Semenjak Walikota Surabaya dipegang oleh Tri Rismaharini dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Surabaya mendapatkan banyak penghargaan taraf nasional maupun internasional. Bahkan Surabaya menjadi kota terpilih untuk diselenggarakannya Konferensi UN Habitat pada tahun 2016.
Mulai menjamur pula pembangunan apartemen hingga ke perbatasan kota seperti Kecamatan Rungkut. Banyak pembangunan restoran luar negeri seperti Pizza Hut, Burger King, Mc Donald’s dan sebagainya, disertai pula dengan makin menjamurnya kafe dengan label Starbucks. Belum lagi dengan banyaknya Mall dengan berbagai barang yang dijual di dalamnya. Pusat kota Surabaya dipenuhi dengan Mall seperti Plaza Surabaya, Tunjungan Plaza, dan Grand City.
Kita dapat menemukan berbagai macam gerai kapitalis dijalanan Surabaya, tidak jarang pula pemudanya memulai bisnis start-up. Di salah satu daerah KKN Universitas Airlangga di Surabaya, Pemerintah Kota Surabaya memfasilitasi pengembangan UMKM dengan memberikan bantuan untuk P-IRT dan Sertifikat Halal (untuk makanan biasanya). Risma sangat mendukung penduduknya untuk mengembangkan iklim usaha dan mengajak investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Iklim investasi, seperti kata Jeffrey Winters dalam Power in Motion merupakan sejajaran kebijakan yang menjadi kepentingan investor, mudahnya adalah ramah investor. Hal paling utama yang biasanya dilakukan untuk membuat investor nyaman adalah mempermudah alur birokrasi untuk investasi. Investor asal Dubai pun masuk melalui perusahaan bernama Budget Petroleum menanamkan investasi di Surabaya sebesar 2,1 triliun rupiah.
Seperti yang dilansir oleh Republika.co.id (8/7/18), Risma berujar bahwa dengan masuknya investor dari Dubai tersebut, maka Surabaya telah membuktikan dirinya sebagai kota yang aman dan nyaman bagi investor. Ucapan Risma ini berimplikasi bahwa Surabaya memang didesain sebagai kota pertumbuhan investasi karena lemahnya sektor pariwisata alam di City of Works ini. Dampak dari masuknya modal kapital yang begitu besar ini bisa menjadi buruk apabila kebijakan-kebijakan pemerintah kedepannya akan didikte oleh capital controllers (pemilik modal).
Pembangunan apartemen dengan harga “terjangkau” mulai banyak di Surabaya, apakah pembangunan ini bersifat populis? Karena masih banyak daerah kumuh yang seharusnya bisa dibangunkan Rumah Susun, guna mengurangi kekumuhan tersebut. Yang bisa dijual oleh Surabaya sekarang, selain iklim ramah investasi adalah lahan yang bisa digunakan untuk apartemen, ruko atau perhotelan. Tidak jarang pembangunan bangunan vertikal ini mendapatkan perlawanan dari warga sekitar.
Kasus yang paling baru adalah Gunawangsa di Jalan Tidar. Kasus ini sebenarnya bukan penolakan terhadap pembangunan Apartemen Gunawangsa, namun adanya penggelapan dana oleh beberapa oknum. Seperti yang dilansir oleh suarasurabaya.net (30/10/18) yang mengutip CEO Gunawangsa, Triandy Gunawan bahwa kasus ini tidak terjadi pada pengembang lainnya agar terjaga iklim investasi yang baik. Penekanan pada iklim investasi memperlihatkan keberadaan investor yang semakin hari semakin bertambah di Surabaya.
Dalam pandangan administratif, menjamurnya pengusaha dan investor ini bisa membangun iklim yang kuat untuk kebijakan bercorak kerjasama privat dan publik (public-private partnership) dimana pelayanan publik bisa dilaksanakan oleh sektor privat, akan tetapi pertanggungjawabannya tetap pada pemerintah. Proyek semacam ini bisa terlaksana dengan baik apabila pemerintah tetap memberikan pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan pelayanan publik di lapangan.
Adapun pembangunan-pembangunan yang bercorak populis justru macet ditengah jalan seperti pembangunan ulang Pasar Turi pasca kebakaran. Seperti yang dilansir oleh suarasurabaya.net (12/9/18), Pasar Turi yang kabarnya akan dibangun ulang oleh pengembang bernama Henry J. Gunawan tak kunjung usai hingga sekarang, sehingga 12 September 2018 lalu, masyarakat melakukan aksi untuk kasus penipuan dan penggelapan yang dilakukan oleh Henry J. Gunawan yang bertanggungjawab atas pembangunan ulang Pasar Turi.
Kedua kasus diatas menandakan bagaimana mobilitas kapital berhasil dilaksanakan untuk kasus Gunawangsa dan gagal untuk kasus Henry J. Gunawan. Iklim yang ramah investasi akan bagus apabila masyarakat di sebuah wilayah sudah sejahtera dan tidak menghadapi pertarungan vertikal antara pengembang dan penduduk. Kasus yang tak kalah menarik dalam pembangunan di Surabaya adalah Waduk Sepat yang diikuti oleh berbagai elemen masyarakat melawan Ciputra.
Iklim ramah investasi ini tidak diimbangi dengan kemampuan untuk melakukan resolusi konflik yang cepat dari pemerintah, padahal investor membutuhkan respon cepat dari pemerintah untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan seperti diatas. Akan tetapi, Risma, karena lahir dari kalangan birokrat, termasuk cepat dalam menyelesaikan kasus-kasus antara pengembang dan penduduk Kota Surabaya.
Namun, pemerintah secara logis akan mengutamakan investor dan pengusaha karena mereka akan memberikan pemasukan terbanyak melalui pajak dari produk-produk mereka. Seperti yang diutarakan oleh Winters, ketika investor memilih untuk tidak berinvestasi, maka pembuat kebijakan tidak dapat memaksa mereka untuk berinvestasi. Untuk itu, Risma selalu menekankan untuk membangun Surabaya sebagai kota yang ramah investasi di berbagai media, agar angka investasi terus meningkat tiap tahunnya. Kalau Jakarta merupakan Ibukota, maka Surabaya adalah Kota Investasi yang penuh dengan mobilitas kapital.
Risma akan meninggalkan Surabaya dalam bentuk penuh perusahaan, bukan hanya industri konvensional (pabrik), namun investasi secara finansial maupun fisik. Bangunan seperti hotel, ruko dan apartemen adalah kunci pemasukan Surabaya masa kini. Kapitalisme, sebagai salah satu ideologi yang pragmatis dan fleksibel akan semakin berkembang, terutama di wilayah perkotaan yang membutuhkan banyak komoditas untuk pemenuhan hajat hidup penduduknya, mulai dari sandang pangan hingga tempat tinggal. Maka dari itu, mobilitas kapital tidak dapat dibendung hanya dengan teori-teori yang mengeksploitasi keadaan-keadaan naas dari manusia.
Sumber Gambar: Tribunnews Lampung
Referensi:
Winters, Jeffrey A. (1996). Power in Motion: Capital Mobility and The Indonesian State. Ithaca: Cornell University Press.
Kurnia, Dadang. 8 Juli 2018. Risma: Surabaya Layak Jadi Tempat Investasi Internasional. Republika.co.id. Diakses pada tanggal 9 Desember 2018. https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/18/07/07/pbhs9m335-risma-surabaya-layak-jadi-tempat-investasi-internasional.
Baskoro, Agung Hari. 30 Oktober 2018. Polemik Warga dan Pengembang Gunawangsa Tidar Bisa Lemahkan Iklim Investasi. Diakses pada tanggal 9 Desember 2018. http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2018/211974-Polemik-Warga-dan-Pengembang-Gunawangsa-Tidar-Bisa-Lemahkan-Iklim-Investasi.
Baskoro, Agung Hari. 12 September 2018. Pedagang Pasar Turi dan Korban Sipoa Gelar Aksi Bersama di PN Surabaya. Diakses pada tanggal 9 Desember 2018. http://kelanakota.suarasurabaya.net/news/2018/209498-Pedagang-Pasar-Turi-dan-Korban-Sipoa-Gelar-Aksi-Bersama-di-PN-Surabaya