Kamis, Oktober 3, 2024

Polemik Punya Mobil-Ajakan Hidup Sederhana

Rinto Simorangkir
Rinto Simorangkir
Orang biasa yg bermukim di kaki Gunung Sinabung
Ronaldo Car's Buggati veyron

Banyak orang yang mendambakan ingin punya mobil. Tapi semuanya itu tergantung daripada kebutuhan kita masing-masing. Tapi banyak juga orang yang membeli bukan karena kebutuhan tapi karena keinginan mata. Ingin menunjukkan bahwa dia sanggup beli mobil yang wah ‘n wau. Ingin mendapatkan dan menunjukkan bahwa strata sosial lebih baik dari siapapun yang ada.

Keinginan tersebut juga diwujudkan ketika sudah memiliki satu mobil dan dikemudian hari berikutnya ternyata masih pengen tambah lagi. Tiada habisnya, sebab mungkin dia tidak tahu bagaimana caranya menghabiskan uang yang mungkin sedang berlimpah didapatnya.

Kebiasaan ini sering ditampilkan oleh artis-artis kita, ataupun para pengacara kondang. Dan oleh ahli psikologi menyatakan bahwa kebiasaan membeli mobil super mewah berkali-kali itu adalah suatu penyakit. Yakni penyakit social climber. Suatu penyakit, yang tidak bisa hidup dengan tidak menampilkan keglamouran dirinya. Selalu hidup dengan barang-barang yang branded, dan high class.

Bukan hanya artis maupun para pengacara kondang saja yang punya kebiasaan ini. Pesepakbola seperti Ronaldo-pun demikian adanya. Sebab kebiasaannya untuk selalu membeli mobil mewah didukung dengan pundi-pundi uang yang didapatkan sangatlah luar biasa. Dalam setahun dia bisa menghasilkan USD 80 juta.

Berikut sederetan mobil yang ia beli dan pamerkan. BMW M6, Bentley Continental GTC, Mercedes-Benz C-Class Sports Coupe, Porsche Cayenne, Ferrari 599 GTB Fiorano, Audi Q7, Ferrari F430, Porsche 911 Carrera 2S Cabriolet, Bentley GT Speed, Audi R8, Audi RS6, Maserati GranCabrio, Ferrari 599 GTO, Lamborghini Aventador LP 700-4, Porsche Cayenne Turbo , Mercedes-Benz C220 CDI, Bugatti Veyron, Aston Martin DB9, Phantom Rolls-Royce, Bugatti Veyron 16.4 Super Sport.

Sebagai gambaran, untuk melunasi satu unit Bugatti Veyron Sport Vitesse seharga US$ 2,5 juta (Rp 33,21 miliar), bintang Real Madrid ini hanya butuh waktu lima jam 15 menit dan 20 detik memainkan si kulit bundar. Artinya dia tidak akan merasa kehilangan uang untuk bisa memenuhi hobinya tersebut dalam mengoleksi mobil mewah yang ia taruh di rumah istananya.

Pastinya juga ketika ia sanggup untuk membeli mobil mewah dipastikan ia sanggup untuk melunasi juga segala pajak-pajak yang membebaninya. Terbalik dengan kondisi yang ada di Negara kita. Alih-alih ingin punya mobil mewah, tapi kewajiban untuk membayar pajakpun sepertinya tidak sanggup.

Oleh Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah DKI Jakarta Edi Sumantri mengatakan ada ribuan kendaraan mewah yang belum dibayar pajaknya di Jakarta. Tunggakan pajak mereka pun terhitung besar sampai di atas Rp 100 juta.

“Sekarang ada sekitar 1.700 unit kendaraan mewah belum bayar pajak dari total semua kendaraan mewah yang sekitar 4.000. Itu pajaknya rata-rata di atas Rp 100 juta,” ujar Edi di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (11/8/2017).

Termasuk Raffi Ahmad, Syahrini, bahkan pengacara kondang Hotman Paris, terindikasi tidak atau belum melunasi pajak kendaraan mobil mewah mereka. Tidak tahu beritanya sekarang, apakah mereka sudah melunasi beban hutang pajak mereka.

Fenomena di Jakarta memang unik mengenai kepemilikan mobil ini. Bukan hanya berita tentang penunggakan pajak. Banyak orang-orang di Jakarta yang nekat untuk membeli mobil, tapi tidak mempunyai garasi di rumahnya. Sehingga setiap malam, mobilnya diparkirkan dengan memakan setengah bahu jalan.

Kemudian ketika pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan untuk menarik mobil-mobil yang tidak punya garasi, mengalami pro dan kontra oleh masyarakat Jakarta. Pemerintah  memberikan solusi tempat yang baik untuk menampung mobil-mobil yang tidak punya garasi. Hal ini dilakukan sebagai upaya mereka dalam mengurangi kemacetan yang semakin hebatnya di Jakarta.

Padahal kebijakan peraturan tentang kepemilikan garasi sudah ada sejak tiga tahun yang lalu. Cuma pemerintah baru sekarang kembali untuk menegakkan aturan yang ada. Meskipun mobil terparkir di jalan di pemukiman warga, Dinas Perhubungan tetap akan menderek mobil tersebut. Sebab sudah mengganggu kenyamanan dari warga sekitarnya.

Banyak warga merasa tidak tahu tentang peraturan ini. Padahal untuk menerbitkan surat STNK kendaraan mobilnya, diwajibkan melampirkan surat pernyataan bahwa ia memiliki garasi di rumahnya. Kalau tidak ada, berarti STNK-nya tidak akan diterbitkan.

Akhir-akhir ini juga sedang terbongkar kasus pemalsuan STNK kendaraan berupa motor gede (moge) maupun mobil mewah. Terindikasi kerugian Negara mencapai 100 milyar lebih. Direskrimum Polda Jabar Kombes Pol Umar Fana mengatakan, sindikat palsu STNK palsu khusus motor dan mobil mewah ini telah beraksi selama lima tahun, sejak 2012. STNK palsu buatan sindikat yang dipimpin Urip itu, telah mencetak ribuan lembar dan dipesan oleh pemilik motor dan mobil mewah di seluruh Indonesia.”Anggota juga menyita 26 unit sepeda motor besar dan tiga unit mobil mewah. Semua kendaraan ini bodong, tidak membayar pajak dan hasil selundupan,” kata Umar di Mapolda Jabar, Kota Bandung, Selasa (12/7/2017).

“Asumsi kami selama lima tahun. Pengakuan para tersangka dalam satu tahun, mereka memproduksi 900-1.000 STNK. Tetapi dari data digital komuter tersangka, sindikat ini telah membuat kurang lebih 1.200 STNK palsu. Dengan asusmsi 1.000 lenbar, berarti dalam satu tahun negara kehilangan Rp5 juta dikali 1.000 STNK palsu dikali lima tahun, negara rugi Rp25 miliar. Ditambah dengan pajak lain yang tidak dibayarkan, kerugian negara akibat kasus ini mencapai ratusan miliar rupiah,” ujar Umar.

Melihat beberapa fenomena dan kejadian diatas, patutlah kita untuk mencermati gaya hidup kita bagaimana. Ketika memang kondisi keuangan kita mencukupi untuk membeli mobil, mari membeli dengan melihat kebutuhan kita bagaimana. Itupun kalau kita dipastikan sudah punya rumah dulu plus garasinya. Jangan hanya karena gengsi dan menunjukkan kebolehan kita, sehingga melanggar banyak aturan, bahkan mungkin mengakibatkan banyak hutang. Sebab gaya hidup kesehariannya tidak bisa dipenuhi lagi dengan pendapatan bulanan yang diterimanya.

Bagaimana mungkin bisa membayar pajak, ketika melakukan banyak kecurangan didalam kepemilikannya. Apalagi dengan yang namanya mobil mewah. Jangan sampai kita menderita penyakit social climber. Hanya supaya dikira orang kita adalah orang sukses hebat, kita rela menggadaikan kehidupan kita yang sebenarnya bisa hidup sederhana.

Lihat kehidupan pendiri Facebook, Marc Zuckenberg, orang yang hidup dengan apa adanya dan sederhana. Dia punya kesanggupan untuk membeli semua itu. Tapi tidak dilakukannya, sebab memang bukan itu tujuan hidupnya. Bukan gengsi-gengsian. Dan contoh-contoh orang yang kaya sangat, yang tidak pernah mau menonjolkan harta maupun kekayaan mereka.

 Mari hidup sederhana, dan jujur. Sebab ketika kita berani melakukan itu, tentunya kita sedang menjaga diri kita dari sasaran kejahatan. Disamping itu, kita juga pada akhirnya menunjukkan hidup yang penuh dengan ucapan syukur.

Rinto Simorangkir
Rinto Simorangkir
Orang biasa yg bermukim di kaki Gunung Sinabung
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.