Senin, April 29, 2024

Politik Menghibur: Debat Kandidat Pilkada Jawa Barat

M Yusuf
M Yusuf
Penikmat koran pagi. Alumnus Universitas Riau

Gagasan dalam tulisan ini saya buat ketika selesai menyaksikan acara debat kandidat pertama pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat yang diselenggarakan oleh KPU Jawa Barat dan disiarkan secara langsung oleh Kompas TV.

Acara debat kandidat yang dimoderatori oleh Rosianna Silalahi itu berlangsung tepatnya di Gedung Sabuga Kota Bandung selama lebih kurang 150 menit dan berlangsung cukup hangat sekaligus “meneduhkan”.

Selama ini dalam setiap tahapan dan proses penyelenggaraan pemilu khususnya pada tahapan debat kandidat, baik pemilihan kepala daerah sampai pada pemilihan presiden selalu berlangsung secara “menegangkan” lebih-lebih pendukung masing-masing paslon.

Hal ini dapat dilihat lazimnya pasca debat kandidat akan bermunculan pelbagai statement dari masing-masing pendukung khususnya di dunia maya untuk melakukan saling sindir, saling menjelekkan, dan tidak terkecuali terkadang terang-terangan “menghina” paslon lain yang secara tidak langsung akan memantik emosional antara pendukung yang satu dengan yang lainnya.

Akibatnya, perbedaan semakin menjadi jelas dan permusuhanpun sulit terelakkan. Inilah sebenarnya cikal-bakal konflik horizontal secara berkepanjangan dan tentunya sangat mengkhawatirkan. Bahkan mungkin ini juga menjadi alasan sehingga menyebabkan banyak orang berusaha menghindar dari segala bentuk kegiatan yang berkaitan dengan politik.

Perlu kita sepakati bahwasanya demokratisasi yang baik itu tidak melulu menuntut pada hasil yang diinginkan, akan tetapi juga mengharapkan terjadinya proses yang berkualitas. Intinya setiap tahapan dan proses pelaksanaan suksesi kepemimpinan harus ada pendidikan politik yang diberikan kepada masyarakat.

Pada tulisan ini saya tidak akan memaparkan tentang siapa saja paslon yang berkompetisi untuk menjadi pemimpin di Jawa Barat dan partai apa saja yang memberi dukungan terhadap masing-masing paslon tersebut. Namun, tulisan ini akan membahas dari sudut pandang yang berbeda, khususnya yaitu tentang konsep penyelenggaraan debat kandidat itu sendiri.

Pelaksanaan debat kandidat merupakan tahapan penyelenggaraan pilkada yang wajib dilaksanakan oleh seluruh KPU dan diikuti oleh masing-masing Paslon di daerah yang melaksanakan pilkada serentak tahun 2018. KPU Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Kompas TV menurut hemat saya telah berhasil berinovasi sekaligus menyuguhkan kepada publik bahwa politik itu tidak selalu “serius” dan pasti “menegangkan”.

Buktinya adalah dari beberapa sesi yang telah disiapkan untuk mengupas secara tuntas terhadap Visi Misi dari masing-masing paslon ada satu sesi yang cukup menghibur sekaligus cukup meneduhkan. Hal dimaksud adalah satu sesi sebelum acara debat kandidat ditutup yaitu sesi menampilkan kreativitas dari masing-masing paslon.

Pada sesi penampilan kreatifitas masing-masing paslon dari nomor urut 1, 2, 3 dan 4 ternyata sangat menghibur dan membuat suasana menjadi “adem”. Meskipun pada sesi sebelumnya mereka saling adu argument dan ngotot bahwa program merekalah yang terbaik akan tetapi itu hanya berlangsung singkat.

Bayangkan saja di atas panggung yang jelas-jelas adalah tempat untuk adu argumen sekaligus unjuk kebolehan dalam rangka merebut simpati masyarakat Jawa Barat itu, nyatanya mereka mampu terlihat sangat “cair” dan bersahabat antara satu dengan yang lain. Ketika salah satu paslon tampil dengan kreativitas yang telah disiapkan, paslon yang lain cukup menikmati dan bahkan ikut bergabung dalam suasana tersebut.

Pada fase ini, menurut hemat saya KPU Provinsi Jawa Barat cukup berhasil mematahkan stigma masyarakat lebih-lebih para pengamat politik yang setiap hari menyampaikan pernyataan dipelbagai program televisi bahwa pilkada kerap menjadikan suhu politik akan selalu memanas. Nyatanya tidak sepenuhnya demikian.

Sekali lagi ini jauh dari persepsi saya pribadi maupun (mungkin) pembaca yang menduga bahwa debat kandidat akan selalu mempertontonkan hal-hal yang membosankan sekaligus pasti akan memicu pendukung untuk semakin larut dalam fanatisme buta terhadap paslon yang mereka dukung, ternyata anggapan itu salah besar.

Kita tahu bahwa penampilan yang bersahabat dari masing-masing paslon pada acara debat kandidat tersebut tentunya sangat berkaitan dengan konsep acara yang dirumuskan oleh panitia, dalam hal ini KPU Provinsi Jawa Barat.

Sebuah apreseasi memang patut kita sampaikan, karena acara debat kandidat dengan tema besar mengenai hukum ,ekonomi, Pemerintahan Daerah dan infrastruktur itu berhasil dirumuskan dan terealisasi dengan konsep sedikit berbeda dari biasanya.

Terlepas dari apa yang mereka sampaikan dari masing-masing paslon, secara substantif pembedahan Visi Misi dan adu program sudah berjalan sesuai dengan mekanisme yang ada. Bahkan nilai plusnya ialah debat kandidat yang selalu identik dengan adu argument antara paslon satu dengan yang lainnya, tetapi pada debat kandidat paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat tersebut ternyata juga menjadi panggung hiburan.

Seoalah-olah ada pertunjukkan kesenian yang dapat mencairkan suasana antara satu sama lain. Tertawa lepas bukan untuk saling mengejek dan menjatuhkan, akan tetapi tertawa lepas karena mereka saling terhibur menikmati penampilan yang satu dengan yang lainnya.

Perlu diingat bahwa ini bukanlah pertunjukan Overa Van Java dan juga bukan acara Pesbukers, tetapi ini nyata adalah acara resmi debat kandidat Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat yang merupakan bagian dari agenda politik. Agenda politik yang selama ini selalu dianggap sebagai sesuatu yang membosankan.

Harapan masyarakat Indonesia khususnya di 17 Provinsi, 39 Kota dan 115 Kabupaten yang akan melaksanakan pesta demokrasi serentak tahun 2018, juga menunggu kreativitas dan inovasi dari masing-masing KPU daerah untuk mempersiapkan dan menampilkan konsep acara debat kandidat maupun tahapan pilkada serentak lainnya yang lebih menghibur dengan tanpa mengurangi substansi (sosialisasi) yang ingin dicapai.

Faktanya kompetisi politik ini cukup melelahkan dan cenderung “memanas”, jadi tidak ada salahnya jika diatur dengan konsep yang lebih santai dan bersahabat. Tujuannya adalah agar demokratisasi berjalan semakin renyah dan nyaman sehingga pada akhirnya juga akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang benar-benar mampu mewujudkan kemajuan sesuai yang diharapkan masyarakat.

Selanjutnya satu hal yang sangat penting adalah dengan cara dan konsep yang menghibur ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pemilih khususnya mereka yang memiliki sikap acuh tak acuh terhadap politik, dan pada akhirnya akan memperkuat legitimasi kepemimpinan paslon dalam menjalankan program kerja ketika mereka terpilih.

Kita masih dapat percaya bahwa politik itu masih memungkinkan untuk menghibur, tergantung bagaimana menyikapi dan berinovasi dalam menggerakkan sistem yang ada. Politik tidak harus melulu soal propaganda, kekuasaan dan urusan menang kalah, akan tetapi perlu kiranya mengikuti saran mbah Sujiwo Tejo agar politik diimbangi sejenak untuk berpuisi, berpantun ria bahkan juga ngelawak.

Mudah-mudahan hal-hal positif ini akan menjadi cikal bakal lahirnya politik garis lucu. Lantas apakah politik garis lucu ini benar-benar dapat menghibur? Kita lihat saja

M Yusuf
M Yusuf
Penikmat koran pagi. Alumnus Universitas Riau
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.