Sabtu, April 27, 2024

Selamat Hari Pers Nasional, Masih Adakah Idealisme Wartawan?

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa

Selamat hari Pers Nasional 9 Februari 2018, masih adakah idealisme wartawan? Pertanyaan ini sungguh menohok. Apa itu idealisme wartawan? Jawaban gampangnya ialah seorang wartawan yang dalam menjalankan profesinya selalu dituntut bersikap netral, jujur, berimbang dan bertanggung jawab.

Menyangkut soal tanggung jawab wartawan, Theodore Peterson dalam buku Four Theory of The Press menyebutkan bahwa pers dalam negara demokrasi memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada masyarakat, ketika menjalankan fungsi-fungsinya.

Secara tegas teori ini mengungkapkan bahwa wartawan sebagai salah satu unsur terpenting pers, dituntut untuk bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya, terutama ketika membuat berita dan menyiarkannya kepada publik.

Sebagai salah satu subjek penting dalam dunia pers, wartawan mempunyai dua fungsi yaitu pertama sebagai seorang profesional. Dalam fungsi ini, seorang wartawan berkewajiban menyampaikan berita kepada publik agar masyarakat well inform.

Kedua sebagai seorang politisi. Dalam menjalankan fungsinya sebagai politisi, seorang wartawan diharapkan mampu menciptakan perlawanan rakyat terhadap terjadinya ketidakadilan sosial.

Dunia pers identik dengan media massa (surat kabar, majalah, televisi dan radio) serta media online (website). Wartawan zaman now, dinilai sebagai profesi atau pekerjaan yang banyak menghasilkan uang, kenal dan akrab dengan sejumlah selebritis, atlet, pejabat dan konglomerat.

Rekan-rekan seangkatan saya di dunia pers (sekitar tahun 1994 lalu), saat ini sudah banyak yang sukses. Mereka ada yang jadi anggota parlemen, direktur marketing perusahaan otomotif, staf ahli lembaga survey. Bahkan, ada yang jadi bos dalam bisnis properti dan owner media online.

Saya tidak tahu, apakah rekan-rekan saya masih kuat memegang idealisme? Atau mungkin saja, jabatan dan harta benda yang mereka miliki merupakan hasil dari  ‘penjualan’ idealismenya. Itu semua hanya mereka yang tahu.

Berprofesi sebagai wartawan di era milenal, sangat sulit untuk tidak bersentuhan dengan uang dan harta benda. Antara kepentingan profesi dan kebutuhan hidup, tanpa disadari sering bercampur jadi satu.

Sebagian besar masyarakat menganggap, profesi wartawan sebagai salah satu jalan pintas untuk cepat menjadi kaya raya. Namun, itu semua tergantung dari niat orangnya. Ada sejumlah wartawan yang menjual idealismenya kepada kelompok kapitalis dengan tujuan untuk mendapatkan sejumlah uang dan harta benda.  Kalau ini terjadi, maka dalam menjalankan profesinya, seorang wartawan akan didikte kaum kapitalis.

Namun, ada juga wartawan yang masih mempertahankan idealisme. Kebutuhan hidup mereka tetap terpenuhi, walaupun terkadang terpaksa harus ngutang sana-sini untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya.

Ada sebuah kenikmatan bathin yang tidak ternilai harganya, ketika seorang wartawan mempertahankan idealismenya yaitu mereka bisa bebas menulis atau meliput apa saja tanpa ‘dicekoki’ oleh kepentingan apa pun.

Wartawan idealis akan terus berkarya jurnalistik dengan tetap menjaga etika dan bertanggungjawab secara moral, agama serta sosial. Mereka juga akan selalu berhati-hati ketika mengungkapkan data dan fakta berita, agar kebersihan hati dan pikiran masyarakat tetap terjaga. Semoga saja idealisme pers masih ada.

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.