Kamis, April 25, 2024

Reshuffle Kabinet Jilid II: Harapan atau Kekecewaan Baru?

Renaldo Gizind
Renaldo Gizind
Sekretaris Jendral Nasional Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia (IMEPI)

Isu reshuffle kabinet kembali mencuat. Pemantiknya adalah peleburan dan pentransformasian Kementrian. Kabarnya, kemendikbud akan dileburkan dengan kemenristek, dan Kementrian BKPM akan bertransformasi menjadi Kementrian Investasi.

Kita tidak akan membahas tentang wacana peleburan dan bertransformasinya Kementrian menjadi bentuk yang baru. Secara luas, kita akan membahas tentang “Reshuffle kabinet”nya. Reshuffle sendiri diartikan sebagai perombakan. Adanya pergantian yang menduduki suatu posisi pembantu presiden (Menteri atau pejabat setingkat Menteri) dari yang lama ke yang baru.

Publik nampaknya sangat menantikan apabila isu ini mencuat. Bahkan, kini mereka telah “menyodorkan” nama-nama yang dinilai pantas dan layak terkena reshuffle.

Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Bahkan, sudah seharusnya Publik merasa antusias apabila isu ini mencuat. Di dalam reshuffle ada dua kemungkinan yang akan dirasakan oleh public. Pertama, munculnya harapan pada wajah baru, atau yang kedua akan muncul Kekecawaan baru pada hasil reshuffle kali ini.

Harapan Baru

Di dalam reshuffle kabinet, agenda utamanya adalah perombakan. Kata kuncinya adalah pergantian dari yang lama ke yang baru. Logika dasarnya, apabila ada pergantian diharapkan ada perubahan. Perubahan tersebut kemudian memunculkan harapan baru.

Atas dasar apa perombakan Itu dilakukan? Pastinya Publik menilai secara keseluruhan bahwa memang, pertukaran atau perombakan atau pergantian tersebut dilakukan untuk menuju perbaikan.

Perbaikan Itu sendiri seharusnya di awali dari penilaian terhadap kinerja orang yang sebelumnya. Bagaimana kinerjanya, sejauh mana perkembangan bidang terkait selama kepemimpinannya. Hal Itu menjadi evaluasi dasar sekaligus menjadikan alasan ideal kenapa seorang Menteri harus terkena reshuffle.

Berangkat dari alasan Itu pulalah muncul penilaian Publik terhadap kinerja kabinet Berdasarkan individu. Sebagai contoh, Publik menilai, Nadiem Makarim sebagai Menteri yang paling pantas terkena reshuffle jilid II di masa pemerintahan Jokowi periode ke 2 ini. Publik pun punya alasan rasional memperhatikan kinerja kemendikbud yang beliau pimpin dan sejauh mana progress pendidikan nasional yang menjadi fokusnya. Jika publik merasa kinerja dan progresifitasnya tidak sesuai ekspektasi mereka, wajar jika nama beliau menjadi yang pantas terkena reshuffle. Jika sudah sejauh Itu penilaian Publik. Tentu harapan Publik adalah buah reshuffle ini akan menghasilkan suatu perubahan yang signifikan demi pendidikan nasional.

Kekecawaan baru

Respon terhadap isu reshuffle kabinet pun bukan semata-mata hanya menghasilkan harapan baru. Tapi ada yang perlu di wanti-wanti kalau ternyata reshuffle ini tidak sebenar-benarnya untuk kepentingan masyarakat.

Apalagi, 2 pembantu presiden sebelum reshuffle jilid I menjadi tersangka dalam kasus korupsi. Semakin nyaman lah masyarakat dalam zona skeptical yang mempertanyakan apakah buah yang akan “dimakan” dari hasil reshuffle ini?

Masyarakat sepertinya sudah jengah terhadap praktik mengejar kepentingan pribadi di tingkat pemerintahan. Lewat isu reshuffle, masyarakat rasanya sudah harus mempersiapkan diri untuk datangnya Kekecawaan baru.

Melalui tulisan ini, bukan berarti memandang reshuffle dengan nada pesimistik. Hanya saja, apabila formasi baru hasil reshuffle ini tidak tepat. Tentu harapan perubahan hanya menjadi harapan alias situasinya akan sama saja.

Siapa yang layak?

Reshuffle kabinet adalah suatu jalan berbasis keniscayaan yang berorientasi pada perbaikan hasil evaluasi kinerja dari para Menteri sebelumnya. Hal ini membawa harapan baru di kalangan Publik agar kinerja kabinet semakin baik paska ditetapkannya reshuffle kabinet.

Tidak ada jaminan memang bahwa siapapun itu, Kekecewaan bisa saja terjadi buah hasil reshuffle. Tapi, yang paling mendekati kata ideal, supaya reshuffle menjadi harapan alih-alih menumbuhkan Kekecewaan baru, Menteri baru nantinya diharapkan datang dari kalangan professional atau expert dibidangnya, atau setidaknya dia berasal dari kalangan akademisi.

Bukan berarti membatasi kalangan politisi atau pengusaha masuk dalam jajaran kabinet nantinya. Indonesia hari ini sedang menghadapi persoalan ekonomi dan kesehatan yang relatif lambat pemulihannya. Sehingga jika Menteri yang baru nantinya berasal dari kalangan akademisi atau professional, akan lebih mendetail dan memiliki kedalaman kajian dalam pengambilan keputusan yang berorientasi pada pemulihan dua aspek (Ekonomi dan kesehatan) yang sedang menghadapi cobaan ini.

Dengan demikian, reshuffle kabinet benar-benar menjadi jalan yang didalamnya dipenuhi harapan baru untuk perbaikan kinerja untuk kemajuan bangsa sesuai nama kabinet yang diusung, Indonesia Maju.

Renaldo Gizind
Renaldo Gizind
Sekretaris Jendral Nasional Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia (IMEPI)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.