Sebelumnya, kita selalu mendengar ungkapan bahwa akademisi seringkali berdiri di suatu jarak yang jauh (menara gading) dari problem riil masyarakat. Barangkali ungkapan itu tak selalu persis benar. Tapi kata-kata itu seolah menjadi benar setiap kali diucapkan. Sebab dalam konteks ini, orang-orang akademisi dengan gelar-gelar yang tinggi seolah-olah disibukkan untuk bergelut dengan ilmu pengetahuan dan membiarkan orang-orang di luar akademisi bersentuhan langsung dengan problem masyarakat.
Tapi Nurdin Abdullah adalah salah seorang yang mendobrak pikiran umum ini. Dia seorang akademisi. Dia bahkan memiliki gelar yang tinggi sebagai profesor. Kita tahu gelar itu merupakan suatu kebanggaan yang diperoleh dengan usaha yang sungguh-sungguh di dalam dunia akademis. Tetapi rupanya kecintaannya pada ilmu pengetahuan tidak mengalihkannya dari tanggung jawab sosialnya. Dia menyadari ilmu pengetahuan hakikatnya berorientasi untuk menjawab persoalan-persoalan sosial. Kesadaran-kesadaran itu kuat dan menggerakkannya untuk berbuat hal penting di masyarakatnya. Kesadaran sosialnya membawanya pada keputusan terjun sebagai Bupati Bantaeng.
***
Prof. DR. Ir. H. M. Nurdin Abdullah M.Agr. lahir di Sulawesi Selatan, 7 November 1963. Dia menjabat sebagai Bupati Bantaeng selama dua periode berturut-turut: periode 2008-2013 dan periode 2013-2018 (Profil Nurdin Abdullah). Dan selama itu, dia telah berbuat banyak hal yang kontribusinya besar kepada masyarakat. Sebagaimana kesungguhannya kepada ilmu pengetahuan sehingga diperolehnya gelar-gelar yang tinggi, Nurdin Abdullah juga bersungguh-sungguh dalam membawa Bantaeng sebagai wilayah kecil yang kemudian diperhitungkan.
Kabupaten Bantaeng semula hanya wilayah kecil. Tak banyak orang yang memandang wilayah kecil ini. Kabupaten Bantaeng dipandang sebelah mata ketimbang 23 Kabupaten di Sulawesi Selatan (Aksi dan Ambisi Nurdin Bupati Bergelar Profesor yang Meraih 50 Award). Tapi di tangan Nurdin Abdillah, sang profesor, wilayah kecil ini perlahan tumbuh maju. Wilayah kecil ini mulai menonjol dan tahun 2009, investor kelas dunia berdatangan ke kabupaten ini.
Tetapi perubahan itu tentu saja bukan keajaiban. Ada serangkaian ikhtiar yang dilandasi kesabaran bekerja dan melayani, keteguhan dan komitmen politik yang kuat berpihak pada kesejahteraan rakyat dan juga ditopang oleh kecerdasan dan relasi Nurdin Abdullah. “Kami menjaring kerjasama dalam dan luar negeri,” ujar sang Profesor suatu kali (Diganjar Tokoh Perubahan, Ini Prestasi Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah).
Mengapa memerlukan kesabaran dalam memajukan wilayah kecil ini? Sebab diakui oleh Nurdin Abdullah sendiri, di daerah ini banyak sekali persoalan: perihal infrastruktur, kemiskinan, pengangguran, rutinitas banjir tiap tahun dan layanan publik (Aksi dan ambisi Nurdin Bupati Bergelar Profesor yang Meraih 50 Award). Persoalan-persoalan ini tidak bisa diatasi hanya dalam waktu yang singkat. Butuh kesabaran dari usaha-usaha gigih yang terus-menerus. Belum lagi bagaimana mengatasi pesimisme di masyarakatnya. Wilayah ini sudah lama tertidur dalam ketertinggalan. Nurdin Abdullah butuh kecakapan bukan menghadapi benda-benda mati tetapi juga berhadapan dengan masyarakat. Bagaimana ia harus meyakinkan bahwa wilayah kecil yang lama terjebak dalam lingkaran keterbelakangan bisa bangkit dan menjadi wilayah yang menonjol?
Tetapi ikhtiar yang sungguh-sungguh memang tak pernah sia-sia. Dengan kata lain, selalu ada hasil yang nyata dari kerja nyata. Jika kita menyaksikan apa yang terjadi hari ini dengan Kabupaten Bantaeng: ia jadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru di Sulawesi Selatan, berarti kita menyaksikan sebuah kegigihan yang mewujudkan harapan jadi kenyataan. Dan itu terjadi di tangan Profesor Nurdin Abdullah.
“Saya yakin tidak semua tahu Bantaeng dimana,” ujar Nurdin Abdullah dalam sambutannya sebagai tokoh perubahan (Diganjar Tokoh Perubahan Ini Prestasi Bupati Bantaeng Nurdin Abdullah). Benar, prof, memang tidak banyak yang tahu sampai prof benar-benar menyulap kabupaten ini menjadi seperti sekarang. Sekarang orang banyak mengenal daerah ini. Dan setiap kali mengenal daerah ini, nama prof tak mungkin tidak disebutkan. Profesor Nurdin Abdillah dan Kabupaten Bantaeng adalah nama yang ikonik sebagai representasi perubahan.