Jumat, April 26, 2024

Tentang Hati, Nasi, dan Silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri

Jendry Kremilo
Jendry Kremilo
Penulis di "The Columnist" dan "Kompasiana". Mahasiswa Sanata Dharma

Maa akromu min fi’liin illa istaghfaa wa ‘afaa ‘iiydul fitri “Tiada perbuatan yang lebih mulia selain minta maaf dan memaafkan. Selamat hari raya Idul Fitri.Sebelum memulai cuap-cuap pada malam ini, seperti biasa saya harus selalu menyempatkan diri untuk menyeruput secangkir kopi, agar kandungan kafein dalamnya mampu untuk membuat  pikiran tetap terjaga, setidaknya sampai kata terakhir dari tulisan ini rampung.

Topik yang akan saya ceritakan pada hari ini, lebih  kearah pengalaman religius saya dengan beberapa sahabat saya dari berbagai macam agama, dalam satu hati memaknai hari raya.

Sesuai situs resmi Nahdlatul Ulama, Hari Raya Idul Fitri adalah puncak dari pelaksanaan ibadah puasa.Hari raya Idul Fitri menjadi salah satu momentum perayaan bagi para pemeluk agama islam untuk merayakan  hari kemenangan.

Dilansir dari Wikipedia  Idulfitri itu sendiri berasal dari  (bahasa Arab: , translit. ‘d al-fir) atau Lebaran di Indonesia adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriah. Karena penentuan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan tersebut, maka Idulfitri atau Hari Raya Puasa jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari penanggalan Masehi.

Untuk itu  tahun ini, hari raya Idul Fitri jattuh pada tanggal 24 Mei 2020 dan menjadi hari besar bagi umat Islam. Sehingga tak heran jika perayaan ini tidak hanya sekadar perayaan ria semata tetapi memiliki makna mendalam bagi umat islam, sebab bersama-sama dalam satu irama dari segala arah dan penjuru dunia tak henti-hentinya melantunkan  alunan suara takbir, tasbih, tahmid dan tahli nan merdu.

Selain itu makna teologis dari Hari Raya Idul Fitri ini sendiri sebagai bentuk rasa syukur dan manifestasi kemenangan setelah melewati dahaga puasa selama kurang lebih satu bulan, itulah mengapa saya secara pribadi meskipun berbeda keyakinan, tetapi melihat sesame kawan-kawan muslim saya di kampus, entah mengapa saya turut menjadi bagian dalam suasana ria dan kegembiraan di hari Idul Fitri ini.

Perjalanan Silaturahmi: Tentang Toleransi dan Ketulusan

Pengalaman hari raya Idul Fitri tahun ini menjadi momentum yang bagi saya pribadi sangat spesial. Tepatnya hari selasa tanggal 3 Mei 2022, kami mengadakan silaturahmi ke beberapa teman muslim yang  menurut saya sudah menjadi keluarga sendiri di perantauan.

Sambutan hangat dari keluarga teman -teman kami yang beragama muslim, izinkan saya menyebutkan nama mereka sebagai bentuk apresiasi karena mereka sudah menghadirkan toleransi dan penghargaan atas perbedaan (linimasaInstagram:@oktavia.rikaa,@sellanuryuliana dan @athlst14) seolah menunjukan wajah islam yang sesungguhnya, didalamnya kami menemukan suasana kehangatan,kekeluargaan, ketulusan dan cinta yang mendalam.

Yah , sejak awal  tiba di rumah para sahabat kami ini, senyuman semringah dan ketulusan dipancarkan dari wajah mereka dan juga sanak saudara. Dengan nuansa kekeluargaan,mereka tidak hanya menyajikan hidangan nasi dan lauk pauk ala lebaran seperti lontong,rendang ati,sup telur dan kerupuk serta aneka minuman yang memanjakan perut, tetapi juga gurat senyuman dan suasana kekeluargaan yang dihadirkan menunjukan ketulusan yang hakiki dari hati mereka.

Sehingga dari perjalanan ini saya tidak hanya sekadar memperoleh kekuatan jasmani tetapi juga kekuatan rohani bahwasannya cinta, rasa syukur dan ketulusan adalah implementasi konkrit dari menghadirkan Tuhan di dalam keluarga.

Perayaan Idul Fitri kali ini juga membuat saya melihat wajah nyata dari indahnya toleransi. Idul Fitri merupakan momentum perayaan hari kemenangan yang bisa dijadikan tonggak untuk kembali membangun persatuan dan toleransi Bangsa Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam agama, sudah sepantasnya mengambil peran dalam mempererat persatuan antar umat beragama.  Dalam kerangka Bhineka Tunggal Ika, sudah seharusnya membangun tali silaturahmi di hari Idul Fitri yang suci ini menjadi pengalaman kolektif bagi saya ,anda , dan juga seluruh bangsa Indonesia untuk Kembali ke fitrah bernegara berdasarkan nilai-nilai Pancasila yang sudah diajarkan sejak sekolah dasar.

Membangun nilai-nilai toleransi tidak harus reaksioner dan anarkis “turun ke jalan” tanpa substansi dan esensi lalu menyeruduk dan melakukan aksi premanisme, tetapi mulai dari hal-hal sederhana dengan menjalin tali silaturahmi, meskipun berbeda keyakinan, toleransi tidak pernah membatasi kita untuk membangun fondasi kekeluargaan dalam perbedaan yang ada.

Hikmah Idul Fitri

Itu adalah secuil pengalaman singkat nan berharga yang sudah saya renungkan semenjak pulang menjalin tali silaturahmi . Momentum hari raya Idul Fitri ini membuat kita untuk bisa menyatukan niat tulus ikhlas dalam sanubari kita, kita hilangkan rasa benci, rasa dengki, rasa iri hati, rasa dendam, rasa sombong dan rasa bangga dengan apa yang kita miliki hari ini. Mari kita ganti semua itu dengan rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan.

Dengan hati terbuka, wajah yang berseri-seri serta senyum yang manis kita ulurkan tangan kita untuk saling bermaaf-maafan. Kita buka lembaran baru yang masih putih, dan kita tutup halaman yang lama yang mungkin banyak terdapat kotoran noda  Tanpa mengurangi rasa hormat saya seraya mengucapkan Minal Aidin Walfaizin Mohon Ma’af Lahir dan Batin kepada seluruh umat muslim di Indonesia .

Semoga Allah SWT, selalu memberikan pertolongannya kepada kita semua dan untuk teman-teman yang beragama lain, semoga berkat melimpah dari Tuhan selalu menyertai  kita semua.

Di akhir kata, Ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua sahabat saya yang sudah menunjukan dan mengajarkan  nilai-nilai ketulusan,cinta kasih,kekeluargaan dan toleransi  dalam paket silaturahmi yang hangat, semoga di hari raya Idul Fitri ini kita selalu mendapat berkat untuk  terus mengarungi bahtera lautan persoalan berbangsa dan bernegara dengan kapal toleransi yang sudah  dibangun sejak dahulu.

Taqabbalallahu minna wa minkum”Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian.”

Jendry Kremilo
Jendry Kremilo
Penulis di "The Columnist" dan "Kompasiana". Mahasiswa Sanata Dharma
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.