Minggu, Juli 6, 2025

Tokoh Johan Liebert dalam kacamata Psikoanalisis Jacques Lacan

Aldi Labrador
Aldi Labrador
Penulis Yang Jelek Dan Buruk
- Advertisement -

Analisis Psikoanalisis Lacanian terhadap Tokoh Johan Liebert dalam Anime Monster

Anime Monster karya Naoki Urasawa menghadirkan sosok antagonis yang sangat kompleks: Johan Liebert. Karakter ini menarik untuk dianalisis dengan pendekatan psikoanalisis karena perilakunya yang ekstrem, penuh manipulasi, dan menyiratkan kehampaan eksistensial.

Johan bukanlah sekadar “penjahat biasa”—ia adalah cerminan dari sisi tergelap jiwa manusia. Pendekatan psikoanalisis, khususnya teori Sigmund Freud dan Jacques Lacan, dapat digunakan untuk membedah karakteristik, motivasi, dan latar belakang psikologis Johan secara lebih mendalam.

Psikoanalisis Jacques Lacan: Kerangka Teoretis

Jacques Lacan merupakan tokoh penting dalam pengembangan psikoanalisis modern. Ia memperkenalkan konsep bahwa ketidaksadaran manusia “terstruktur seperti bahasa” dan identitas subjek dibentuk dalam hubungan dengan simbol, bahasa, dan tatanan sosial. Seperti yang ia nyatakan dalam seminarnya, “le sujet est représenté par un signifiant pour un autre signifiant” (subjek diwakili oleh satu penanda untuk penanda lainnya) (Lacan, 2006, hlm. 207).

Lacan membagi struktur psikis manusia ke dalam tiga tataran utama, yaitu imajiner, simbolik, dan real.

Pertama, tataran imajiner berkaitan dengan fase cermin, saat individu pertama kali mengenali dirinya melalui refleksi. Pada tahap ini, ego terbentuk secara ilusif dan narsistik, serta membentuk identitas yang tidak stabil. Kedua, tataran simbolik adalah ranah bahasa, hukum, dan norma sosial yang menjadi struktur tempat subjek membentuk makna. Dalam simbolik, manusia menjadi bagian dari jaringan relasi yang dibentuk oleh bahasa, termasuk larangan dan keinginan. Ketiga, tataran real adalah aspek dari realitas yang tak terjangkau oleh simbol atau bahasa, dan sering muncul sebagai trauma atau sesuatu yang menakutkan.

Selain itu, Lacan juga memperkenalkan konsep “the lack” (kekurangan) yang menjadi inti dari eksistensi manusia. Subjek terbentuk melalui kehilangan, dan seluruh keinginan manusia berputar pada upaya mengisi kekosongan itu, meskipun tidak pernah berhasil secara penuh. Dengan kata lain, manusia terus mencari sesuatu yang hilang dan tak bisa dipenuhi, karena struktur bahasa dan simbol membatasi apa yang bisa ia akses. “Man’s desire is the desire of the Other,” ungkap Lacan (Écrits, 2006, hlm. 235), menegaskan bahwa keinginan kita dikonstruksi oleh keinginan orang lain dalam tatanan simbolik.

Johan Liebert sebagai Subjek Lacanian

Dalam konteks anime Monster, Johan Liebert dapat dilihat sebagai representasi subjek yang mengalami “lack” dalam wujud ekstrem. Sejak masa kecilnya, Johan mengalami trauma berat akibat eksperimen psikologis di Kinderheim 511 yang merusak perkembangan egonya. Ia tak pernah memiliki identitas yang utuh dan stabil; yang muncul justru adalah kehampaan dan kehendak untuk menghapus diri.

Fase cermin Johan, bila dikaitkan dengan tataran imajiner, tampaknya membentuk ego yang palsu dan terfragmentasi. Ia belajar membentuk persona yang sempurna dan simpatik di hadapan orang lain, namun menyimpan kehancuran di baliknya. Dalam tataran simbolik, Johan menolak norma, hukum, dan struktur sosial, bahkan menolak eksistensi itu sendiri. Ia tidak tunduk pada hukum “ayah” dalam arti Lacanian (Name-of-the-Father), tetapi justru menghancurkannya.

Pertemuan Johan dengan trauma dan kematian berulang kali menunjukkan relasinya dengan tataran real. Ia menyadari bahwa tidak ada makna dalam kehidupan, dan dari situ tumbuh obsesi untuk membawa orang lain menuju kehancuran yang sama. Hasratnya bukanlah untuk hidup, melainkan untuk menghapus eksistensi diri dan orang lain—sebuah bentuk dari “death drive” yang juga dibahas oleh Freud.

Dalam sebuah adegan kunci, Johan berkata: “Aku ingin menjadi akhir dari dunia ini.” Pernyataan ini merefleksikan bukan sekadar keinginan destruktif, melainkan ekspresi dari kehampaan total yang ia rasakan sebagai subjek yang terputus dari simbol, identitas, dan relasi sosial. Kutipan ini memperkuat gagasan Lacanian bahwa subjek manusia tidak dibentuk oleh pemenuhan, melainkan oleh kekurangan yang melekat secara struktural.

- Advertisement -

Kekurangan dan Hasrat yang Tak Pernah Usai

Johan adalah manifestasi dari subjek yang kehilangan pusat identitas. Ia tidak mencari kekuasaan atau uang, melainkan kesunyian dan kematian sebagai akhir dari keinginan. Dalam kerangka Lacanian, ini adalah contoh ekstrem dari subjek yang dikuasai oleh “the lack”. Ia berusaha membunuh identitasnya sendiri dengan menghapus nama, riwayat, dan bahkan dirinya dari dunia.

Ia memproyeksikan kekurangannya kepada orang lain: membuat mereka bertanya siapa dirinya, menggiring mereka untuk merasa tak berharga, bahkan mendorong mereka untuk bunuh diri. Johan menunjukkan bahwa kehendak manusia bisa rusak bukan karena keinginan akan sesuatu, tapi karena kehampaan akan makna.

Melalui kacamata psikoanalisis Lacan, Johan Liebert bukan hanya antagonis dalam cerita fiksi, melainkan metafora dari subjek manusia modern yang terjebak dalam jaringan bahasa, kekosongan eksistensial, dan trauma yang tak tertangani. Ia mewakili potensi destruktif ketika “lack” tidak diolah menjadi subjek yang berkehendak sehat, tetapi justru mengarah pada penolakan total terhadap simbol dan identitas. Dengan analisis ini, Monster tidak hanya menjadi kisah detektif psikologis, tetapi refleksi filosofis atas eksistensi manusia itu sendiri.

Aldi Labrador
Aldi Labrador
Penulis Yang Jelek Dan Buruk
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.