Minggu, September 7, 2025

Shodou: Merepresentasikan Emosi dalam Goresan Kuas

Khoirun Nisak
Khoirun Nisak
Mahasiswa Universitas Airlangga
- Advertisement -

Shodou (書道) adalah seni kaligrafi Jepang yang terkenal dengan nilai estetika, proporsi dan makna tulisannya. Secara harfiah Shodou gabungan dari dua kata yakni Sho (書) yang diartikan sebagai tulisan atau huruf dan Dou (道) yang artinya jalan. Ketika digabungkan secara bahasa maknanya adalah jalan dalam sebuah tulisan. Dalam Shodou banyak aturan yang ditetapkan seperti cara memegang kuas, cara menulis, cara duduk dan sebagainya. Shodou merupakan seni yang tidak hanya sebatas tulisan indah tapi juga dapat menyampaikan perasaan dari penulisnya.

Tulisan yang mencerminkan hati (kokoro no kagami), keseimbangan, kesabaran dan keindahan dalam setiap goresan. Penilaian keindahan Shodou itu sendiri subjektif murni berdasarkan persepsi dan keinginan dalam diri masing-masing setiap orang. Tidak berpatokan pada nilai suatu hal apapun. Seni yang mencerminkan keselarasan pikiran, perasaan dan gerak tubuh. Saat menulis kaligrafi, dibutuhkan konsentrasi penuh, mengendalikan gerakan tangan dengan ketenangan, dan menuangkan emosi ke dalam setiap goresan. Selain itu, ketika perasaan tidak nyaman maka goresan tinta tidak akan stabil dan terlihat keresahan pada hasil tulisannya.

Konsep Wabi-Sabi (侘寂), yaitu keindahan dalam ketidaksempurnaan. Sebuah karya kaligrafi yang tampak tidak simetris atau memiliki sapuan tinta tidak merata tetap dianggap sebagai seni yang indah. Karena seperti apapun perasaan yang ada senang, sedih, gelisah dan sebagainya ketika fude dengan tinta diatas washi telah tergores menjadikannya sebuah tulisan, maka itu tetaplah sebuah karya. Karya seni yang mencerminkan perasaan/emosi kita.

Shodou mengajarkan kesabaran. Setiap goresan dibuat dengan hati-hati dengan banyak teknik yang harus dipelajari. Tidak ada penghapusan, koreksi, dan harus sekali jadi, sehingga membutuhkan latihan yang mendalam.

Beberapa peralatan utama Shodou:

1. Fude yakni kuas yang digunakan untuk menulis dalam Shodou, memiliki panjang dengan berbagai ukuran dan bulunya yang terbuat dari berbagai bahan. Seperti kuda, musang, kambing, dll.

2. Washi atau Hanshi kertas yang digunakan untuk menulis Shodou. Perbedaan nya ada pada penggunaan, washi biasa digunakan pada saat tertentu yang bersifat formal.

3. Suzuri atau bak tinta.

4. Sumi atau Bokujuu tinta untuk Shodou. Perbedaannya terletak pada bentuk. Sumi padat sedangkan Bokujuu cair.

Shodou memiliki berbagai gaya penulisan, setiap gaya memiliki karakteristik yang mencerminkan batin penulisnya, diantaranya :1. Kaisho (楷書) Gaya standar, goresan jelas dan tegas. Tarikan kuas dari goresan satu ke yang lain tidak terlihat. Seperti huruf cetak dan dijadikan dasar awal belajar Shodou.2. Gyosho (行書) Gaya semi-kursif, bentuk tulisan yang lebih mengalir dan lembut. Tarikan kuas dalam goresan satu dengan yang lain terlihat jelas.3. Sosho (草書) Gaya kursif yang bebas dan artistik. Bentuk lebih tidak beraturan dari gyusho, biasanya hanya dapat dibaca oleh orang yang benar-benar mengerti kanji dan Shodou.

- Advertisement -

Dalam mempelajari Shodou ada dasar-dasar yang disebut Hikkaku atau goresan dalam kanji, diantaranya:

1. Ten atau titik. Ten menjadi dasar untuk goresan dalam penulisan Shodou. Seperti mengingatkan bahwa suatu hal atau keindahan dibentuk pasti memiliki awal, dasar danpermulaan.

2. Yoko sen atau gadis yang dibentuk dari titik awal dan titik akhir. Contohnya pada penulisankanji San (三). Seperti bermakna segala tujuan dalam kehidupan adalah perjalanan yangmemiliki titik awal dan akhir.

3. Tatekaku merupakan istilah pada Shodou bentuk vertikal yang ditulis dari atas ke bawah. Hal ini terbagi menjadi tiga macam, yakni : 1. Tecchuu yang ujung garis akhirnya dibentuksedikit sudut seakan masa depan yang telah terencana. 2. Suiro yang garis akhir nya diberhentikan (tome). 3. Kunshin yang melepaskan tarikan fude di akhir garis. Seakan terlihatsebagai masa depan yang dibiarkan tanpa perencanaan dengan bebas dan lepas.

4. Harai adalah garis menyamping. Ada 2 macam, yakni hidari harai dan Migi harai. Hidari harai dimana goresan titik awal dibentuk tebal dari atas ditarik ke bawah menjadi semakin tipis dan lancip menggunakan ujung fude. Kebalikannya yakni migi harai dimana ujung fude ditarik dari atas ke bawah dan dibentuk melebar dari tipis ke tebal. Contohnya pada kanji hachi (八). Seperti sifat sifat manusia yang berbeda, berkebalikan, bersinggungan tapi saling melengkapi dengan sifat menyeimbangkan.

5. Hane. Garis yang ditarik dari atas ke bawah lalu berhenti sejenak di tengah tengah dan fude disapukan kearah dalam hingga membentuk ekor. Hane mencerminkan pengendalian pikirandan keselarasan anggota tubuh melalui perhitungan waktu yang tepat ketika mengangkat fude agar hasilnya tidak pecah.

6. Sori dan Magari. Sori adalah garis vertikal yang melengkung dan ditambahkan hane pada ujungnya. Sedangkan magari adalah bentuk lengkung dari vertikal ke horizontal yang diakhiri hane pada ujungnya. Sori maupun magari adalah dua garis berbeda tapi sama-sama memiliki ujung yang hane. Seperti ketika kita ingin pergi ke suatu tempat maka akan menemukan berbagai jalan tapi dengan tujuan yang sama.

Lebih dari sekedar goresan tinta Shodou memiliki beragam makna pada tiap coretannya.

Khoirun Nisak
Khoirun Nisak
Mahasiswa Universitas Airlangga
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.