Senin, Mei 6, 2024

Produk Asing Bisa Naikkan Ekspor?

Adam Maulana
Adam Maulana
Mahasiswa S1 Manajemen Institut Teknologi dan Bisnis Indragiri

Jika kita berbicara tentang Kementerian di Indonesia maka kita tidak bisa hanya memfokuskan satu tugas pada 1 kementerian saja, karena mereka saling beririsan. Misalnya kita membahas Kementerian perdagangan yang mengurus ekspor dan impor, maka itu akan berhubungan dengan kementerian perindustrian, kementerian keuangan, bahkan kementerian ekonomi kreatif.

Berbicara tentang kementerian perdagangan (Kemendag) tentu saja mereka memiliki tugas seperti:

Pertama, Mengurus dan melaksanakan ekspor dan impor alias mengurusi neraca dagang, hal ini tentu saja berhubungan dengan Bank Indonesia karena neraca dagang itu merupakan suatu nilai tukar.

Kedua, Mengurusi jumlah stock barang di Indonesia, hal ini merupakan tugas kemendag agar barang tidak kurang dan juga tidak kebanyakan, kenapa tidak boleh kebanyakan? Karena menjaga harga supaya tidak turun dan merugikan produsen, contohnya jika stock cabai kebanyakan itu akan merugikan petani, akan tetapi jika stock cabai sedikit itu akan merugikan konsumen. Sehingga harus pas.

Ketiga, Mengurusi regulasi pembentukan usaha, hal ini seperti bikin PT, CV,  dsb. itu regulasinya dari kemendag meskipun beririsan sama kementerian perindustrian. Makanya gak heran selama ini yang menjadi kemendag itu adalah dari kalangan pengusaha karena mereka membantu pengusaha membuat regulasi semudah mungkin supaya usaha berkembang dengan mudah.

Menjadi kemendag itu tidaklah semudah yang dibayangkan, karena jika harga cabai murah yang marah adalah petani dan jika harga cabai mahal yang marah adalah konsumen jadi gak gampang untuk  menguasai kedua belah pihak, sebab mengurusi harga yang pas itu merupakan seni.

Berbicara mengenai ekspor tentu saja Kemendag bertugas untuk menaikkan ekspor, tetapi yang diharapkan tentu saja pada ekspor nonmigas bukan hanya ekspor migas yang cenderung lebih mudah. Indonesia kan kaya akan komoditas jika hanya fokus menaikkan ekspor migas baik mentah ataupun yang sudah di proses tentu saja hal itu cenderung lebih mudah daripada menaikkan ekspor nonmigas.

Solusi menaikkan ekspor nonmigas yang bisa dilakukan pemerintah seperti dengan menurunkan pajak ekspor, merangsang pelaku UKM dalam sektor nonmigas untuk berkembang, dan juga memberikan subsidi bagi sektor nonmigas.

Kita ambil sebuah contoh ketika kita mau membuka usaha kosmetik yang produsennya dari luar negeri. Sebelum kita mengurus izin BPOM maka kita perlu memberikan surat bukti penunjukan distributor dari brand luar negerinya terlebih dahulu kepada KEMENDAG yang kemudian barulah diurus perizinan oleh BPOM tadi.

Kementerian yang dekat dengan KEMENDAG adalah Kementerian Perindustrian yang mereka ini memiliki suatu program yaitu Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Berdasarkan situs Kemenperin, TKDN adalah besaran komponen produksi yang dibuat di Indonesia pada suatu produk barang dan jasa atau gabungan keduanya. Pembatasan penggunaan komponen impor dalam persentase tertentu diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 2018 tentang Pemberdayaan Industri.

Lantas apa sih keuntungan jika memenuhi TKDN? Tentu saja jawabannya yaitu pada tingkat pajaknya yang akan lebih murah karena TKDN telah menyumbang efek bagus bagi perekonomian. Misalnya jika mobil avanza dibuat di karawang, tentu saja ini akan memberikan peluang perekrutan tenaga kerja yang mampu mengurangi pengangguran di Indonesia. Sehingga itulah alasan kenapa pemerintah memberikan pajak yang rendah kepada barang yang sampai tingkat TKDN.

Misalnya kita membeli mobil yang sepenuhnya merupakan mobil yang dibuat diluar negeri seperti MAZDA atau BMW yang tentu saja pajaknya lebih besar, berbeda dengan Avanza dan Wuling karena mereka memiliki pabrik sendiri yang setengahnya buatan lokal dan memenuhi tingkat TKDN.

Jika MAZDA ingin pajak mobilnya lebih murah maka mereka harus mau membuat sedikit bagiannya di Indonesia supaya memenuhi tingkat TKDN yang ditentukan Kemenperin, tidak  perlu semuanya buatan Indonesia misalnya kita impor sasis-nya saja dan perakitannya dibikin di Indonesia, yang penting memenuhi TKDN tadi.

Lantas bagaimana caranya kita ekspor dengan produk asing? Coba kita lihat Thailand yang bukan asal brand MAZDA karena seperti yang kita ketahui brand ini dari Jepang, tetapi mereka punya pabrik di Thailand dan kalau orang Indonesia mau beli mobil MAZDA terkadang dapatnya yang dari Thailand. Artinya Thailand itu ekspor MAZDA ke Indonesia padahal itu bukan brand mereka, jadi dapat disimpulkan ekspor itu bukan harus brand lokal tetapi bisa juga brand luar negeri.

Dari sini kita tau bahwa mencintai produk lokal itu bagus karena manfaat yang di dapatkan brand lokal akan jauh lebih besar, tetapi dalam meningkatkan ekspor indonesia tidak harus produk lokal tetapi bisa juga dari produk asing.

Jika pemerintah ingin mengalahkan produk impor tentu saja perlu cara yang berseni, bukan hanya dengan mengarahkan masyarakat untuk mencintai produk lokal tetapi juga harus meningkatkan kualitasnya.

Barang impor ini kan tentu saja bukan barang yang melanggar hukum dan resmi, karena mereka juga membayar pajak, tetapi tentu harus di kurangi dengan cara yang berseni bukan cuma sekedar doktrin cintai produk lokal, produk impor ini gak usah di lawan tapi di enakin aja dengan cara tadi.

Punya brand lokal itu bagus, seperti membuat mobil nasional tetapi itu sifatnya long term, untuk soft term-nya yang paling mudah dan gampang adalah melobi itu brand luar supaya mau bikin di indonesia.

Adam Maulana
Adam Maulana
Mahasiswa S1 Manajemen Institut Teknologi dan Bisnis Indragiri
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.