Senin, Oktober 14, 2024

Presentasi Gaya Generasi Milenial

Meidiansjah Wantasen
Meidiansjah Wantasen
Mahasiswa Akuntansi dari Universitas Samratulangi Manado.

Bagi sebagian besar orang mungkin tidak asing lagi dengan kata presentasi. Ya, presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak orang atau salah satu bentuk komunikasi kepada para audience atau bisa diartikan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau informasi kepada orang lain.

Presentasi berbeda dengan pidato, pidato lebih sering dibawakan dalam acara-acara resmi, presentasi lebih sering dibawakan dalam dunia sekolah, bisnis, dan dunia kerja.

Sejak kita di bangku SMA kita semua pernah melakukan presentasi baik itu dalam kelas ataupun dalam ruang lingkup organisasi mulai dari rohis, oasis, dan lain-lain sampai akhirnya kita masuk ke dalam dunia perkuliahan yang tentu sudah tidak asing lagi dengan kegiatan presentasi baik itu perorangan ataupun berkelompok.

Namun untuk membuat presentasi yang memukau ada beberapa syarat, seperti presentasi yang dibawakan harus lancar, penuh rasa percaya diri, dan menguasai seluruh apa yang akan disampaikannya. Namun sepertinya syarat-syarat diatas sudah jarang kita temui di zaman sekarang khususnya dalam ranah lingkup sekolah.

Banyak orang yang melakukan presentasi tanpa ada rasa percaya diri, dibawakan dengan penuh rasa kaku, serta ada juga yang tidak mengerti dengan apa yang disampaikannya, saya merasa hal ini cukup unik untuk dibahas mengapa bisa terjadi demikian?

Semua ini ada hubungannya dengan perkembangan teknologi yang ternyata bisa menghilangkan budaya suka membaca dalam diri para pelajar dan mahasiswa hari ini, akibatnya, presentasi di zaman sekarang itu sudah kehilangan esensi nya.

Seiring berjalannya waktu, sepertinya kata Power Point sudah tidak bisa dipakai lagi di era sekarang ini terlebih dalam dunia kampus khususnya para mahasiswa itu sendiri. Bagaimana tidak, presentasi yang seharusnya menampilkan poin-poin inti dari pembahasan malah menampilkan sekumpulan teks layaknya cerpen yang dibacakan ketika didepan kelas

Buang-buang waktu saja kita mendengarkan cerpen yang dibacakan oleh beberapa orang didepan kelas padahal cerpen itu bisa kita baca sendiri melalui slide. Lalu, apa bedanya antara audience dan pemateri?

Kalau seperti ini eksistensi presentasi yang terjadi hari ini, maka penulis rasa seorang anak kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar bisa disuruh untuk membaca slide yang terpampang begitu jelas didepan mata karena presentasi di era digital modalnya hanya satu yaitu tahu membaca.

Dalam sebuah presentasi juga ada bagian sesi tanya jawab, dan itu merupakan hal yang biasa untuk memaksimalkan materi yang disampaikan pe materi kepada audience agar bisa dimengerti secara keseluruhan.

Mula-mula pemateri membuka sesi tanya jawab kepada audience dan untuk audience yang ingin bertanya silahkan ajukan pertanyaan. Presentasi yang baik itu adalah setelah pertanyaan dilontarkan oleh audience dan langsung ditanggapi dengan jawaban yang kompleks oleh pe materi.

Namun lain halnya presentasi yang dilakukan generasi milennial sekarang ini, alih-alih menjawab pertanyaan yang dilontarkan, pe materi malah mencari jawaban di gadget nya melalui bantuan Google. Hal ini sangat kontradiksi dengan syarat presentasi memuaku yang telah penulis paparkan diatas yaitu salah satunya pe materi harus menguasai materi yang dibawakannya.

Ketika pertanyaan dilontarkan kemudian pe materi tidak bisa menjawab, maka bisa disimpulkan presentasi itu gagal ditambah lagi dengan  kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal itu muncul karena menurunnya sikap kritis dalam diri mahasiswa untuk menggali sebuah informasi tentang suatu hal.

Lantas apa yang membuat orang-orang hari ini menjadi pribadi yang apatis terhadap sesuatu? Mungkin salah satu dari sekian banyak jawaban adalah kemajuan teknologi. Ya, hari ini manusia telah dimanjakan dengan teknologi yang dimana bisa mempermudah segala urusan manusia.

Di era digital ini semua telah dimanjakan oleh kecanggihan teknologi yang mengakibatkan menurunya sikap ingin tahu dalam diri mahasiswa itu sendiri. Semua hal telah tersedia di internet, hanya bermodalkan kuota semua orang bisa mengakses apapun yang ingin dicarinya. Akibatnya timbulnya rasa apatis dalam diri individu itu sendiri.

Sikap apatis ini yang menyebabkan rata-rata kaum milenial suka terima apa adanya segala sesuatu tanpa menggali lebih jauh khususnya dalam pembahasan kali ini yaitu  materi atau hal yang akan ingin dipaparkannya dalam presentasi tanpa perlu belajar lagi. Padahal hal itu sangat miris ketika dimiliki oleh seorang mahasiswa.

Apalagi mahasiswa merupakan sosial control dalam kehidupan bermasyarakat jika mahasiswa bersikap apatis, acuh, dan tidak mau tahu maka apa yang akan terjadi dengan kehidupan kita di masa yang akan datang?

Di sini pentingnya peran guru serta para dosen untuk lebih mengarahkan dan melatih anak didiknya menjadi lebih profesional dalam menjalankan sesuatu dan juga kesadaran pada diri mahasiswa  itu sendiri bahwa ia sudah bukan siswa lagi melainkan siswa yang telah diberi kata Maha.

Meidiansjah Wantasen
Meidiansjah Wantasen
Mahasiswa Akuntansi dari Universitas Samratulangi Manado.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.