Senin, Mei 6, 2024

Simpang Jalan dan Pak Ogah: Ladang atau Penghalang Rezeki

Tiara Cahyaningtyas
Tiara Cahyaningtyas
Mahasiswa Jurnalistik

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan fenomena simpang jalan dan “Pak Ogah”. Dua hal ini seolah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, bagaikan surat dan perangko. Di mana ada simpang jalan, di situ pula ada Pak Ogah.

Mereka adalah salah satu akar dari kemacetan lalu lintas yang sering terjadi. Yang membuat heran adalah oknum dari Pak Ogah ada yang nekat membobol pembatas jalan hanya karena ingin membuat persimpangan yang seharusnya tidak ada, demi ladang rezeki mereka. Namun, di balik keseharian ini, ada sebuah ironi yang terjadi.

Fenomena Pak Ogah

Tidak lain tidak bukan, seperti julukannya. Pak Ogah merupakan karakter di film Si Unyil, dengan kepala botak yang kerjanya hanya duduk di pos ronda dengan kalimat andalan “gopek dulu dong”. Kalimat tersebut selalu ditujukan kepada setiap orang yang ingin lewat ataupun bertanya. Namun di Indonesia tercinta ini, khususnya daerah JABODETABEK.

“Pak Ogah” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang berdiri di persimpangan jalan, mengatur lalu lintas dengan tangan mereka sendiri, dan menerima upah dari pengendara. Fenomena ini sangat umum terjadi di Indonesia, khususnya di daerah Jabodetabek.

Terkadang, kita merasa kasihan dengan nasib para “Pak Ogah” yang kurang beruntung dalam hal ekonomi. Coba sesekali anda perhatikan, bagaimana pak ogah melakukan tugasnya. Memang, tidak semua pak ogah curang dalam mengatur lalu lintas di persimpangan.

Namun, sering kali “Pak Ogah” yang kita kasihani tidak kasihan dengan pengendara lajur lurus yang tidak memberinya upah. Lebih dari 50% “Pak Ogah” yang kita temui lebih mendahulukan kendaraan yang ingin memutar arah dengan memberinya upah, dibanding mendahulukan kendaraan yang memang berjalan lurus di jalurnya.

Kerjaan Pak Ogah

Pernahkah Anda berpikir tentang dampak dari fenomena “Pak Ogah” ini? Mereka mungkin mendahulukan pengendara yang memberi upah, tetapi apakah ini adil bagi pengendara lain? Apakah ini efisien bagi lalu lintas?

Di tengah hiruk pikuk kota, persimpangan jalan menjadi panggung bagi sebuah drama kehidupan. Di satu sisi, ada “Pak Ogah”, sosok yang berdiri tegak di tengah kekacauan lalu lintas, membantu mengatur arus kendaraan dengan tangan telanjangnya. Bagi “Pak Ogah”, persimpangan jalan ini adalah ladang rezeki untuk memberi sesuap nasi bagi keluarga kecilnya di rumah.

Namun, di sisi lain, ada pengendara yang terburu-buru menuju tempat kerja. Mereka terjebak dalam kemacetan yang disebabkan oleh sistem lalu lintas yang tidak efisien. Setiap menit berharga bagi mereka, dan setiap menit yang terbuang bisa berarti kehilangan peluang, bahkan kehilangan rezeki. Bagi mereka, persimpangan jalan ini adalah hambatan.

Namun, dibalik sekian banyak drama yang terjadi antara pengendara, pak ogah dan persimpangan. Ada pula,

Sisi Baik Pak Ogah

Meski demikian, “Pak Ogah” memiliki sisi baik. Mereka adalah pahlawan jalanan yang tak kenal lelah. Setiap hari, dia berdiri tegak, mengatur lalu lintas dengan tangan telanjangnya di segala cuaca dan kondisi. Ia menerima upah dari pengendara sebagai imbalan atas bantuannya.

“Pak Ogah” bukanlah petugas lalu lintas resmi, namun dia memiliki peran penting dalam mengatur lalu lintas di persimpangan jalan yang sibuk. Dia membantu pengendara yang kesulitan menyeberang jalan, dan sering kali mendahulukan mereka yang memberinya upah. Bagi “Pak Ogah”, ini adalah bentuk balas jasa atas upah yang diberikan.

Lalu kita harus bagaimana menyikapi pak ogah? Satu sisi oknum pak ogah membuat banyak dari karyawan terkena macet sehingga terlambat bekerja yang mengakibatkan pemotongan gaji atau denda.

Sedangkan, di sisi lain ada pak ogah yang harus menghidupi keluarganya dengan cara mengambil upah dari membantu pengemudi di persimpangan jalan.

Yang Harus Kita Lakukan?

Menangani fenomena “Pak Ogah” memerlukan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak. Terdapat beberapa langkah yang bisa dijalankan oleh masyarakat, pemerintah serta dishub.

Pertama, masyarakat. Sebagai pengguna jalan, kita harus memahami dan menghargai sistem manajemen lalu lintas yang resmi. Kita harus menghindari memberikan upah kepada “Pak Ogah” dan lebih memilih untuk mengikuti aturan lalu lintas yang ada.

Kedua, Pemerintah. Pemerintah harus menyediakan infrastruktur lalu lintas yang memadai dan memastikan bahwa aturan lalu lintas ditegakkan dengan tegas. Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan pelatihan dan pekerjaan alternatif bagi “Pak Ogah” untuk membantu mereka mencari nafkah.

Ketiga, Dinas Perhubungan (Dishub). Dishub harus bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mengatur lalu lintas dan memastikan bahwa semua pengguna jalan mematuhi aturan. Mereka juga bisa melakukan sosialisasi tentang pentingnya mengikuti aturan lalu lintas kepada masyarakat.

Ingatlah, keamanan dan efisiensi lalu lintas adalah tanggung jawab kita semua. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan efisien bagi semua pengguna jalan. Semoga bermanfaat.

Ingatlah, keamanan dan efisiensi lalu lintas adalah tanggung jawab kita semua. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang aman dan efisien bagi semua pengguna jalan. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat memberikan wawasan baru bagi kita semua.

Tiara Cahyaningtyas
Tiara Cahyaningtyas
Mahasiswa Jurnalistik
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.