Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 akan digelar serentak pada Rabu, 17 April 2019. Hal ini sudah disepakati sebelumnya oleh Panja RUU Pemilu DPR dan Pemerintah, setelah berkoordinasi dengan KPU dan Bawaslu.
Disebutkan pula bahwa masa kampanye dipersingkat hanya 6 bulan, dimana pemilu sebelumnya masa kampanye selama 1 tahun. “Masa kampanye direncanakan mulai tanggal 23 September 2018 sampai dengan 13 April 2019,” ujar Ketua Panja RUU Penyelenggara Pemilu Lukman Edy yang dilangsir oleh detiknews.com
Pendaftaran pemilihan calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2019 akan dibuka pada tanggal 4-10 Agustus 2018. Hal ini sesuai dengan salinan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2017 tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2019.
Peta dukungan partai-partai politik terhadap calon presiden menghadapi pemilu 2019 makin ramai diperbincangkan, termasuk kemungkinan terbentuknya poros ketiga, jika mencermati figur kandidat calon presiden yang ada serta kencendrungan pengelompokan partai-partai politik saat ini, sangat mungkin akan terbentuknya dua poros pada pemilu 2019. Terkait terbentuknya poros ketiga, sejumlah pakar dan pengamat politik berpendapat itu adalah keniscayaan.
Alasannya, persyaratan dukungan terhadap pasangan Capres dan Cawapres adalah perolehan suara partai politik dan atau pengambungan parta politik pada pemilu sebelumnya minimal 25 persen atau perolehan kursi di DPR minimal 20 persen.
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, “berbicara tahun 2019, Prabowo masih menjadi calon kuat penantang Joko Widodo, karena didasari beberapa pertimbangan. Pertama, hasil survey ia mendapat tempat dua besar, artinya peluang besar untuk menang juga besar, Kedua, Prabowo memiliki partai sendiri dan memegang jabatan sebagai Ketua Umum.
Sementara, sejumlah parta politik sudah mendeklarasikan dukungan kepada Presiden Joko Widodo sebagai calon pertahanan. Partai-partai tersebut antara lain PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, Hanura, PKB dan PPP dan partai baru yang menyatakan dukungan yaitu PSI dan Perindo.
Partai Gerinda memutuskan akan mencalonkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden dan PKS menyatakan akan berkoalisi dengan Gerindra. Sementara itu, Dua partai politik yang berada di parlemen belum menetapkan dukunganya. Mereka adalah Demokrat dan PAN yang masing melakukan lobi-lobi politik untuk menentukan arah dukungannya pada Pemilu 2019.
Saat ini yang menarik menjelang pendaftaran Capres dan Cawapres adalah perebutan Syawapres (Syantik #TaliJiwo Jawa Pos). Pakar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk menilai perebutan cawapres terjadi karena memang tidak ada sosok yang bisa bersaing elektabilitasnya dengan Jokowi dan Prabowo. Dengan peta politik saat ini maka, yang paling sengit perebutan Cawapres adalah di kubu Jokowi karena banyak partai disitu dan kemungkinan bisa dedlock.
Semua partai mengiginkan kadernya masuk dalam pilihan kandidat cawapres jokowi, tidak tertutup kemungkinan setiap partai akan memiliki ego yang tinggi dalam penentuan cawapres Jokowi.
Muncul nama-nama kader partai yang disebut akan bersaing menjadi kandidat untuk menjadi calon wakil presiden baik untuk mendampingi Joko Widodo maupun Prabowo Subianto. Saat ini dari partai pendukung Jokowi ada nama Cak Imin dari PKB yang sudah secara terang-terangan mendeklarasikan diri sebagai Cawapres.
Kemudian ada Wiranto dari Hanura, Bang Romi dari PPP dan Airlangga Hartarto dari Golkar yang sama-sama siap apabila ditunjuk menjadi Cawapres. Puan Maharani dari PDI-P yang menjadi skala prioritas dalam bursa calon wakil presiden di internal partai karena merupakan salah satu kader yang dianggap potensial.
Sedangkan untuk calon wakil presiden dari Prabowo Subianto ada nama Ahmad Heryawan kader PKS yang merupakan Gubernur Jawa Barat dua priode. Kemudian dua partai yang belum menentukan sikap ada yaitu PAN yang siap mendukung Prabowo apabila Zulkifli Hasan menjadi Cawapres Prabowo. Terakhir Demokrat, yang sejak awal menyodorkan Ketua Kogasma AHY untuk menjadi Cawapres.
Dari luar partai muncul nama Mahfud MD, TGB, Gatot Nurmantyo, Sri Mulyani, Anies Baswedan. Terbaru muncul nama Ustad Abdul Somad Batubara dan Segar Al-Jufri (Ketua Majlis Syuro PKS) direkomendasikan oleh kuputusan Ijma’ Ulama’ GNPF.
Masa-masa ini, semua saling menghitung kekuatan, saling menghitung peluang dan saling tawar-menawar (dengan pimpinan parpor) apa yang didapatkan jika mereka memberi dukungan. Kemudian penundaan pengumuman nama cawapres menjadi penting supaya tidak menggoyahkan kekompakan di antara partai pendukung.
Masa-masa injury time pengumuman cawapres akan menjadi suatu kejutan besar bagi masyarakat Indonesia, terutama bagi masing-masing pendukung kubu (Jokowi dan Prabowo). Selamat datang para calon Presiden dan Wakilnya di Pilpres 2019.