Konflik negara-negara di Asia Tenggara kian memanas di awal 2020 kemarin ketika kapal perang Tiongkok memasuki perairan Laut China Selatan. Tindakan Tiongkok ini juga kerap kali dilakukan di tahun-tahun sebelumnya. Namun, kita beralih sebentar dari topik tersebut dan melihat konflik lain antara negara-negara Asia Tenggara dengan Tiongkok. Salah satunya adalah sengketa perairan dalam Sungai Mekong.
Dalam hal ini beberapa waktu lalu Tiongkok kembali berulah dan bersengketa dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang dilewati oleh Sungai Mekong yakni, Myanmar, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Laos. Kemudian, apakah sebenarnya yang terjadi diantara mereka? dan seberapa penting Sungai Mekong terhadap kepentingan negara mereka?. serta bagaimana rivalitas AS-Tiongkok dalam konflik tersebut?.
Bendungan Tiongkok di Sungai Mekong
Salah satu akar dari permasalahan mengapa terjadi konflik di Sungai Mekong adalah karena Tiongkok membangun bendungan yang mana menyebabkan bencana bagi negara-negara di Asia Tenggara yang tergabung dalam Mekong River Commission. Sejak adanya pembangunan bendungan di tahun 1990an oleh Tiongkok terjadi banyak masalah lingkungan yang menyebabkan migrasi ikan-ikan di negara-negara Asia mulai menurun. Akibatnya produksi ikan yang seharusnya mereka dapat untuk dijual menjadi berkurang dan berdampak langsung pada perekonomian masyarakat.
Namun, pada bulan Juli tahun 2020 sebuah riset dari Tiongkok menyatakan bahwa bendungan yang dibangun oleh Tiongkok di Sungai Mekong justru bukanlah salah satu penyebab bencana kekeringan di Sungai Mekong akan tetapi merupakan sebuah solusi yang diberikan oleh Tiongkok terhadap permasalahan di Sungai Mekong.
Sebuah penelitian juga mengungkapkan bahwa penyebab dari kekeringan ini adalah faktor lingkungan yang mana dikarenakan curah hujan yang rendah dan kenaikan suhu secara signifikan. Mereka juga menambahkan bahwa sebenarnya yang memiliki risiko kekeringan tinggi yakni wilayah Beijing. Pada situasi inilah kemudian pihak Vietnam mengklaim sebagai keadaan darurat serta pihak Thailand yang mengupayakan bantuan militer pada pergantian tahun.
Campur Tangan Amerika Serikat
Sebagai respon terhadap bencana yang diakibatkan oleh bendungan Tiongkok kepada negara-negara Asia Tenggara terkait hal ini AS tidak ingin ketinggalan. Baru-baru ini Amerika Serikat meluncurkan proyek terbaru di Sungai Mekong yakni menggunakan satelit yang melacak intensitas air di bendungan Tiongkok. Satelit yang sebagian besar didanai oleh Departemen Luar Negeri AS ini menggunakan data untuk melacak tingkat air yang berada di bendungan Tiongkok dan negara-negara lain yang dilewati Sungai Mekong.
Mendengar dari tanggapan Amerika Serikat tersebut Tiongkok menyangkal bahwa bendungan mereka memiliki dampak buruk terhadap negara lain. Disamping itu, pada tahun 2019 Tiongkok juga menolak adanya tuduhan yang mengarah pada mereka bahwa bendungan tersebut menyebabkan kekeringan di Sungai Mekong seperti yang dikatakan dalam penelitian yang diakukan oleh Eyes on Earth. Selanjutnya, sebagai tanggapan atas tuduhan tersebut Tiongkok akhirnya setuju untuk membagikan data hidrologi tahunan dan informasi curah hujan pada bendungan mereka kepada negara-negara anggota Komisi Sungai Mekong.
Rivalitas China-AS di Sungai Mekong
Ambisi Tiongkok dalam upaya mengontrol sumber daya alam yang ada di Sungai Mekong seperti yang kita ketahui mendapat respon yang serius dari rival mereka AS. Disamping mereka berkonflik terhadap sengketa Laut China Selatan, konflik ini juga meluas ke Sungai Mekong yang mana bendungan yang dibangun Tiongkok mulai mengancam kelestarian dan kelangsungan hidup di Sungai Mekong. Hal ini didasarkan pada dua hasil laporan yang berbeda antara satelit milik Tiongkok dan AS.
Bendungan-bendungan Tiongkok ini memberikan kontrol penuh Tiongkok terhadap akses air di Sungai Mekong sebagai salah satu cara untuk menyingkirkan proyek AS yang sebelumnya berencana mengerahkan pengaruhnya di Sungai tersebut.Perang dingin Tiongkok-AS pecah pada konflik di Sungai Mekong ketika terjadi kekeringan di negara-negara Asia Tenggara yang dilalui Sungai Mekong. Amerika Serikat menuding bahwa Tiongkok telah menimbun aliran Sungai Mekong di hulu yang mana berada pada wilayah Tibet.
Penelitian dari Eyes on Earth yang mana merupakan perusahaan riset yang bergerak dalam bidang air mengungkapkan bahwa berdasarkan data yang diambil satelit menunjukkan air di hilir Sungai Mekong terjadi penyusutan volume air sejak tahun 2010. Duta Besar AS untuk Kamboja, Patrick Murphy mengungkapkan bahwa berkurangnya air di Sungai Mekong merupakan suatu perubahan yang terjadi di hulu dimana terjadi penimbunan air di wilayah tersebut.
Menanggapi hal tersebut pihak Tiongkok berasumsi bahwa tuduhan AS tidak berdasar dan bermotivasi politik yang mengancam Tiongkok dengan menyebarkan berita buruk. Berdasarkan dari berita di People’s Daily yakni surat kabar Partai Komunis Tiongkok mengatakan bahwa bendungan Tiongkok ini justru bermanfaat dan merupakan salah satu jalan keluar untuk mengatasi kekeringan di sepanjang Lancang-Mekong. Sedangkan, pada riset yang dilakukan oleh Universitas Tsinghua dan Institut Sumber Daya Air Tiongkok berkata bahwa mereka hanya memberikan data terkait apa yang terjadi pada kenyataan sebenarnya serta mereka tidak bermaksud untuk membandingkan hasil laporan dari pihak lain.
Dimana sejauh ini persaingan antara AS-Tiongkok masih terus berlanjut terkait proyek mereka di Sungai Mekong yang mana perlu diketahui AS telah menghabiskan dana sekitar 120 juta dollar amerika. Disisi lain, Tiongkok tidak ingin kalah dengan AS yang mana mereka berencana menyiapkan dana 300 juta dollar amerika kepada Komisi Lancang-Mekong yang merupakan dana untuk hibah penelitian di Sungai Mekong.
Rivalitas Tiongkok-AS di Asia Tenggara sepertinya akan terus berlanjut mengingat bahwa Tiongkok yang berambisi mendominasi jalur perdangangan di wilayah Asia Tenggara. Disamping itu, AS sebagai rival terkuat mereka tentu saja tidak ingin ketinggalan dalm mencampuri kepentingan Tiongkok di Asia Tenggara.
Selain masalah sengketa Laut China Selatan, Tiongkok dan AS juga berkompetisi untuk membuat proyek besar-besaran di Sungai Mekong yang mana untuk mengatasi konflik yang terjadi antara negara-negara di Asia Tenggara dengan Tiongkok akibat pembangunan bendungan di hulu Sungai Mekong.
Meskipun konflik di dalam beberapa waktu baru terlihat ke permukaan, bukan tidak mungkin setelah terpilihnya presiden baru AS yakni Joe Biden yang mana diprediksi akan meningkatkan kepentingan AS di Asia Tenggara khususnya pada konflik Sungai Mekong akan menimbulkan kompetisi baru Tiongkok-AS mengingat Joe Biden dahulu juga merupakan mantan wakil presiden AS di masa Obama yang juga mendanai proyek untuk riset di Sungai Mekong.