SKS (Sistem Kredit Semester) diterapkan dalam SMA. Apakah itu tepat?
Perkembangan pendidikan akhir-akhir ini mulai berkembang pesat. Pihak kementrian yang mulai memunculkan inovasi-inovasi baru. Salah satu inovasi itu adalah sistem SKS yang diterapkan di SMA. Sistem ini mulai diuji coba pada beberapa tahun terakhir ini.
Sistem SKS ini biasa diterapkan di perguruan tinggi. Namun, beberapa tahun terakhir ini mulai diterapkan pada Sekolah Menengah atas (SMA). Sistem ini mirip seperti sistem kelas akselerasi.
SKS adalah sistem yang membebaskan siswa untuk memilih pelajaran yang akan ia ambil dalam 1 semester. SKS ini dapat menjadi sebuah dampak positif bagi pelajar dapat juga menjadi sebuah dampak negatif.
Tujuan SKS ini menjadi program pendidikan yang bersifat fleksibel, bervariasi, dan memberikan peluang bagi siswa untuk bebas memilih apa yang ia mau sesuai dengan keinginannya.
Mengapa fleksibel?
Karena SKS ini membuat siswa untuk mengatur strateginya sendiri yang lebih fleksibel, supaya dapat mengejar apa yang ia dapatkan.
Mengapa bervariasi?
Pada sistem pembelajaran yang dilakukan, dalam kelas akan muncul kelompok-kelompok yang ada berdasakan kecepatan belajarnya.
Seperti yang kita ketahui setiap siswa memiliki keunikan masing-masing. Cara belajar yang mereka lakukan berbeda, ada acara belajar visual, audio, kinestetik, dan audio-visual. Kecepatan dalam belajar juga berbeda, ada yang cepat, sedang, maupun lambat.
Kebebasan memilih mata pelajaran yang akan diambil juga membuat sistem SKS ini menjadi program pembelajaran yang bervariasi.
Sistem SKS yang diterapkan ini memiliki dampak positif terhadap perbedaan yang siswa miliki. Pada sistem ini siswa diberi kebebasan untuk memilih berapa banyak mata pelajaran yang akan dipilih dalam satu semester ketika mendapatkan Kartu Rencana Studi (KRS).
Dengan kebebasan yang diberikan ini, siswa menjadi tidak terbebani dengan apa yang mereka jalankan nantinya karena mereka yang memilih sendiri sesuai yang mereka inginkan. Namun, kebebasann ini dibatasi karena pada kenyataannya semua mata pelajaran yang ada memang harus diambil tetapi hanya waktunya saja yang berbeda.
Kebebasan yang terjadi di SMA hanya dapat mengambil beban pelajaran semester selajutkan atau tidak. Yang disesuaikan IP (Indeks Prestasi) yang siswa tersebut dapat.
Contohnya ketika seorang siswa mendapatkan IP 3,5 pada kelas 10 semester 1, siswa itu pada semester 2 dapat mengambil materi pelajaran sejarah kelas 11 semester 1 juga untuk dapat diselesaikan pada semester 2 itu.
Bagi beberapa siswa yang memiliki kecepatan belajar yang cepat, sistem ini sangat membantu siswa tersebut. Mereka dapat lulus SMA hanya 2 tahun. Tetapi bagaimana dengan siswa yang memiliki kepecatan belajar sedang dan lambat? Apakah lulus dengan waktu yang sama atau malah lebih lama?
Terkadang siswa yang memiliki kecepatan belajar yang sedang dan lambat ada yang merasa minder. Ketika temannya ada yang lebih cepat pasti dirinya akan menginginkannya juga. Tetapi pada kenyataannya siswa tersebut menjadi minder dengan situasi yang seperti itu.
Adapun pembagian kelompok berdasarkan kecepatan belajar yang ada di dalam suatu kelas. Hal itu menimbulkan rasa kurang percaya diri pada siswa karena dirinya tidak bisa seperti mereka.
Waktu pembelajaran dalam SKS masih tetap dibatasi. Walau ada kebebasan yang diberikan tetap ada batas waktu yaitu 3 tahun.
Lalu, bagiamana tugas yang mereka dapat?
Sistem ini pasti memberikan banyak tugas kepada siswa karena mengejar materi dan memenuhi nilai yang nantinya akan dimasukkan ke dalam raport. Hal ini mengubah SKS bukan Sistem Kredit Semester lagi tetapi menjadi Sistem Kebut Semalam.
Sistem ini menuntut siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Tak hanya itu SKS juga menuntut siswa untuk belajar mandiri supaya bisa lebih cepat. Lalu bagaimana dengan siswa yang harus dibimbing dalam sistem pembelajarannya?
Yaa, siswa tersebut dapat bertanya kepada guru di luar jam pelajaran atau belajar dari buku-buku yang ada di perpustakaan atau menggunakan aplikasi pembelajaran yang ada atau bisa juga dengan mengikuti bimbel
Pada dasarnya sistem SKS sangat efektif dan dapat berjalan dengan baik ketika sekolah, guru, dan siswa mengerti sistem kerjanya bagaimana. Namun, apa yang terjadi?
Di beberapa sekolah yang ditunjuk untuk melaksanakan sistem SKS ini, masih ada yang belum bisa dilaksanakan dengan baik. Dari fasilitas sekolah yang masih kurang memadai. Guru yang masih bingung dengan sistemnya.
Ketika guru bingung, maka akan berefek pada sistem pembelajaran yang dia gunakan akan burang efektif. Maka hal itu juga akan berefek pada siswa yang dia ajar.
Fasilitas sekolah juga sangat berpengaruh dalam sistem ini. Seharusnya kelompok-kelompok yang ada dibuatkan kelas yang terpisah sehingga lebih efektif dalam pembelajarannya.
Di beberapa sekolah yang ditunjuk untuk menerapkan sistem ini masih ada yang fasilitasnya kurang mendukung dan beberapa guru yang masih kurang memahami sistem pembelajaran menggunakan SKS ini.
Jadi, apakah sudah tepat untuk diterapkan di SMA?