Sabtu, April 20, 2024

Transportasi Online dan Indeks Kesejahteraan

Rachman habib
Rachman habib
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Dari Data Sosial Ekonomi Agustus 2017 yang diturunkan BPS menunjukkan bahwa rasio ketergantungan penduduk Indonesia merendah. Artinya beban kelompok usia produktif berkurang dalam menanggung kelompok usia non-produktif. Itu disebabkan semakin banyak kelompok usia produktif (penduduk usia 15-64 tahun)  terserap sektor pekerjaan. Dengan begitu indeks kesejahteraan dilaporkan meningkat.

Salah satu lapangan pekerjaan yang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak adalah transportasi online, baik ojek maupun taksi, terutama di kota kota besar. Gojek misalnya pada 2016 menyerap 200.000 pekerja. Akan tetapi, yang perlu diperhatikan adalah apa yang membuat transportasi online menjadi magnet baru lapangan pekerjaan.

Jam kerja yang fleksibel adalah salah satu faktornya. Driver, sebutan bagi pekerja transportasi online itu, bebas memilih jam kerja. Driver tinggal menon-aktifkan akunnya jika sewaktu waktu dia ingin istirahat atau jeda kerja. Sementara di sektor pekerjaan lain mensyaratkan hitungan baku jam kerja yang tidak bisa semaunya untuk rehat.

Lain dari pada itu, transportasi online bisa mendapatkan pekerja yang melimpah karena persediaan tenaga kerja cadangan (TKC) juga melimpah. TKC dalam bahasa Marx adalah pekerja yang tidak terakomodasi oleh sektor produktif kapital. TKC berupa pekerja yang terjun di sektor informal perekonomian atau kelompok usia produktif yang menganggur. Populasi mereka diatas 60% dari total angkatan kerja di Indonesia, dan kota kota besar adalah penyumbang populasi terbanyak. Maka, transportasi online oleh sebab itu jadi tumpuan pekerjaan, karena mudah diakses dan tidak terlalu membutuhkan keterampilan tertentu.

Tentu faktor maraknya transportasi online di kota kota besar didukung oleh kondisi warga yang membutuhkan akses transportasi di tengah melesatnya laju kehidupan. Biaya transportasi online yang murah dan jalanan macet menjadikannya pilihan ketika harus menempuh tempat tujuan. Di kota kota besar ini komposisi warganya adalah mahasiswa, pekerja berbagai macam profesi, dan ditambah kunjungan orang-orang berlibur. Di kota kota kecil jarang bahkan tidak ada transportasi online.

Itulah beberapa faktor yang memungkinkan transportasi online jadi magnet baru lapangan pekerjaan terutama di kota kota besar. Akan tetapi, semakin banyak yang terserap oleh usaha transportasi tersebut tidak lantas menandakan bahwa indeks kesejahteraan kelompok usia produktif mengalami peningkatan.

Bagaimana pun, menjadi driver adalah pekerjaan rentan, yang harus bertarung dalam kompetisi tanpa ada jaminan sosial dan hukum seperti jaminan pensiun dan perlindungan bantuan hukum semisal mendapatkan masalah. Tidak adanya jamianan seperti itu merupakan ciri ciri pekerjaan di sektor informal perekonomian. Artinya seorang driver adalah seorang pekerja informal yang posisinya secara substansial tetap sebagai TKC.

Kalau demikian, apa ukuran kesejahteraan? Data statistik yang menunjukkan makin banyak yang terserap pekerjaan, justru tidak langsung menandakan peningkatan kesejahteraan. Tekanan di dunia kerja, persaingan, angka kebutuhan dan banyak hal lain yang bisa dijadikan variabel dalam mengukur kesejahteraan. Belum lagi kondisi rentan yang bisa menyebabkan hilangnya pekerjaan tanpa diduga duga.

Dengan kata lain, jika bicara kerja tidak lantas menjadikan “bekerja” sebagai variabel mengukur sejahtera atau tidak. Ini bisa diperdalam ke persoalan posisi kerja dalam menentukan eksistensi manusia. Apakah eksistensi manusia dipengaruhi oleh kerja? Jangan jangan kesejahteraan manusia dicapai ketika terbebas dari beban kerja, dan kerja hanya salah satu bagian dari sekian aktivitas manusia yang lain seperti mandi, tidur dan sebagainya.

Tentu tidak semudah itu bicara kerja hari ini di saat kapitalisme menyeluruh ke semua lini. Namun tidak ada salahnya bertanya apakah tujuan hidup itu kerja? Jika tidak, lalu apa tujuan hidup, dan bagaimana mengatasi kerja di dunia yang semakin terinklusi ke dalam sistem kapitalisme?  Dalam Islam kita juga bisa mencari dimana posisi kerja kaitannya dengan agama dan manusia. Maka, dari membahas kerja inilah persoalan kita yang sesungguhnya dimulai.

Rachman habib
Rachman habib
Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.