Setahun dua bulan berjalannya kabinet Indonesia maju. Sejak dilantiknya para menteri pada oktober 2020 telah menggoreskam sejarah buruk dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Menteri kesehatan misalkan, tidak komunikatif dan kerap kali tidak muncul ke publik disaat dimintai pertanggungjawaban dari berbagai persoalan ditengah pandemi. Bahkan tak jarang diundang untuk menghadiri dalam sebuah forum diskusi, namun ia tidak kunjung hadir untuk mengkonfirmasi persoalan pandemi yang semakin riwet dan sudah tidak terkendali.
Menteri agama yang kerap kali melontarkan narasi-narasi kontroversi, mengundang kegaduhan dikalangan kelompok tertentu. Seperti pernyataan dan kebijakannya mengenai penggunaan cadar dan celana cingkrang di instansi pemerintah.
Fachrul sebagai mantan menag menggagas juga sertifikasi penceramah guna merespons gerakan radikalisme yang menuai reaksi dari sejumlah ulama, tokoh, dan masyarakat.
Belum lagi Menteri KKP (kementerian kelautan dan perikanan) dan Menteri Sosial, yang merupakan orang penting di dua partai besar. Namun sangat disayangkan berakhir sebagai tahanan KPK, melakukan tindakan korupsi gila-gilaan dengan jumlah yang begitu fantastis.
Sekarang, mencoba melirik menteri baru pilihan presiden Jokowi. Apakah ada harapan baru atau semakin kacaunya kegaduhan yang membingkai kehidupan berbangsa dan bernegara?
Diangkatnya Yaqut Cholil Quomas sebagai Menteri Agama, membuahkan satu pertanyaan yaitu apakah ia mampu menyatukan perbedaan warna dikalangan ormas atau gerakan Islam apapun, yang saat ini menjadi isu yang begitu sensitif bila diperbincangkan. Namun, baru-baru ini diisukan bahwa, menag akan mengafirmasi atau memberikan hak beragama kepada kelompok Syiah dan Ahmadiyah di Indonesia.
Gus Yaqut menegaskan, pemerintah tidak mau ada kelompok agama minoritas yang terusir dari kampung halaman mereka karena perbedaan keyakinan. Padahal persoalan Syiah dan Ahmadiyah merupakan isu yang telah ditolak secara mayoritas dari kalangan pengikut Ahlul Sunnah Waljama’ah.
Lagi-lagi apakah ini awal dari kegaduhan? Seberapa mampu menag meredam isu tersebut dan membangun komunikasi untuk berdialog dengan para tokoh, ormas Islam, dan lainnya.
Menteri kesehatan baru Budi Gunadi Sadikin juga menjadi sorotan publik setelah melihat profil atau atau latar belakangnya. Ia lebih dikenal sebagai seorang lulusan fisika nuklir yang berkarier juga di dunia perbankan. Hal yang tidak lazim mengingat jabatan Menkes didominasi oleh profesi dokter. Jangan sampai malah kegaduhan yang terjadi, dikarenakan persoalan dan masalah yang ada tidak ditangani oleh para ahlinya.
Kemudian 3 dari 6 menteri baru yang dilantik Presiden Jokowi merupakan berlatar belakang pengusaha, yaitu Sandiaga Uno, Sakti Wahyu Trenggono, dan Muhammad Luthfi. Pertanyaannya adalah, apakah Presiden Jokowi bisa memastikan bahwa menteri-menteri yang berprofil pengusaha tidak menggunakan jabatan sebagai lapak dagangan yang berpotensi melakukan korupsi.