Kini tahun 2019. 251 tahun sebelumnya. Saat itu tahun 1768. Suatu masa dimana dunia mencoba keluar dari wabah mematikan, kelaparan, dan perang. Dunia dihadapkan pada pencapaian yang tak pernah dirasakan manusia dalam beratus-ratus dasawarsa terakhir.
Melihat bangsa eropa yang berbondong-bondong menjelajahi lautan samudra, mengitari halaman belakang benua Amerika. Hingga dunia mencapai titik klimaks pada tahun 1768 di era penjelajahan. Berakhirlah era agraira di Inggris. Disinilah pertarungan antara kebahagian dan kemelaratan global baru dipertaruhkan.
Orang-orang berkacamata yang menandakan mereka bagian dari golongan Intelektual mencoba mendedikasikan seumur hidupnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Ensiklopedia internasional pantas menyebut James Watt sebagai bapak dari Revolusi Industri.
Sebab tanpa mesin uap, barangkali selamanya dunia tidak akan pernah mencicipi kapal bermesin uap ciptaan Robert Fulton. Bahkan jika kapal perang berteknologi layar milik Ottoman mencoba mengarungi atlantik dengan bersikukuh. Kekhawatiran awak kapal saat badai menerjang pastilah tinggi. Namun harga yang dibayar dari teknologi berbahan kotor seperti batubara, telah membuka pintu kemalangan dalam sejarah.
Peningkatan asam laut di tahun 1768 adalah saksi pencemaran lingkungan pertama di dunia. asam laut yang meningkat tidak pernah terpikirkan oleh mereka yang hidup pada saat itu. bahkan narapidana Inggris kebanyakan yang sumber makanannnya diperoleh dari kerang dan lobster, pastilah tidak menyadari asam laut telah meningkat.
Bahkan jika narapidana, para pesakitan dari Inggris dibangkitkan kembali di abad ke-21, salah satu yang pertama mereka keluhkan adalah persoalan betapa tingginya harga lobster yang dijual di restoran-restoran ala Prancis. Sekaligus menjadi bukti betapa hebatnya keasaman laut mengubah cara hidup manusia.
Setidaknya Global Change menyebut 88 tahun terhitung dari tahun 2018. Keasaman laut akan meningkat menjadi 150 %. Artinya pada tahun 2100, manusia dituntut untuk memenuhi gizinya hanya dari ayam dan daging cepat saji yang telah dicekoki air. Santapan-santapan makanan laut adalah barang mewah.
Sedangkan Mcdonald adalah makanan murah di dunia, dan untuk yang pertama kali di Indonesia. penurunan harga makanan cepat saji yang tidak semahal dulu memperlihatkan kekeliruan di masa sekarang bisa membuat bangsa ini terlihat bodoh. Akan banyak orang Indonesia yang mati karena persoalan rumit ini. berangsur-angsur angka harapan hidup berkurang 30 tahun.
Mengindikasikan abad pertengahan secara mutlak. lalu menampik perkataan Haruki Murakami, peraih nobel sastra dunia yang mengatakan bahwa masa muda manusia bukanlah seumur hidup. Tetapi tingginya keasaman laut telah membuat manusia hidup muda selamanya. Meski besok anak muda itu akan disemayamkan di kuburan masal milik negara.
Di tahun 2018, setidaknya rendahnya angka kematian yang disebabkan makanan non-organik belumlah setinggi di negara maju. Petani-petani lokal dengan peluh keringatnya telah berjasa besar bagi kemashlatan umat. Lalu para pedagang di pasar tradisional yang rela sejak subuh berjualan sayur-sayur organik patutlah diapresisasi, dengan memberi medal tertinggi sebagai pahlawan negara.
Harapan utopia yang dipaksakan secara penetratif tentu menyinggung restoran warlaba cepat saji milik perusahaan asing yang kemaruk. Namun tidak ada yang bisa dibanggakan selain memberi medali bukan kepada mereka yang hanya mempedulikan laju pertumbuhan ekonomi dan produk domestik bruto tanpa mempertimbangkan produk kebahagiaan domestik.
Kebahagian diciptakan tidak semata melalui laju pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang hidup di Ibukota Republik Rakyat Tiongkok telah membuktikannya. Logam berat, nistrat, dan plastik beracun telah melahirkan kekhawatiran bagi para aktivis lingkungan.
Terutama ketika hujan asam dan polusi yang diciptakan dari limpasan perkotaan telah mengotori air bersih di Beijing. Gas beracun telah melahirkan hujan asam yang membuat sungai-sungai jernih di perkotaan hanya sebatas wujud, kandungannya malah bertolak belakang. Tidak ada manusia di dunia ini yang berbahagia tinggal di lingkungan se-munafik itu. jika ada, saraf di otaknya pasti baru terangsang biokimiawi bernama narkotika seperti ekstasi dan ganja.
Sepanjang tingkat kewarasan manusia masih normal, rembulan di langit tetaplah satu. Namun ketika manusia menjadi sinting, semua orang akan melihat ada dua rembulan di langit.
Artinya ini merupakan kiasan yang akan mengawali perubahan iklim sedunia. mengingat pengaruh bulan amatlah tinggi. Bulanlah yang telah menentukan hidup manusia selama ini, seperti pasang surutnya air laut atau yang lebih spesifik adalah persoalan menstruasi wanita tiap bulannya. Tidak pernah terbayangkan penderitaan suami di dunia ini ketika istrinya tidak berhenti mengalami fluktuasi hanya karena ada dua rembulan di langit.
Barangkali manusia telah sinting sejak bermulanya revolusi Industri, James Watt-lah yang sinting dengan ilmu pengetahuannya. Kesintingan beliau telah memaksa manusia modern di abad ke-21 hidup dibawah dua rembulan, lalu makan makanan yang tidak pantas. Sebuah analisis makanan laut global akhir-akhir ini menemukan bahwa ikan seluruh lautan di dunia terkontaminasi oleh polutan industri serta pertanian.
Polutan atau zat tercemar ini dikenal sebagai polutan organic persiten (POPs). Sebuah analisis yang menemukan fakta sekitar 50 % ikan yang kita makan hari ini telah terkontaminasi zat berbahaya. Meski kondisinya membuktikan kondisi hari ini tidaklah seburuk pada tahun 1980an. Penurunan konsentrasi merkuri 15-30 % per-dekade secara konsisten sejak saat itu.
Nampaknya konvensi Stockholm telah memberi sesuatu yang disebut gerhana untuk menutupi rembulan kedua. Meski tidak selamanya berjalan mulus. Percobaan manusia terhadap keuntungan ekonomis yang tidak berwawasan lingkungan patutlah diwaspadai.
Tahun 2017 menjadi saksi rembulan ketiga telah muncul, dan dunia akan menghadapi kekacauan yang tidak pernah terduga sepanjang sejarah. Bencana alam yang diciptakan manusia akan datang silih bergantinya generasi. Akan ada banyak sekali anak kecil yang terinveksi turbekulosis di masa depan daripada yang mati kelaparan. Karena baru saja kita merasakan dampak besar atas terbakarnya hutan gambut.
Beberapa dekade terakhir, perubahan iklim membuat dunia semakin pengap. Beberapa orang di dunia mati karena kepanasan, ISPA, dan TBC. Sejak 2014, NASA telah menunjukkan tren bahwa bumi akan semakin panas tiap tahunnya, sedangkan di tingkat lokal, BMKG mencatat akan ada El-Nino pada bulan oktober hingga desember yang akan membuat bumi menjadi lebih kering.
Seandainya solusi lebih lanjut diproyeksikan untuk mengikat negeri ini (Indonesia) sebagai negara pemilik lahan gambut terluas dengan angka jutaan hektar ini ke dalam Asean Agreement on Tranzboundary Haze Pollution/AATHP melalui ratifikasi yang memungkinkan menyalurkan seluruh energi dari fungsi administrasi, legislasi, hingga finansial untuk merespons dan memitimigasi dampak kebakaran hutan dan lahan serta polusi asap. Walaupun di sisi lain kita sangat optimis atas hasil dari Kajian Picerwaterhouse Cooper (PwC) yang menyatakan Indonesia akan menduduki posisi ke-4 di bidang perekonomian.