Selasa, April 30, 2024

Tradisi Tingkeban pada masyarakat Jawa

Rizkyana Kurnia Rachman
Rizkyana Kurnia Rachman
Mahasiswa UIN KHAS JEMBER

Peninggalan kebudayaan yang ada saat ini tidaklah sama dengan warisan. Warisan merupakan suatu hal yang harus diwariskan dan jelas pula siapa saja yang mau diwariskan. Sedangkan kebudayaan adalah segala suatu rekaman kehidupan yang telah berlangsung di masyarakat dan merupakan hasil dari perbuatan yang memiliki tujuan serta makna.

Kebudayaan tersebut berjalan secara teratur dari masa ke masa dan berbaur menjadi sebuah tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah mati, karena masyarakat telah mempercayai dan meyakini keberadaannya sebagai suatu keselamatan.

Negara Indonesia mempunyai beragam kebudayaan yang tersebar di sepanjang wilayah kekuasaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terbentang dari Sabang sampai Merauke dari Miangas sampai Pulau Rote, yang menjadikan negara ini sebagai negara multikultural yang mana memiliki beragam kebudayaan yang tak terbatas.

Di dalam masyarakat terdapat beberapa tradisi atau upacara yang di lakukan oleh masyarakat, salah satunya tradisi yang ada pada masyarakat Jawa pada masyarakat Jawa terdapat beberapa tradisi atau upacara yang biasanya di laksanakan dalam rangka memperingati akan terjadinya suatu peristiwa yang ada. Salah satunya adalah tradisi tingkeban yang dilakukan oleh masyarakat Jawa yang ada di Indonesia ini.

Tradisi tingkeban (tujuh bulanan) adalah suatu adat kebiasaan atau upacara yang dilakukan pada bulan ke-7 masa kehamilan pertama seorang perempuan (seorang ibu), yang mana tingkeban ini merupaka suatu peninggalan atau warisan kebudayaan yang diciptakan oleh para leluhur sebagai ritual adat dengan maksud supaya embrio dalam kandungan dan ibu yang mengandung memperoleh keselamatan.

Tradisi Tingkepan ini di lakukan hanya untuk kehamilan anak pertama, sedangkan untuk anak kedua, ketiga, dan seterusnya biasanya tidak ada acara Tingkepan. Dalam pelaksanaan upacara ini terdapat beberapa rangkaian acara yang harus dilaksanakan di antaranya adalah siraman kemudian dilanjutkan dengan adanya acara selamatan.

Dalam acara selametan biasanya banyak kita temui adanya beberapa sesajen atau sajen-sajen yang memilik makna tersendiri bagi masyarakat Jawa. Di daerah Jember tradisi tingkeban ini masih kental dan masih banyak orang yang mempercayainya .

Rumusan Masalah

Tradisi atau upacara yang ada di masyarakat Jawa upacara tingkeban ini menurut mitos memiliki makna, pendidikan itu bukan hanya setelah matang atau dewasa, akan tetapi pendidikan itu ditanam sejak benih tertanam dalam rahim seorang ibu. Dalam tradisi ini sang ibu yang sedang hamil dengan usia kandungan 7 bulan, dimandi atau disiram dengan air yang dicampur dengan kembang setaman, juga dengan doa yang bertujuan memohon kepada Allah agar diberikan keselamatan rahmat serta berkah agar bayi yang dilahirkan selamat serta sehat tanpa kekurangan apapun.

Dalam masyarakat Jawa tradisi ini baik dilakukan pada tanggal 7, 17, dan 27 sebelum bulan purnama menurut penanggalan Jawa dan upacara dilakukan di sebelah kiri atau sebelah kanan rumah serta menghadap ke arah matahari terbit.

Terangkum dalam berbagai sumber, prosesi tingkeban ini, diawali dengan gelar siraman yang dilakukan oleh sesepuh dan suami. Namun dari metamorfosa pengembangan budaya oleh wali 9, sebelum acara siraman dimulai biasanya terlebih dahulu dibuka membaca n Q.S. Al-Fatihah, Al-ikhlas 3x, al-falaq 1x, an-nas 1x, dan ayat qursi 7x atau membaca surat Luqman dan Maryam.

Pada jaman dahulu tradisi siraman ini biasa dilakukan di sumber air atau sungai dengan cara memandikan calon ibu yang hamil. Sesepuh atau keluarga yang bertugas menyiram biasanya sebanyak tujuh orang termasuk calon ayah dari jabang bayi.

Adapun siraman ini merupakan gambaran agar kelahiran bayi kelak suci bersih. Sedang tujuh orang berasal dari bahasa Jawa yaitu pitu, yang mana berarti pitulungun (pertolongan) yang mana berarti Agar sang bayi kelak akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT beserta orang orang di sekitarnya.

Adapun beberapa rangkaian upacara yang dilakukan ketika kapan antara lainnya yaitu yang menyiram air atau yang memandikan ibu hamil tersebut banyak orang kisaran 5 sampai 9 orang. Ketika prosesi penyiraman air tersebut kepada sang ibu sang ibu harus memegang seekor ayam dan telur beserta buah kelapa yang nantinya akan disiram bersama.

Saat selesai prosesi penyiraman air tersebut sang ibu harus melepas ayam. Setelah itu dilanjutkan dengan memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain sang ibu hamil yang mana prosesi ini di lakukan oleh sang suami melalui perut sampai menggelinding ke bawah dan pecah. Hal ini merupakan simbol dan harapan semoga bayi yang akan lahir mendapatkan kemudahan, seperti menggelindingnya telur tadi.

Setelah prosesi penyiraman selanjutnya sang ibu melakukan upacara ganti busana dilakukan dengan jenis kain sebanyak 7 (tujuh) buah dengan motif kain yang berbeda-beda. Motif kain dan kemben yang akan dipakai dipilih yang paling baik dengan harapan agar kelak si bayi juga memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang kain.

Menurut kepercayaan banyak masyarakat kain yang ke-7 adalah yang paling pantas. Kemudian, dilanjutkan dengan upacara brojolan. Upacara ini adalah memasukkan sepasang kelapa gading muda yang telah digambar Janaka dan Srikandi atau Komojoyo dan Komoratih ke dalam sarung dari atas perut calon ibu ke bawah.

Makna simbolis dari upacara bertujuan agar kelak sang bayi lahir dengan mudah tanpa adanya kesulitan apapun. Makna dari gambar janaka dan Srikandi adalah agar kelak sang bayi ketika lahir dengan rupa yang elok dan memiliki budi pekerti yang baik seperti yang di gambarkan pada batok kelapa. Janaka dan Srikandi merupakan tokoh ideal pada tokoh Jawa.

Setelah upacara brojolan, di lanjutkan dengan upacara memecahkan gentong air dan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa yang bergagang kayu kemuning. Maksud dari memecah tempurung (yang dalam bahasa jawa tersebut Cengkir) agar sang bayi kelak, dapat memiliki kelurusan fikir (kencenge pikir/cengkir) dalam mengarungi bahtera hidup.

Selain itu, juga memberi doa dan puji keselamatan agar nanti kalau si ibu masih mengandung lagi, kelahirannya juga tetap dipermudah. Selain itu ada juga suatu tradisi yang mana Ibu hamil menjual dhawet dan rujak. Biasanya yang bertugas membeli, jualan tersebut adalah segenap tamu undangan yang hadir atau masyarakat sekitar menggunakan uang buatan (kreweng) atau biasanya juga menggunakan pecahan genteng.

Uang tersebut dimasukkan ke dalam wadah dari tanah. Wadah yang berisi uang replika tersebut dipecah di depan pintu oleh ibu hamil. Hal ini memiliki makna agar kelak sang bayi yang lahir akan banyak mendapatkan rezeki dan gemar bersedekah.

Selain itu dalam upacara Tingkeban ini juga ada kegiatan kenduri atau orang biasa menyebutnya dengan kenduren. Dalam prosesi kenduri ini merupakan acara sebagai ungkapan rasa syukuran. Pada saat ini, ada beberapa sesaji yang biasanya perlu dipersiapkan, diantaranya adalah tumpeng kuat, yaitu tumpeng yang berjumlah tujuh. Satu di antara tumpeng itu dibuat paling besar dan enam yang lain, diletakkan mengelilingi tumpeng besar.

Bilangan tujuh menggambarkan umur bayi tujuh bulan. Sedangkan makna tumpeng kuat, melambangkan agar bayi yang lahir sehat dan orangtuanya diberi kekuatan lahir dan batin. Adapun jenang putih dan merah dipadu sebanyak 7 macam, simbol jenang putih melambangkan laki-laki sedangkan jenang merah melambangkan perempuan.

Terakhir yaitu upacara menyeret tikar atau kloso yang mana ini di lakukan oleh orang yang pertama kali keluar dari ruang kenduren/rumah, hal ini mempunyai maksud agar bayi dipermudah dalam kelahiran/keluar dari rahim.

Rizkyana Kurnia Rachman
Rizkyana Kurnia Rachman
Mahasiswa UIN KHAS JEMBER
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.