Jumat, April 26, 2024

Readhaton; Ikhtiar Membangkitkan Motivasi Membaca

Cahyadi Nurdin
Cahyadi Nurdin
Pejuang Media Sosial

Semenjak launchingnya Program Purwakarta Membaca Setiap Hari (PURBASARI), oleh Dinas Pendidikan yang di gagas langsung Kang Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta) bila kita kutip dari kata “Membaca Membuka Makna”. Kang Dedi Mulyadi

Artinya membaca penuh dengan makna, kita bisa mengetahui isi dunia dengan membaca, untuk mendorong anak-anak (siswa) maka tak ada salahnya hari ini kita terus ikhtiar membangkitkan motivasi membaca secara teoritis maupun praktik di lapangan.

Dimanapun kapanpun dalam kondisi apa pun hari ini tidak sulit kita menemukan sumber informasi yang sudah serba digital.

Readathon merupakan salah satu jenis kegiatan literasi sekolah. Secara etimologis, istilah readathon berasal dari dua kata, yaitu kata read (membaca) dan marathon (lari jarak jauh). Secara semantis leksikal,  readathon bisa berarti membaca bersama-sama dalam jangka waktu tertentu tanpa berhenti.

Jenis membaca, cara, proses, jangka waktu, dan hasil membaca dalam readathon tidak terlepas dari sejarah marathon yang diadopsi dalam kegiatan literasi. Dalam sejarah, marathon berasal dari Yunani. Konsep marathon digunakan untuk mengacu pada sekelompok prajurit Yunani yang berlari tanpa henti sejauh 42 km dari garis depan medan perang menuju markas besar agar bisa menyampaikan pesan penting untuk menyelamatkan bangsanya. Dari acuan historis dan adopsi kata tersebut, readathon berarti membaca bersama-sama dalam keadaan senyap tanpa henti selama 42 menit untuk memperoleh informasi penting dari bahan bacaan yang dibacanya.

Peserta readathon di sekolah terdiri dari seluruh siswa dengan bimbingan guru. Secara prosedural, guru terlebih dahulu memberitahukan tujuan/maksud  readathon,_teknik membaca, waktu membaca, dan tindak lanjutnya. Tujuan _readathon antara lain untuk  menumbuhkan minat dan motivasi membaca,  membiasakan membaca secara aktif, dan membangkitkan semangat akan pentingnya ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca buku. Waktu yang diberikan untuk membaca selama 45 menit. Setiap siswa memilih dan menyiapkan buku masing-masing. Buku yang dibaca bisa tematik maupun pilihan siswa sesuai minat, kebutuhan, dan kesesuaian, baik buku fiksi, buku non-fiksi,  buku teks, maupun buku referensi lainnya.

Setelah membaca selesai, para siswa diminta untuk memberi tanda di halaman terakhir dari buku yang mereka baca. Untuk menguji perolehan informasi dan kesan terhadap isi buku, salah seorang siswa bisa diminta untuk menyampaikan informasi atau kesan dari hasil kegiatan membacanya. Untuk akhir rangkaian kegiatan, setiap siswa bisa diminta membuat skema pohon bacaan yang berisi kesimpulan isi buku yang mereka baca. Pohon bacaan  terbaik akan mendapatkan penghargaan dari sekolah. Pohon bacaan juga bisa untuk satu kelompok atau satu kelas, sebagai laporan siswa yang sudah selesai dalam melakukan readathon.

Kegiatan readathon merupakan literasi dini atau dasar sebagai bagian dari tahap pembiasaan. Tahap pengembangan dan pembelajaran memerlukan dukungan berbagai aspek, yaitu sarana dan lingkungan, sumber bacaan, perpustakaan, dan guru yang literat. Sarana dan lingkungan yang kaya literasi akan menstimuli siswa tanggap literasi, kreatif, kritis, dan aktif. Perpustakaan yang ditata dengan baik melalui keberagaman dan kecukupan referensi, ramah, menarik, akan menjadi pusat sumber belajar yang tinggi.

Kecuali itu, diperlukan guru yang literat, yakni guru yang gemar membaca, menjadi teladan membaca, menciptakan lingkungan kaya literasi, menciptakan kegiatan literasi yang menyenangkan dan memerhatikan kebutuhan siswa dalam belajar.

Kegiatan Readathon akan mampu membangkitan minat dan motivasi siswa dalam membaca. Setelah menjadi kebiasaan, akan tumbuh kebutuhan dan menjadi budaya. Hal ini diperlukan bagi tahap pengembangan literasi dan pembelajaran. Dalam tahap pengembangan, hasil kegiatan membaca, baik membaca individual maupun  membaca bersama, dapat diikuti dengan kegiatan menulis, yaitu menuliskan kembali atau mereproduksi dalam bentuk ringkasan, sinopsis, resensi, atau review. Bisa juga secara lisan, yaitu menceritakan kembali hasil bacaan.

Ada beberapa teknik mereview buku yang dibaca, mari kita pelajari beberapa teknik menulis review buku:

1. Teknik Ihikawa Fish Bone

Teknik ini seperti bentuk ikan yang tinggal durinya. Ekornya berisikan Judul, Penulis, dan Penerbit, duri-durinya berisi When (Kapan), Where (Dimana), Who (Siapa), What (Apa), Why (Mengapa) dan How (Bagaimana), serta kepala ikannya berisi catatan penting atau hikmah setelah membaca buku tersebut.

2. Teknik AIH

Teknik review buku ini merupakan singkatan dari A adalah Alasan, I adalah Isi buku, dan H adalah Hikmah. Teknik menulis review buku ini terdiri atas 3 paragraf. Paragraf pertama berisi alasan membaca buku tersebut/faktual, paragraf kedua berisi isi bukunya, dan paragraf ketiga berisi hikmah dari bacaan tersebut.

3. Teknik Y Chart

Teknik review buku ini berbentu huruf Y. Pada bagian atasnya adalah learning atau hikmah yang “terasa” dalam bacaan, pada bagian kanan terdiri dari Ideas yang berisi hal berkesan yg “terdengar” dari bacaan dan pada bagian sebelah kiri berisi Insight atau hal berkesan yang “terlihat” dalam bacaan.

4. Teknik Infografis

Teknik review ini bisa dilakukan dengan cara menggambar tentang sesuatu dari apa yang telah dibacanya. Bisa menggunakan gambar dengan tangan atau manual, atau bisa juga menggunakan infografis digital secara menggunakan aplikasi di komputer sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa.

Pendidikan Kita terus berikhtiar mengembangkan Gerakan Literasi dengan segala keterbatasan yang ada. [*]

Cahyadi Nurdin
Cahyadi Nurdin
Pejuang Media Sosial
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.