Rabu, April 24, 2024

Rosidah dan Potensi Diplomasi Kuliner Indonesia

Grienda Qomara
Grienda Qomara
Penulis, Peminat isu-isu seputar politik, budaya dan media digital

Belakangan ini, nama Rosidah, kreator konten Youtube asal Indonesia yang tinggal di Hongkong mengemuka dalam perbincangan di dunia maya. Sebagai kreator konten, pengikut di kanal Youtubenya cukup banyak, yakni mencapai 1,4 juta.

Kontennya banyak dilihat para pengguna Youtube, terutama yang berkaitan dengan resep makanan. Salah satu videonya yang berjudul Resep Gulai Ikan ditonton 5,7 juta orang. Sebagian besar videonya memang berisi resep-resep kuliner Nusantara, seperti sayur terong ala desa, ayam rica-rica dan ayam kecap.

Popularitas Rosidah tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Hongkong sebagai tempat tinggalnya. “Di Hongkong waktu itu ada pertunjukkan Flower Market saya kaget sebentar-sebentar dipanggil,” ujarnya. Bahkan ketika berlibur ke beberapa negara Asia lainnya, banyak orang yang mengenalnya.

“Awal-awalnya ngga tahu…(tapi) pas liburan ke Singapura Malaysia dan di jalan-jalan itu selalu dipanggil (oleh orang setempat),” tutur wanita ini. Selain itu, penggemarnya juga ada yang berasal dari Rio de Janeiro, Cancun di Meksiko, Cape Town, hingga Hawaii.

Mengingat popularitas Rosidah di kanal Youtube yang begitu besar, secara tidak langsung Rosidah telah mengenalkan kuliner Nusantara ke masyarakat global. Rosidah telah menjalankan diplomasi kuliner Nusantara. Biasanya diplomasi kuliner dilakukan melalui jamuan makan resmi diplomat dan perwakilan negara. Selain itu juga dilakukan dengan mendorong didirikannya restoran makanan khas Indonesia di luar negeri.

Namun seiring kemajuan teknologi komunikasi, aktor-aktor nonnegara mulai mendapatkan tempat dalam diplomasi. Rosidah sebagai individu memainkan peran sebagai diplomat dalam diplomasi people to people. Dengan memanfaatkan Youtube sebagai media, Rosidah telah memperkenalkan berbagai kuliner Indonesia sebagai suatu identitas bangsa Indonesia ke mancanegara. Penontonnya yang berasal dari banyak negara mengenal dan mencoba memasak kuliner Nusantara melalui video di kanal Youtubenya.

Salah satu alasan mengapa banyak warganet menyukai videonya karena kontennya yang autentik. “Makanan kami adalah makanan biasa, makanan biasa, dan itu salah satu hal yang menarik bagi orang-orang. Orang-orang menyukai makanan yang bergaya pedesaan. Apa yang saya tunjukkan hanyalah apa yang saya masak setiap hari – ini bukan untuk pertunjukan,” kata Rosidah. Konten yang genuine ini menjadikan interaksi dengan warganet lebih cair karena berbicara tentang kehidupan sehari-hari dan bukan konten artifisial untuk kepentingan mencari penonton semata.

Indonesia pada dasarnya dapat memainkan peran yang lebih besar dalam diplomasi budayanya dengan menguatkan soft power. Selain hard power, negara juga bisa menguatkan soft power-nya dalam pergaulan internasional.

Berbeda dengan hard power yang ditopang kekuatan militer sehingga negara ditakuti negara lain, soft power didukung dengan dengan diplomasi dalam dimensi budaya sehingga suatu negara dikagumi dan dicintai budayanya oleh negara lain. Belajar dari K-PoP yang ikut memopulerkan masakan Korea, film-film Hollywood yang ikut memopulerkan makanan Amerika, Indonesia sebenarnya bisa ikut memopulerkan makanan khasnya melalui para konten kreatornya.

Pasalnya Indonesia memiliki modalitas yang kuat dengan jumlah pengguna internetnya. Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 ini mencapai 202,6 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 15,5 persen atau 27 juta jiwa dibandingkan tahun 2020 lalu. Dengan jumlah tersebut, sebenarnya warganet Indonesia juga bisa ikut mempromosikan konten-konten khas Indonesia di dunia maya.

Jumlah warganet yang besar selama ini masih belum secara optimal mendukung kampanye diplomasi kuliner Indonesia. Alih-alih membanjiri dunia maya dengan konten-konten tentang identitas ke-Indonesia-an, warganet kita justru dianggap paling tidak beradab di Asia Tenggara, jika mengutip riset Microsoft beberapa waktu yang lalu.

Di sisi lain, peluang untuk mendorong kreator konten Indonesia go internasional pada dasarnya cukup besar. Sebagian besar vlogger Indonesia masih menggarap pasar domestik. Sementara khalayak global masih menjadi segmen yang tidak terlalu banyak disasar. Rosidah telah melakukannya. Paling tidak di Asia. Dari sisi masakan, beberapa masakan Indonesia seperti rendang, sate, nasi goreng masuk dalam daftar masakan terenak di dunia.

Penguatan diplomasi people to people adalah langkah terobosan yang lebih efektif dan efisien. Dari sisi biaya akan lebih rendah dengan mendorong para pembuat konten mempromosikan kuliner ke Indonesia kepada masyarakat mancanegara dibandingkan membuat jamuan makan atau mendirikan restoran Indonesia di luar negeri. Pembuatan konten sendiri tidak terlalu banyak memakan biaya.

Rosidah misalnya, mengedit videonya hanya dengan gawainya. Dari sisi keterjangkauan terhadap audience media sosial lebih terdesentralisasi dan terhubung langsung kepada warganet dunia dibandingkan dengan jamuan makan dan promosi-promosi yang sifatnya lebih elitis.

Bisa dibayangkan jika diplomasi people to people digencarkan dan didukung oleh warganet, masyarakat Internasional akan lebih mengenal masakan Indonesia. Jika permintaan atas masakan khas Nusantara meningkat, kemungkinan besar ekspor bahan makanan khas Nusantara juga meningkat. Bukan hal yang mustahil, dengan usaha serius dan sistematis, pada masa yang akan datang masakan Indonesia, seperti rendang, sate, opor, dan lainnya akan mendunia.

Grienda Qomara
Grienda Qomara
Penulis, Peminat isu-isu seputar politik, budaya dan media digital
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.