Al kisah, rumah Gus Dur yang ada di daerah Ciganjur, tidak pernah ada sepinya. Tamu selalu datang silih berganti dari pagi ke pagi. Bahkan malam ke dini hari pun tidak ada hentinya. Lalu Gus Dur menjelaskan dan mendeskripsikan ciri fanatisme NU ala Gus Dur. Berikut penjelasannya ;
Pertama. “kalau mereka datang dari pukul 07.00 – 21.00 dan menceritakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen dan fanatik terhadap NU”, kata Gus Dur.
Kedua. “merek yang meski sudah larut malam, sekitar pukul 21.00 – 01.00, masih mengetuk pintu Gus Dur dan membicarakan NU. Ini namanya orang gila NU”. Ujarnya.
Ketiga. “kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu rumah saya jam dua dinihari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila”. Kata Gus Dur sambil terkekeh.
https://hermansuryantoadaapahariini.wordpress.com/2010/01/01/guyon-guyon-ala-gusdur/
Asing ?
Ya kalau sampeyan – sampeyan ini bukan pecinta NU dan Gus Dur mungkin asing sekali dengan guyonan diatas. Itu adalah salah satu guyonan khas sang Masterpeice Gus Dur yang saya ambil dari blog, dengan detail pendeskripsian langsung oleh sang guru besar mengenai betapa fanatiknya seorang Nahdliyin.
Bicara masalah kefanatikan. Saya sudah pernah menjelaskan di artikel saya sebelumnya, betapa fanatiknya bapak dan saya di dalam NU. Maklum, bapak saya adalah asli Jawa Timur yang notabene basis terbesar Nahdlatul Ulama dan Partai Kebangkitan Bangsa.
Soal NU adalah tidak jauh dari fanatik dan trah lucu. Tidak asing bagi saya, mendengarkan ceramah para kiai dan santrinya mengenai betapa lucunya NU adalah hal yang wajib dan masih dilestarikan sampai saat ini.
Mungkin karena bawaan darah hijau (re: Logo NU), jadi jiwa humoris terbawa sampai ke anak cucu cucunya. Jarang sekali melihat kiai NU membawakan ceramah sepaneng selama 2 jam full. Ya meskipun tidak semua kiai NU pandai melucu, tapi anekdot – anekdot kecil tetap keluar dari pembahasan sang kiai.
Oh alangkah indahnya NU.
Trah ini yang masih dilestarikan NU sampai saat ini, dan sepertinya dibutuhkan oleh para politisi, pejabat, dan seluruh yang terhormat di Indonesia untuk menenangkan diri dikarenakan politik Indonesia sedang memanas.
Saran saya, alangkah lebih baik bapak dan ibu terlebih dahulu tenang, ambil air wudhu, sholat, dan mari mendengarkan ceramah kiai NU. Biar hati gak sepaneng terusss…
Trah kelucuan NU inilah yang saat ini dibutuhkan untuk menentramkan atmosfir perpolitikan Indonesia. Lha wong saat ini orang dengan mudahnya tuduh kanan, tuduh kiri yang bikin emosi jiwa. Hal itu sama dengan seseorang muslim mengkafirkan dan membid’ahkan saudara muslim lainnya, jadi selama kita bersatu Islam akan selalu menjadi agama rahmatan lil’ ala’min.
Allah Maha Besar.
Jadi saran saya lagi, daripada panas – panasan liat politik Indonesia yang cawut – cawutan, marilah kita mendengarkan ceramah kiai NU yang mantap djiwa.
Bukannya saya sengak, sok pintar, sok menceramahi, tapi jauh didalam lubuk hati saya yang paling dalam, alangkah risihnya kita sesama saudara satu nusa satu bangsa bisa bercerai runtuh hanya sekedar berebut kekuasaan atau hanya meraih popularitas dan elektabilitas.
Kita ini hidup di dunia cuma sebentar kok, mati pun harta kekayaan, wanita, dan kekuasaan tidak ikut dikubur. Lha ngoyomu itu ya cuma di dunia, selagi kita masih bisa menenangkan diri, kenapa kita selalu sepaneng menghadapi hidup ? ngaji lah sekali – kali, syukur – syukur rutin biar jiwa sedikit tentram…
Jadi…….
“Qulhu ae lek” – KH. Anwar Zahid.