Selasa, Oktober 8, 2024

Teladan dan Mimpi Sosok Ani Yudhoyono

joewilliam
joewilliam
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, penggemar studi politik keamanan dan regionalisme ASEAN.

Tidak terasa perlahan air mata jatuh membahasi wajah, saat kabar berpulangnya Ibu Ani Yudhoyono, istri keenam Presiden Republik Indonesia menghiasi seluruh layar televisi dan media tanah air pada 1 Juni lalu. Saat itu pula, rasa kehilangan dan sesak yang amat dalam menghampiriku.

Memang heran, kenal secara pribadi pun tidak, namun kesedihan dirasakan pula oleh seluruh rakyat Indonesia secara kolektif. Lalu, apa yang membuat rakyat begitu sedih saat mendengar kabar kematian istri mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini? Apakah hanya sebatas karena ia seorang public figure, istri figur terpandang, ataukah ada label entitas mulia dibalik semuanya?

“Flamboyan telah pergi namun akan tetap hidup di hati kita semuanya”, begitulah cuplikan pidato Presiden Jokowi saat upacara pemakaman Ani Yudhoyono. Dalam kilas tersembunyinya, Jokowi tidak sembarangan menggunakan parafrase tersebut. Kata flamboyan sendiri digunakan SBY dalam puisinya tahun 2004 untuk menggambarkan sosok Bu Ani. Dalam definisi KBBI, flamboyan mempunyai epistemologi sebagai tokoh pelindung, berpedikat, dan kharismatik.

Pidato tersebut seakan menyatakan bahwa Indonesia telah kehilangan sosok pelindungnya, yang dalam jajak hidupnya sang tokoh (Ibu Ani) nyatanya telah menoreh segudang prestasi untuk negeri, termasuk meninggalkan warisan terhadap kualitas harkat dan martabat Bangsa Indonesia. Sehingga tidaklah heran, rakyat Indonesia sangatlah kehilangan selepas kepergiannya. Untuk mengenangnya, marilah kita toleh sekilas berbagai tindakan sosok pelindung atau yang bernama aslinya Kristiani Herawati ini.

Sang Flamboyan bagi Indonesia

Sejak awal jabatannya, Ibu Ani telah aktif berperan meningkatkan kualitas dan mutu bangsa seperti menginisiatifkan organisasi SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu) untuk menerapkan program “Indonesia Sejahtera” yang terdiri dari Indonesia Sehat, Indonesia Pintar, Indonesia Kreatif, Indonesia Hijau, dan Indonesia Peduli.

Saat SBY mencanangkan lembaga BPJS Kesehatan dan program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) awal tahun 2014, Indonesia Sehat mendukungnya dengan menyediakan Mobil Sehat (Mohat) dan Motor Sehat (Torhat). Berikut program pemberian ASI hingga penyediaan ruang menyusui, targetnya tentu peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak.

Terobosan lainnya adalah Program Indonesia Pintar, yang berhasil merealisasikan 500 kendaraan (mobil dan motor) berikut 250 rumah pendidikan pintar. Uniknya, program ini berjalan sejajar dengan fokus pendidikan pemerintah pada masa itu seperti Program Bidikmisi, pemenuhan anggaran pendidikan 20% dalam APBN, juga konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS).

Secara tidak langsung, jalannya program pemerintah dengan SIKIB ini menjadi bukti tali kesetiaan cinta keduanya. Dimana Ani Yudhoyono sebagai seorang Ibu Negara, tidak hanya bersantai ria menunggu di rumah. Namun juga senantiasa mendukung suaminya dengan menggunakan statusnya, untuk membuat program (Indonesia Sejahtera) yang dapat membantu kebijakan pemerintah kedepannya. Sehingga, tercipta suatu harmonisasi program antara keduanya demi akselerasi kesejahteraan Indonesia kedepannya.

Sosok Inspiratif Kaum Wanita

“Menjadi pribadi yang positif, inspiratif, terhadap seluruh masyarakat Indonesia, khususnya wanita Indonesia”, tutur Ani pada catatan biografi bukunya “Ani Yudhoyono, 10 Tahun Perjalanan Hati”. Kalimat tersebut disampaikannya dengan harapan bahwa tindakannya dapat menginspirasi wanita Indonesia kelak. Sehingga, kaum wanita dapat lebih terlibat aktif, sekaligus meningkatkan martabat wanita dalam dunia internasional.

Untuk memberi contoh, Bu Ani menerapkan PERKASSA (Program Perempuan Keluarga Sehat dan Sejahtera) untuk mengembangkan UMKM perempuan Indonesia. Atas jasanya dalam meningkatkan kualitas hingga kontribusi perempuan Indonesia, ia memperoleh sejumlah penghargaan dari UNEP (PBB bidang lingkungan) dan pin emas dari Muhammad Yunus, seorang peraih nobel perdamaian.

Tidak lupa juga sebagai pemerhati perubahan iklim, ia turut menginisiasi kegiatan Gerakan Perempuan Indonesia Tanam 10.000.000 pohon tahun 2007. Berikut menjadi pembicara utama di berbagai forum dunia seperti acara COP-13 UNFCCC di Bali bertajuk “Woman as Catalyst in Combating Climate Change”.

Tidaklah heran ketika Presiden Jokowi menyebutnya sebagai “Tokoh Wanita Terbaik Indonesia” saat pemakamannya. Ditengah kerasnya arus marginalisasi terhadap perempuan di Indonesia, baik dari sisi representatif perempuan dalam kancah politik hingga urusan rumah tangga. Justru sosok Ani menjadi katalisator pemecah stereotipe tersebut dan membuktikan kepada masyarakat bahwa kaum wanita juga mampu melakukan berbagai inisiasi kreatif, bahkan jauh lebih efektif. Ia juga membuktikkan bahwa seorang wanita tidak harus terkekang dalam status ibu rumah tangga, namun turut membantu pasangannya bersama-sama untuk saling melengkapi mengejar visi mulia.

Indonesia, Please Continue My Legacy

Terdapat beberapa hal yang dapat kita petik, baik untuk dimaknai maupun menjadi teladan dalam visi generasi muda kedepannya.

Pertama, jejak sosok Ani masih terlihat jelas dalam program aktif seperti rumah pintar dan mobil sehat. Memang, sosok sang inisiator program mutakhir tersebut telah tiada. Namun hal tersebut menjadi tugas kita tersendiri sebagai generasi milenial untuk mengawasi, mempertahankan, hingga mengembangkan programnya menjadi suatu hal berkelanjutan yang positif untuk rakyat Indonesia.

Kedua, adanya ketimpangan gender yang besar dalam standar Indeks Pembangunan Gender (IPG).  Indonesia menduduki peringkat ke 6 dari 8 negara ASEAN, tidaklah terbayangkan oleh saya betapa sedihnya Bu Ani apabila mengetahuinya. Sudah saatnya kita lebih memperhatikan kesehatan ibu dan anak, kesejahteraan pekerja wanita, isu pernikahan anak dibawah umur, hingga pendidikan kaum marginal. Kita wujudkan mimpinya Bu Ani terhadap kesejahteraan, peran, dan representatif wanita di Indonesia.

Ketiga, ditengah semakin gencarnya keretakan hubungan rumah tangga, Bu Ani memberikan contoh bagaimana seorang wanita dapat menjadi baik figur istri maupun first lady yang baik. Sehingga, menghasilkan keluarga yang sangat beretika, menjungjung nilai-nilai persaudaraan, dan fondasi pendamping utama sang suami. Menjadikan keduanya insan yang saling melengkapi dan tidak terpisahkan, suatu nilai yang sudah jarang diperlihatkan dewasa ini.

Sifat Bu Ani yang selalu memanfaatkan jabatannya untuk kebaikan publik semata, hingga mendampingi sang Presiden baik dalam kebijakan maupun moral adalah suatu interpretasi flamboyan sejati bangsa.

Benar adanya, bahwa flamboyan Indonesia telah pergi meninggalkan Indonesia selama-lamanya. Namun semangat dan warisannya akan tetap menyala menghiasi arah masa depan bangsa. Gugur satu flamboyan, maka akan timbul ribuan flamboyan lainnya dari api semangat generasi muda bangsa yang berbakat.

Terimakasih telah menjadi ibu negara Indonesia dengan baik selama 10 tahun, biarkanlah kami sebagai generasi muda yang telah merasakan kasih sayang dan perhatianmu untuk terus meneruskan warisanmu.

Selamat Jalan Ibu Ani Yudhoyono.

Selamat Jalan Srikandi Indonesia.

Selamat Jalan Memo, We Love You, and We Will Forever Miss You.

joewilliam
joewilliam
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Katolik Parahyangan, penggemar studi politik keamanan dan regionalisme ASEAN.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.