Sabtu, April 27, 2024

Realitas Perubahan Sosial dan Pandangan Masyarakat Satu Dimensi

Rahma Nur Azizah
Rahma Nur Azizah
Mahasiswa Sosiologi, Universitas Syiah Kuala. Asal Pemalang, Jawa Tengah. Tertarik isu-isu sosial

Perubahan sosial bagian dari proses yang tidak bisa dihindari oleh setiap individu. Individu akan selalu berada pada posisi yang menuntutnya untuk berubah. Masyarakat dituntut agar dapat beradaptasi dengan lingkungan meskipun terkadang lingkungan seakan menindas masyarakat dalam bertindak.

Perubahan sosial pada hakikatnya bertujuan untuk menjadikan manusia berpikir ke arah progresif,  namun pada realitanya perubahan sosial justru menyebabkan pergeseran nilai sosial dan membuat beberapa elemen masyarakat mengalami ketertinggalan.

Sebagian masyarakat menganggap bahwa perubahan sosial hanya didapatkan oleh mereka yang berada pada status tingkat ekonomi menengah atas. Anggapan tersebut seakan menjadi dogma bahwa perubahan sosial hanya mengerucut pada ekonomi, karena merekalah  yang memiliki kendali kuasa dalam menyusun kehidupan ke arah kemajuan.

Perubahan sosial dikaitkan dengan kemajuan teknologi. Indonesia sebagai negara berkembang yang saat ini berada pada revolusi industri 4.0 ditandai dengan perkembangan teknologi di bidang internet yang mengalami kemajuan.

Pada era ini, terciptanya kecerdasan buatan yang  menimbulkan kemunculan produk-produk baru dan mengganggu kestabilan produk-produk lama yang sudah berkembang. Era revolusi tersebut sangat menuntut manusia sebagai agen perubahan untuk dapat bersaing dengan pasar global yang semakin  ketat dan  pesat.

Kenyataannya saat ini, perubahan sosial justru menimbulkan kelas-kelas sosial yang semakin tampak di lingkungan masyarakat. Perubahan sosial yang digadang-gadang sudah memasuki era 4.0 rasanya seperti baru memasuki pintu masuk di era tersebut.

Tidak semua masyarakat melek terhadap perkembangan teknologi dan bahkan beberapa dari mereka justru tidak mengetahui kemajauan teknologi itu seperti apa. Jika perubahan sosial selalu dikaitkan dengan kemajuan teknologi, apakah anggapan tersebut seakan memberi makna bahwa individu yang tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan seperti manusia yang termakan  oleh zaman?.

Pandangan Masyarakat Satu Dimensi 

Sebelum kita mengenal konsep masyarakat satu dimensi, telebih dahulu kita mengenal sebuah konsep negativitas total dan kaitannya dengan perubahan sosial. Konsep ini merupakan buah pemikiran dari tokoh kritis sosiologi Theodor W. Adorno dalam memahami kesinambungan hubungan antara masyarakat dengan lingkungan.

Analisis Adorno terkait negativitas total memandang bahwa  bahwa manusia dengan kekuasaannya cenderung menguasai alam dengan teknologi yang dibuat oleh mereka. Kekuasaan yang dimiliki oleh manusia cenderung disalahkangunakan dan mengarah kepada eksploitasi serta tidak merujuk terhadap kelestarian alam.

Penguasaan teknologi terhadap alam akan menimbulkan kerusakan yang pada akhirnya berdampak negatif bagi manusia itu sendiri. Teknologi yang semula dapat berpotensi memajukan alam justru menuai dampak yang berkontradiksi. Singkatnya, konsep ini menegaskan bahwa manusialah yang berperan sebagai aktor pembuat kerusakan dan juga sebagai pihak yang menerima kerusakan tersebut.

Selanjutnya, konsep negativitas total mendapat penegasan yang lebih lanjut melalui pandangan masyarakat satu dimensi. Pandangan ini merupakan karya populer Herbert Marcuse, seorang sosiolog teori kritis generasi berikutnya.

Marcuse dalam karyanya menyebutkan bahwa teknologi yang pada awalnya digunakan manusia sebagai alat penunjang perubahan sosial, saat ini teknologi menjadi  penggerak manusia dalam menjalani kehidupan. Teknologi yang pada awalnya digunakan manusia dalam membantu melakukan pekerjaan mereka, berujung pada sikap ketergantungan.  Dinamika yang terjadi dalam pandangan ini tentang toleransi yang bersifat semu. Masyarakat seolah diberi kebebasan melalui teknologi, namun pada kenyataannya manusia berada jajahan teknologi dan bahkan terus berkelanjutan.

Manusia yang pada awalnya terikat oleh konsep negativitas total karena kekuasaannya terhadap alam, saat ini masyarakat seperti dieksploitasi oleh teknologi yang dibuatnya. Penindasan yang dilakukan oleh teknologi terhadap manusia bersifat halus. Kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu membutuhkan teknologi. Kemajuan masyarakat seakan berjalan lurus dengan perkembangan teknologi.

Kemajuan teknologi telah merambah ke seluruh aspek. Contohnya seperti pendidikan, pada saat ini teknologi berpotensi penuh terhadap kemajuan pendidikan dengan mengalihkan sistem pendidikan ke dalam bentuk digital. Hal tersebut sebenarnya membantu para pengajar dalam mengoordinasi pekerjaan mereka. Pengajar dituntut untuk dapat menyesuaikan perkembangan teknologi tanpa melihat batas usia yang mereka miliki.

Betul saja, istilah teknologi tanpa  batas menjadi suatu ketetapan yang pasti. Teknologi seakan memberi ruang masyarakat dalam berekspresi namun pada kenyataannya mereka terperangkap pada tipu daya sistem penindasan teknologi.

Kesenjangan Sosial Faktor Ketergantungan Teknologi 

Perkembangan teknologi berjalan secara linear dengan kemajuan manusia seakan memberi peluang bagi penguasa untuk meningkatkan kestabilan ekonomi dalam menunjang akses yang mereka miliki. Para penguasa dengan segala unsur borjuisnya dapat mengusai teknologi dan memperdaya masyarakat yang tidak memiliki daya dalam memperolehnya.

Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan angka kesenjangan sosial. Manusia sebagai korban dari penindasan teknologi terbagi menjadi dua kelas, kelas menengah atas dengan kelas menengah bawah. Kelas menengah atas dengan segala kekuasaannya justru mengambil kesempatan untuk terus menindas kelas menengah bawah dan memaksa mereka untuk tunduk. Benar saja, dalam pandangan masyarakat satu dimensi unsur ekonomi sangat dominan dalam melihat perubahan sosial yang berpacu pada perkembangan teknologi.

Analisis Karl Marx terkait pemberontakan kaum proletar yang dieksploitasi oleh kaum borjuis saat ini mengisyaratkan  bahwa keduanya sama-sama dieksploitasi oleh teknologi. Perbedaannya adalah kaum borjouis dapat lebih mengeksploitasi kaum proletar melalui kekuasaan teknologi dalam genggamanya.

Jika dikatakan, masyarakat sudah dapat menunjang kehidupan mereka sebelum keberadaan teknologi yang berkembang pesat, apakah sebenarnya masyarakat dapat hidup tanpa ada sentuhan dari teknologi? Jawabannya bisa, namun masyarakat tidak dapat merasakan perubahan sosial dan bahkan bersifat statis. Akibatnya masyarakat akan tertinggal dan dijuluki dengan “manusia kuno”.

Selama manusia hidup, pasti mereka akan mengalami perubahan sosial. Dan perubahan sosial sangat erat dengan perkembangan teknologi. Jika perkembangan teknologi semakin berkembang pesat, dapat dipastikan bahwa kesenjangan sosial tidak bisa dihapus dan bahkan akan terus meningkat.

Rahma Nur Azizah
Rahma Nur Azizah
Mahasiswa Sosiologi, Universitas Syiah Kuala. Asal Pemalang, Jawa Tengah. Tertarik isu-isu sosial
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.