Kamis, Mei 2, 2024

Profesor Nurdin Abdullah; Politik Festival Gagasan dan Program

nugrohoali
nugrohoali
Penyuka Albert Camus

Apa yang terbayang jika politik adalah festival gagasan dan festival program? Gontok-gontokan kualitas diri dan pembuktian kapasitas diri di hadapan masyarakat yang menjadi pemberi suara kepada mereka?

Suasana ini indah: lawan bertanding dalam politik adalah teman bermain, lawan politik adalah teman adu berpikir dan adu gagasan. Kontestasi seperti ini tentu menghasilkan pemerintahan dengan kualitas tinggi dan dengan masyarakat yang tak kehilangan kepercayaan kepada kontestasi elit politik. Kontestasi semacam ini mencerminkan politik yang tidak sekedar gaduh atau riuh saja.

Tapi bayangan kontestasi politik seperti ini tentu saja agak jarang dalam realitas politik kita. Doktrin politik Machiavelli masih kuat: the end justify the mean (tujuan menghalalkan segala cara). Kekuasaan sebagai tujuan politik membenarkan berbagai cara. Elit politik tak merasa malu untuk mencaci rival-rivalnya dengan berbagai cara demi meruntuhkannya. Situasi ini membawa kontestasi pada segala cara yang tidak lagi menjunjung etis-etis politik.

Situasi perseteruan politik yang terus tegang, saling merubuhkan dan menghancurkan antar rival politik (rivalitas yang panas) kian menegaskan pemahaman jelas masyarakat atas politik: ia perebutan tahta yang memikat. Tahta yang diperoleh oleh seseorang melalui cara menyingkirkan rivalnya. Cersei Lannister: “when you play game of thrones, you win or you die. There is no middle ground.” (Saat kamu bermain dengan permainan tahta, kamu menang atau kamu kalah. Tak ada jalan tengah). 

I

Tapi di tengah arus politik yang menjelma kekuatan saling menghancurkan antar rival, sosok Profesor Nurdin Abdullah, Bupati Bantaeng, muncul dengan jalan kebijaksanaan politik yang jarang, tapi menggugah dan membawa kebahagiaan. Ia hadir dengan citra politik yang hampir mustahil dalam realitas politik yang keras. Dengan segala kelembutan dan kesederhanaan, ia justru tampil dengan politik yang ramah dan memaafkan. Setiap kali ia memperoleh serangan yang bahkan mengarah pada penghancuran dirinya, semisal ia dituduh dengan berbagai label yang buruk kepadanya, dianggap tidak punya komitmen dan sebagainya, tak membuatnya berfikir untuk memberi lawan dengan serangan balik. Dia tidak memperlakukan politik sebagai ajang saling serang: saat ia diserang dengan pukulan, ia harus menyerang balik dengan pukulan. Tidak seperti itu wujud politik dalam perlakuannya.

Nurdin Abdullah, Bupati Bantaeng yang telah mendeklarasikan diri maju di Pilgub Sulsel tahun 2018, menyadari persoalan ini. Sebagai seorang pemimpin, menghadapi situasi ini bukanlah hal yang baru baginya. Yang suka dan yang benci tentu adalah hal yang biasa dalam setiap kepemimpinannya. Ada kebijaksanaan kuno yang bilang: pohon semakin tinggi, semakin harus siap menghadapi terpaan angin kencang. Tapi pohon yang baik, saat dilempari batu, ia menjatuhkan buahnya.

II

Yang kian menakjubkan dari sang profesor di tengah realitas politik yang kian keras, dia menunjukkan sikap lembutnya kepada kontestan lainnya. Misalnya, sebuah doa ditujukan kepada Ichsan Yasin Limpo, adik kandung Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo. Doa itu berharap agar IYL turut maju dan berkompetisi dalam pilgub Sulsel. Doa ini memang sederhana tetapi tentu saja menggugah bagi kalangan yang awam politik, yang memahami politik sekedar untuk memenangkan diri demi kekuasaan.

Ichsan Yasin Limpo mantan bupati dua periode di Kabupaten Gowa. Dia telah menerima SK rekomendasi dukungan dari PPP, pemegang tujuh kursi di DPRD Sulsel. Kemudian dukungan menyusul datang dari Partai Demokrat (baru berupa surat tugas yang sifatnya belum final karena masih harus melalui pengujian selama 1,5 bulan). Tetapi akhirnya partai berlambang mercy ini tetapkan pilihan melalui SK rekomendasi (merdekacom).

Tentu saja, dalam suasana politik bagi mereka yang melihat politik sebagai sekedar ‘permainan intrik’, doa profesor tak ubahnya kalimat receh tak berkelas. Tapi mari tempatkan pikiran kita tidak semata-mata pada kotak kecurigaan. Ungkapan ini mencerminkan sebuah keluasan hati seorang pemimpin sejati. Karakteristik pemimpin sejati mengedepankan apa yang terbaik bagi rakyat. Saat dirinya bersaing dengan lawannya, sang lawan baginya bukan musuh yang harus ditumbangkan. Lawan politik, sekali lagi, adalah rivalitas gagasan dan program. Itulah yang ditegaskan oleh Profesor Nurdin Abdullah. Kesadaran ini membawanya pada kematangan berfikir: hasil akhir sebuah kontestasi ditentukan oleh rakyat. Yang dipilih rakyat bukan saja memenangkan hati rakyat, tapi juga berarti menghasilkan gagasan atau rencana program yang lebih meyakinkan dirasakan oleh rakyat.

Ini menunjukkan bahwa menjadi pemimpin bukan sebuah ambisi pribadi melainkan tuntutan dari masyarakat. Dia menyadari ia bukan siapa-siapa dalam memimpin Bantaeng. Tetapi dia sadar bahwa ada kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya oleh masyarakat dengan penuh kehormatan, maka dia bekerja dalam kepemimpinan itu dengan pula penuh kehormatan demi melayani masyarakat. Kehormatan yang diberikan oleh masyarakat harus dibalas dengan kepemimpinan yang melayani masyarakat. Itu prinsip tegasnya dalam memimpin.

 Dengan demikian, yang terpenting bagi Nurdin Abdullah dalam kontestasi politik bukanlah permusuhan politik yang tidak berarti. Dalam politik adalah bagaimana memenangkan hati rakyat melalui festival gagasan dan festival program. Kelembutan dan kedewasaan politik adalah sebuah cermin sikap dan kelembutan kepribadian diri Nurdin Abdullah yang selalu menginginkan ‘harmoni’ di dalam masyarakatnya. Dia mengatakan: “Jangan sampai Sulsel justru diklaim sebagai daerah yang keras padahal itu bukan budaya Sulsel.” (merdekacom).

Dari Profesor Nurdin Abdullah, kita belajar bahwa rivalitas dalam rivalitas sesungguhnya hanyalah sebuah festival gagasan dan program. Di luar itu, perdebatan-perdebatan atau permusuhan yang berlarut-larut harus disikapi sebagai sekedar lelucon atau dagelan yang tak perlu menarik perhatian. Terima kasih, prof.

nugrohoali
nugrohoali
Penyuka Albert Camus
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.