Rabu, November 20, 2024

Politik Setengah Kebenaran

abdhasan
abdhasan
Pecinta Buku
- Advertisement -

Isu bangkitnya PKI ini adalah isu yang secara politik memang cerdik , meskipun bisa saja dianggap licik. Isu itu adalah isu setengah kebenaran, yang ada mengendap dalam benak kaum Muslimin Indonesia. Isu yang mudah sekali menutup setengah kebenaran yang lain.

Mirip sekali dengan isu Ahok dengan Al-Maidah. Isu Cina, isu yang mudah sekali ditelan oleh awam Muslimin. Benar sekali masyarakat pribumi Muslimin adalah bagian terbesar masyarakat Indonesia yang belum sejahtera dan tertinggal. Benar sekali bahwa orang-orang keturunan Cina di Indonesia adalah termasuk lapisan masyarakat yang lebih sejahtera.  Orang-orang yang bisa lebih menikmati enaknya hidup di Indonesia dengan berbagai kesempatan yang ada. Dan mudah sekali membenarkan kecurigaan bahwa banyak orang-orang keturunan Cina yang umumnya pengusaha, berkerjasama dengan para birokrat untuk melakukan korupsi di Indonesia.   Setengah Kebenaran tersebut, menelan setengah kebenaran yang lain. Bahwa banyak Cina yang tidak korup. Ahok bukan bagian dari Cina yang korup itu. bahwa Ahok tidak menghina Al-Quran. Bahwa Ahok orang yang keras anti korupsi. Bahwa Ahok adalah orang terdepan lawan cina-cina korup.

Dalam isu PKI, setengah kebenaran adalah bahwa PKI bukannya tidak punya sejarah gelap seperti peristiwa Madiun yang punya banyak korban rakyat jelata dan para kyai. Dan bukannya tidak punya banyak saham dalam kudeta Gestapu 1965. Bahwa PKI yang komunis adalah benci terhadap Islam dan agama, karena agama dalam ideologi komunis adalah candu masyarakat. Yang kemudian hanya menyebabkan ketertinggalan, keterbelakangan dan kemiskinan dalam masyarakat.

Setengah kebenaran lain, adalah penyembelihan masal pada banyak orang ( konon mecapai 1 juta ? ) pasca Gestapu 1965. Saya waktu itu adalah anak kecil saksi mata di Bangil Jatim ( tempat kakek saya )  yang ikut melihat beberapa pemuda membawa cindera mata kuping-kuping PKI yang baru disembelih malam sebelumnya. Setengah kebenaran yang lain adalah bahwa ada kemungkinan bahwa TNI AD ( Suharto ) adalah aktor dibalik penumpasan PKI dengan strategi mendorong percepatan  kudeta PKI yang sebetulnya belum begitu matang.

Adalah sama tidak adilnya menutup setengah kebenaran dari setengah yang lain. Para “pejuang” HAM ingin membuka kebenaran pembantaian manusia dan peranan TNI AD. Sebagian anak-anak PKI ingin “keadilan” . Sayangnya mereka tidak mau tahu dan atau tidak tahu setengah kebenaran dan setengah keadilan yang lain. Itulah sebabnya, saya rasa,  Taufik Ismail, anak seorang kyai, yang sudah sepuh saat ini sangat tidak bisa menerima hal ini.  Dan ketulusannya dipergunakan untuk menutup setengah kebenaran oleh politisi untuk kepentingan mereka. Taufik Ismail adalah ujud hati kaum Muslimin awam yang tahu betul setengah kebenaran itu.

Maka bisa jadi setengah kebenaran akan digunakan sebagai strategi politik untuk menelan politisi lain. Jokowi umpamanya. Dia diusung oleh PDIP yang punya sejarah PNI dan Bung Karno yang bisa saja dianggap dekat dengan PKI. Juga dengan sama sekali menghilangkan fakta bahwa PNI yang nasionalis adalah termasuk lawan kuat dari PKI.  Judulnya :  Jokowi memberikan kesempatan PKI untuk bangkit kembali. Kaum Muslimin awam tidak mungkin paham bahwa komunis adalah ideologi usang gagal yang sudah ditinggalkan oleh negeri2 semacam Cina dan Rusia. Yang belum mereka lupakan adalah bahaya PKI yang masih hidup belum bisa hilang disudut hati. Mengusik ingatan itu, adalah mengusik iman membela Islam, iman membela kyai, iman membela kebenaran Al-Maidah 51 yang absolut.

Tidak mudah menyadari betapa sulitnya mengelola demokrasi di negara plural seperti Indonesia. Itu menyebabkan tidak  mudahnya “bersikap proporsional dan realistis” dalam menilai situasi politis dan kepemimpinan di Indonesia. Kepemimpinan yang “tegas” serta-merta bisa dinilai sebagai sikap sewenang-wenang pada esok harinya. Semua orang seketika bisa koor bersama ngomong demikian dibantu media sosmed atau mulut-mulut yang berlindung dibalik kekebalan anggota parlemen atau anggota tentara. Sebaliknya kepemimpinan atau reaksi asymetrik yang biasa dilakukan oleh Jokowi, sikap yang tidak tergesa-gesa, sikap-sikap kepemimpinan yang tidak suka kegaduhan, sudah tentu membuat kebingungan orang2 yang lebih biasa dengan pakem-pakem tradisional seperti pada umumnya kita-kita ini.

Sikap proporsionil dan realistis adalah sikap yang tidak mudah tenggelam pada setengah kebenaran. Bila masing masing berpegang hanya pada setengah kebenarannya sendiri, maka kegaduhan tak terhindarkan dan perpecahan menjadi akibatnya.

abdhasan
abdhasan
Pecinta Buku
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.