Jumat, Juni 6, 2025

Sampah Tak Kunjung Usai: Apa yang Salah dengan Sistem Kita?

salman farizi
salman farizi
Salman Al Farizi Mahasiswa Ilmu Lingkungan UNS
- Advertisement -

Masalah sampah sudah lama menjadi persoalan pelik di kota-kota besar Indonesia. Seiring meningkatnya jumlah penduduk dan pola konsumsi, volume sampah yang dihasilkan terus melonjak. Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2024 mencatat bahwa timbunan sampah di 309 kabupaten/kota telah mencapai 33,5 juta ton per tahun. Ironisnya, sekitar 40% dari jumlah itu belum terkelola dengan baik. Situasi ini bukan hanya mencemari lingkungan, tapi juga mengancam kesehatan masyarakat.

Lalu, apa sebenarnya yang membuat pengelolaan sampah kita begitu rumit dan berlarut-larut?

1. Sistem Pengelolaan yang Masih Tradisional

Banyak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Indonesia masih menerapkan sistem open dumping. Sampah hanya ditumpuk tanpa pengolahan yang layak. Metode ini menimbulkan pencemaran udara, air, dan tanah, serta membahayakan masyarakat sekitar.

2. Kebijakan Jangka Pendek, Solusi Setengah Hati

Pemerintah cenderung fokus pada aspek pengumpulan dan pemindahan sampah dari TPS ke TPA. Padahal, pengolahan dan pemilahan sampah adalah kunci utama yang sering diabaikan. Tanpa strategi jangka panjang, masalah ini hanya akan berulang.

3. Kesadaran Masyarakat yang Masih Rendah

Banyak warga belum terbiasa memilah sampah organik, anorganik, dan B3 dari rumah. Akibatnya, semua sampah tercampur dan menyulitkan proses daur ulang. Padahal, pemilahan dari sumber adalah fondasi dari sistem pengelolaan yang efisien.

4. Petugas Sampah yang Kurang Dihargai

Masih banyak petugas kebersihan yang bekerja tanpa dukungan memadai. Mereka bergantung pada iuran warga, bukan gaji tetap dari pemerintah. Peralatan kerja minim, kendaraan tua, dan ketiadaan alat pelindung menjadikan pekerjaan mereka berat dan berisiko.

- Advertisement -

Solusi: Dari Dapur Rumah hingga Kebijakan Negara

Pemilahan Sampah dari Rumah Masyarakat harus dilatih dan dibiasakan untuk memilah sampah sejak dari rumah. Edukasi berkelanjutan sangat penting untuk membentuk budaya baru dalam mengelola sampah.

Reformasi Kebijakan dan Teknologi Pemerintah perlu mengadopsi teknologi pengolahan modern, seperti RDF (Refuse Derived Fuel) atau waste-to-energy. Praktik open dumping harus segera dihentikan.

Peningkatan Kesejahteraan Petugas Petugas sampah seharusnya diperlakukan sebagai pekerja profesional. Gaji layak, alat kerja memadai, dan perlindungan kesehatan harus menjadi standar.

Infrastruktur yang Memadai Mulai dari tempat sampah terpilah di lingkungan RT hingga TPA modern—semuanya perlu dibangun dan dikelola secara serius.

Masalah sampah tidak akan selesai jika hanya dibebankan pada pemerintah. Masyarakat, swasta, dan komunitas harus turut ambil bagian. Dari langkah kecil seperti memilah sampah di rumah, kita bisa memulai perubahan besar. Jangan menunggu bencana lingkungan datang untuk mulai peduli. Sekarang waktunya bertindak.

salman farizi
salman farizi
Salman Al Farizi Mahasiswa Ilmu Lingkungan UNS
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.