Kamis, April 25, 2024

PSSI Menyoal Kebebasan Pemain Berlaga di Liga Asing

Muhammad KK
Muhammad KK
Pegiat Literasi, pecinta gunung dan kopi, terlahir di gresik, lulusan Filsafat Politik Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Polemik mengenai transfer Evan Dimas dan Ilham Udin beberapa hari terakhir menjadi berita yang hangat. Pasalnya perpindahan mereka menuju liga Malaysia terancam akan batal. Ketua umum PSSI melarang mereka berdua merumput di liga Malaysia, atau jika tetap bersikeras, mereka berdua akan dicoret dari Timnas Indonesia untuk ajang Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.

Alasan pelarangan itu didasarkan pada liga asing yang hendak dituju oleh para pemain itu hampir sama kualitasanya dengan liga Indonesia. Alasan tersebut sangat mudah sekali terbantahkan, karena faktanya, liga Indonesia hanya menempati peringkar 24 liga terbaik di Asia, sementara para pemain Indonesia yang hendak merumput di liga Malaysia dan Tahiland, memiliki kualitas liga yang jauh lebih baik.

Malaysia dan Thailand masing-masing menempati peringkat 13 dan 10 liga dengan kualitas terbaik di Asia, dan Thailand sendiri merupakan negara dengan liga tebaik di Asia Tenggara.

PSSI harus berani mengakui, bahwa liga Indonesia saat ini tidak lebih baik dari liga yang dihelat oleh negara-negara tetangga. Bukan justru malah menganggap liga kita hampir sama kualitasnya, legowo dan jujur itu penting.

Berharap terlalu tinggi dengan hanya membolehkan para pemain berlaga di liga elite dunia justru akan menjadi boomerang, jika pemain tidak siap secara kualitas bukan tidak mungkin bakatnya akan berhenti disitu. Bermain di liga yang memiliki kompetisi yang lebih baik satu level demi satu level menjadi jalan yang lebih bijak.

Jika Indonesia ingin maju dalam sepak bola segala macam cara harus ditempuh, mulai dengan memperbaiki kualitas liga sampai memberikan kesempatan pemain berbakat untuk bisa merumput di liga-liga yang lebih baik. Bukan justru mengkebiri bakat mereka dengna melarang berkompetisi di liga yang lebih baik.

Pemain harus diberi kesempatan sebanyak-banyaknya mencoba pengalaman baru di negara baru. Salah satu contoh sukses dalam hal ini adalah Islandia, negara dengan kompetisi liga seadanya tetapi memiliki kualitas Timnas luar biasa.

Siapa pernah sangka, negara kecil yang hanya memiliki jumlah penduduk 300 ribuan, bisa berbicara diluar dugaan dalam dunia sepak bola. Negara asal dari mantan penggedor Barcelona, Eidur Gudjohnsen ini pada kisaran tahun 2012 tidak pernah diperhitungkan sama sekali dalam kancah sepak bola dunia.

Maklum saja peringkat Islandia di FIFA pada kisaran bulan Juni tahun itu ada di peringkat 131. Di tahun yang sama, peringkat FIFA Timnas Indonesia mencapai raihan terbaik di posisi 143, tidak jauh dari Islandia.

Tetapi itu kondisi beberapa tahun lalu, dan sudah jauh berbeda jika dibandingkan sekarang. Peringkat Islandia di FIFA saat ini bertengger pada posisi 22 dunia, naik lebih dari 100 peringkat. Sementara Indonesia hanya mampu meraih hasil terbaiknya di posisi 162 rangking FIFA. Sangat bertolak belakang memang nasib antara dua negara yang sama-sama berawalan huruf “i”.

Saat ini, negeri yang selalu diselimuti hawa dingin itu untuk pertama kalinya bisa berlaga di Piada Dunia 2018 Rusia. Revolusi yang begitu pesat. Apa yang terjadi dengan Islandia? Faktor terbesarnya adalah dari kualitas pemain mereka. Hampir seluruh pemain Timnas Islandia berlaga tidak di kompetisi lokal mereka, alias mereka merantau di kompetisi negara lain yang lebih baik.

Tercatat pada gelaran Euro tahun 2016 saja, pemain Timnas Islandia yang berlaga di liga lokal hanya ada dua orang, sisanya memilih untuk berlaga di liga lain seperti Rusia, Inggris, Spanyol, dan liga lainnya. Bahkan Timnas Islandia yang meoloskan negaranya berlaga di Piala Dunia 2018, tidak ada satu pun yang berasal dari liga lokal.

Maklum saja, kompetisi liga lokal Islandia sulit untuk mengembangkan kualitas pemain karena liga hanya bisa bergulir empat bulan saja. Pendeknya waktu kompetisi lebih karena jumlah peserta liga yang hanya 12 klub dan jika musim dingin datang, suhunya bisa mencapai -39C.

Timnas Islandia membuktikan bahwa pemain yang berlaga di liga luar yang lebih baik, mampu meningkatkan peforma individu masing-masing pemain dan itu berdampak pada baiknya peforma tim. Keputusan yang dilontarkan oleh ketua umum PSSI, mengenai pelarangan pemain Indonesia berlaga di liga asing adalah sama sekali keliru.

Lantas alasan apa yang bisa dibenarkan atas pelarangan para pemain Indonesia berlaga di liga asing? Takut para pemain tidak bisa membela Timnas di ajang Asian Games? Itu juga alasan yang tidak bisa dibenarkan. Sebenarnya pemain yang berlaga di liga asing ketika negara asalnya membutuhkan, mau atau tidak si pemain harus kembali untuk negaranya.

Atau jika memang alasan ketakutan itu benar-benar dirasakan, pemberian klausul tertentu bisa dibuat. Misalkan saja pemain A harus membela Timnas apa pun yang terjadi jika memang dibutuhkan, jika klub menolak akan ada denda-denda tertentu, atau perjanjian dalam bentuk lainnya.

Pembuatan klausul khusus bisa dilakukan dan itu bisa menjadi opsi paling baik bagi pemain, klub, dan negara yang bersangkutan. Negara memiliki jaminan kalau pemain bisa dipanggil kapan saja, klub bisa menikmati jasa si pemain, dan pemain sendiri bisa mengembangkan bakat dan kualitasnya di klub dan kompetisi yang dia inginkan. Sehingga semuanya akan berdampak baik, lebih-lebih Indonesia bisa seperti Islandia dan berlaga di Piala Dunia lagi.

Muhammad KK
Muhammad KK
Pegiat Literasi, pecinta gunung dan kopi, terlahir di gresik, lulusan Filsafat Politik Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.