Rabu, April 16, 2025

Regenerasi Petani: Menyemai Harapan di Ladang Pengabdian

Kuntoro Boga
Kuntoro Boga
Kuntoro Boga Andri, alumnus IPB 1998, gelar Magister (2004) dan Doktor (2007) dari Saga dan Kagoshima University, Jepang. Peneliti Utama LIPI (2017) dan pernah sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat dan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan. Saat ini Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementan
- Advertisement -

Indonesia, sebagai negara agraris, tengah menghadapi tantangan serius dalam regenerasi petani. Data Sensus Pertanian 2023 menunjukkan bahwa hanya 21,93% petani berusia 19–39 tahun, sementara mayoritas petani berusia di atas 55 tahun. Fenomena ini mengancam produktivitas pertanian nasional, terutama karena petani senior sering kesulitan mengadopsi teknologi modern.

Membangun Ekosistem Pertanian yang Menarik 

Beberapa faktor menyebabkan rendahnya minat generasi muda terhadap pertanian. Stigma bahwa pertanian adalah pekerjaan yang kotor dan tidak menguntungkan masih melekat kuat. Pendapatan petani skala kecil jauh di bawah rata-rata perusahaan pertanian. Selain itu, hanya sebagian kecil petani yang memiliki akses ke teknologi irigasi modern, sementara sebagian besar lahan pertanian bergantung pada cuaca. Alih fungsi lahan yang mencapai 100.000–110.000 hektar per tahun juga menyempitkan ruang gerak petani muda.

Generasi Z lebih tertarik bekerja di bidang teknologi atau bisnis digital ketimbang pertanian. Gaji rata-rata pekerja sektor TI jauh mengungguli pendapatan petani, menjadikan sektor pertanian kurang menarik bagi generasi muda.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, generasi muda memiliki potensi besar untuk mentransformasi sektor pertanian Indonesia. Dengan latar belakang pendidikan yang lebih baik dan akses terhadap teknologi, pemuda dapat membawa inovasi dalam praktik pertanian. Penggunaan teknologi seperti drone, aplikasi pertanian, dan sistem irigasi cerdas dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Selain itu, pemuda juga dapat mengembangkan agribisnis kreatif, seperti produk olahan pertanian dan pemasaran digital, yang dapat meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

Membangun ekosistem pertanian yang menarik bagi generasi muda memerlukan pendekatan komprehensif yang mencakup pendidikan, kebijakan, teknologi, dan kolaborasi antargenerasi.

Peningkatan akses pendidikan dan pelatihan berbasis teknologi menjadi langkah awal yang krusial. Program vokasi dan magang di bidang pertanian modern harus diperluas dan dipopulerkan di kalangan anak muda, dengan kurikulum yang aplikatif dan terhubung dengan kewirausahaan pertanian. Hal ini bertujuan agar mereka melihat pertanian sebagai peluang bisnis yang menjanjikan, bukan sekadar profesi dengan hasil yang pas-pasan.

Selain itu, penyusunan kebijakan inklusif yang mendukung akses pemuda terhadap lahan, modal, dan teknologi pertanian sangat diperlukan. Pemerintah dapat memberikan insentif finansial dan subsidi untuk menarik minat anak muda ke sektor pertanian, serta memfasilitasi akses terhadap teknologi pertanian terbaru, termasuk penggunaan alat-alat pertanian canggih dan metode pertanian berkelanjutan.

Pengembangan infrastruktur digital juga menjadi faktor penarik bagi generasi yang melek teknologi, memungkinkan mereka memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial untuk memasarkan produk secara langsung kepada konsumen, sehingga memperluas pangsa pasar dan meningkatkan pendapatan.

Pemuda sebagai Garda Depan Kedaulatan Pangan

Krisis regenerasi petani bukan akhir cerita, tetapi awal dari transformasi. Dengan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan akademisi, Indonesia dapat mencapai target petani milenial yang lebih banyak pada tahun-tahun mendatang. Pemuda harus dilihat bukan sebagai penerus, tetapi sebagai agen perubahan yang membawa pertanian dari sawah tradisional menuju startup berbasis teknologi.

Di tangan generasi digital native, masa depan pertanian Indonesia bisa secerah startup unicorn, berkelanjutan, inklusif, dan bernilai tambah tinggi.

Kuntoro Boga
Kuntoro Boga
Kuntoro Boga Andri, alumnus IPB 1998, gelar Magister (2004) dan Doktor (2007) dari Saga dan Kagoshima University, Jepang. Peneliti Utama LIPI (2017) dan pernah sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat dan Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan. Saat ini Kepala Pusat BSIP Perkebunan, Kementan
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.