tidaklah mudah untuk diatasi. Tidak mudah menghentikan perusahaan besar yang berproduksi untuk puluhan ribu orang.

Ketika ekonomi Surabaya hancur, maka ekonomi kota-kota satellite lainnya ikut menerima dampaknya. Untuk perbandingan antara kota industri dengan kota wisata, total pengangguran akibat Covid di Bandung 53.456 orang, sedangkan satu perusahaan seperti Sampoerna saja jumlah pegawainya lebih dari 25 rb orang.

Bisa dibayangkan bagaimana rumitnya mengatasi covid di kota yang berbasis industri berat yang memiliki ratusan hingga jutaan buruh pabrik. Jakarta mempunyai satu keuntungan besar dibandingkan Surabaya.

Industri besar di Jakarta beberapa berada di daerah satelit seperti di Banten dan Jawa Barat. Kondisi ini terpisah dari pusat kota yang mengakibatkan penanganan pembatasan pergerakan manusia lebih mudah. Bayangkan dengan Surabaya yang pabrik, pemukiman buruh, tempat distribusi, hingga tempat penjualan berada dalam satu rantai di kota yang sama.

Apabila melihat dari karakter kota terhadap pertumbuhan covid, maka Jakarta dan Surabaya adalah dua kota yang harus menjadi central dalam penanganan wabah. Kedua kota tersebut adalah kota manufaktur yang memiliki banyak kota satellite. Apabila penangan di dua kota itu baik, maka penanganan di kota-kota yang mengelilinginya akan jauh lebih mudah.

Bandung adalah contoh kota yang menjadi baik karena masyarakat Jakarta tidak melakukan banyak pergerakan ke kota-kota lain di Jawa Barat. Jawa Timur masih terus menanjak karena kota utamanya tidak bisa menangani industri manufakturnya disertai dengan pergerakan manusianya.

Aulia Mauludi
Aulia Mauludi
Penulis lepas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.