Senin, Desember 9, 2024

Peristiwa Al-Harrah, Tragedi Pemerkosaan Massal

Herri Permana
Herri Permana
Ketua Yayasan Samiyah Amal Insani , sebuah panti asuhan yang berlokasi di Bandung.
- Advertisement -

Tragedi Al-Harrah adalah peristiwa pembantaian dan juga pemerkosaan massal yang dilakukan pasukan Militer Muslim yang dipimpin oleh Muslim bin Uqbah atas warga sipil Madinah yang merupakan kota suci dan juga kota Nabi. Tragedi Al-Harrah bermula dari Khalifah Yazid bin Muawiyah yang naik takhta menggantikan ayahnya Khalifah Muawiyah pada 682-686 Masehi.

Yazid meminta Sayyidina Husein bin Ali bin Abi Thalib cucu Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Zubair bin Awwam yaitu cucu dari Khalifah Abu Bakar serta Abdullah bin Umar yaitu putra dari Khalifah Umar bin Khattab untuk berbai’at mengakui dirinya sebagai Khalifah. Akan tetapi, usaha dari Yazid menemui jalan buntu, hal ini dikarenakan Yazid dianggap tidak layak menjadi seorang Khalifah.

Hal ini dikarenakan sekitar dua tahun pasca pembantaian di Karbala, sekitar pada tahun 63 Hijriah, sebagian dari penduduk Madinah diundang oleh Yazid ke istananya yang berada di Negeri Syam. Di sana para penduduk Madinah menyaksikan sendiri perilaku dan juga tindakan dari Yazid yang tidak menjalankan syariat dari agama Islam. Sehingga membuat masyarakat Madinah pada saat itu semakin yakin tidak mau membai’at Yazid menjadi seorang Khalifah.

Geliat itu menjadi pemicu dari terjadinya perang saudara. Melihat sikap dari penduduk Madinah, Yazid marah dan mengirim 27.000 orang pasukan penumpas dengan dipimpin oleh Muslim bin Uqbah untuk memadamkan gejolak api pemberontakan tersebut dan membuat masyarakat Madinah tunduk serta membai’at Yasid sebagai Khalifah.

Saat kabar keberangkatan dari pasukan Khalifah Yazid sampai kepada masyarakat Madinah, mereka membuat parit di sekeliling Madinah serta menyiapkan lokasi untuk mereka berlindung.

Di hari yang ditentukan, Muslim bin Uqbah dan pasukannya kemudian berkemah di Harrah yang terletak di sebelah timur Madinah. Karena itulah peristiwa ini di kenal dengan peristiwa al Harrah. Ini sesuatu hal menyedihkan karena Harrah adalah tempat ketika penduduk Madinah di tengah cuaca yang sangat terik berkumpul dan berdiri menunggu kedatangan Rasulullah ketika hijrah dari Mekkah.

Muslim bin Uqbah memberi waktu tiga hari kepada penduduk Madinah untuk menyerah. Dan pada hari yang ditentukan pasukan Muslim bin Uqbah memasuki kota suci dengan mudah melewati serta dapat melampaui parit yang di buat mendadak, dengan cara mereka mengelilingi parit tersebut dari belakang. Sehingga ini menyebabkan banyak nyawa melayang dan pada akhirnya tentara yang telah dikirimkan Yazid mampu memenangkan perang tersebut.

Di antara korban perang tersebut di antaranya ada 700 orang penghafal Al-Quran dan juga 80 orang sahabat Rasulullah yang turut terbunuh pada pertempuran tersebut. Bahkan yang menyedihkan adalah pada perang tersebut mengakibatkan sampai tidak ada yang tersisa dari Ahli Badr. Bahkan Abdullah bin Handzalah dan putranya ikut terbunuh pada peristiwa naas tersebut.

Tragedi Pasca Peperangan al-Harrah

Setelah kejadian yang mengerikan ini, Muslim bin Uqbah mengumpulkan masyarakat di Pusat kota dan kemudian berpidato di hadapan masyarakat yang dengan sengaja disisakan hidup meminta mereka agar mengakui Khalifah Yazid sebagai Khalifah yang sah, serta menegaskan kepada mereka bahwa masyarakat Madinah adalah budak dari Khalifah Yazid. Masyarakat Madinah di haruskan menjawab saat itu juga dan untuk orang yang melawan perintah tersebut akan langsung dipenggal di saat itu juga di hadapan orang banyak.

Karena kekejaman tersebut, sampai-sampai Muslim bin Uqbah dijuluki sebagai Musrif yaitu orang yang telah melampaui batas. Karena dampak dari tindakannya bukan hanya saat perang itu saja, namun lebih jauh lagi, setelah peperangan terjadi banyak orang yang masih menderita dan menanggung beban dari kejadian tersebut.

- Advertisement -

Ada yang lebih mengerikan daripada ribuan orang yang tumbang meregang nyawa. Kengerian itu sendiri dicatat oleh Ibnu Taimiyah di dalam Majmu’ Fatawanya. Sesaat setelah memenangkan peperangan, tentara Yazid yang pimpinan Muslim bin Uqbah tidak langsung pulang ke pusat pemerintahan. Mereka memutuskan untuk tetap tinggal di kota Madinah selama tiga hari. Selama mereka tinggal di Madinah itulah mereka melakukan kejahatan yang mengerikan.

Muslim bin Uqbah membuat pernyataan istibah atau suatu penghalalan terhadap kota Madinah. Penghalalan itu berupa dibebaskannya para tentaranya untuk melakukan pembunuhan massal terhadap warga Madinah, pengambilan paksa harta benda dengan dalih harta rampasan perang, serta memperkosa para Muslimah Madinah yang suci.

Ibnu Katsir, di dalam al-Bidayah wa al-Nihayah memberikan pernyataan mengenai kebenaran dari peristiwa sadis ini. Kekejian ini terjadi selama tiga hari. Hal ini disebutkan juga dalam catatan Ibnu Hisyam di dalam ‘Umadatu al Qari, dimana pasukan Muslim bin Uqbah bukan saja membantai penduduk madinah tapi juga melakukan hal-hal keji seperti mengeluarkan bayi dari janin ibunya, membunuh bayi, penyiksaan, perkosaan dan hal keji lainnya.

Peristiwa ini menjadi peristiwa pemerkosaan massal yang pertama kali terjadi di dalam sejarah Islam. Korban pemerkosaan saat itu benar-benar tidak pandang bulu. Mulai dari wanita yang sudah menikah, seorang gadis, anak kecil, bahkan di antara para Muslimah yang diperkosa tersebut ada sebagian yang bukanlah Muslimah biasa, namun merupakan istri dari sahabat Nabi yang masih hidup saat itu dan juga para tabi’in murid dari sahabat nabi Muhammad SAW yang sangat mulia.

Setelah perang ada ribuan Muslimah yang terpaksa melahirkan anak yatim tanpa mengetahui siapa ayahnya akibat peristiwa tersebut. Anak-anak tersebut kemudian dikenal sebagai Bani Harrah atau Awlad al Harrah

Dalam sejumlah hadist sahih yang diriwayatkan oleh Bukhori, Muslim, Ahmad dan Nasa’i disabdakan dari Rasulullah: “Barangsiapa yang meneror penduduk Madinah secara zalim, niscaya Allah akan mempertakuttinya dan akan ditimpakan kepadanya laknat Allah, malaikat danmanusia semuanya, dan Allah tidak akan menerima suau amal atau ganti daripadanya kelak di hari kiamat.

Para korban pembantaian keji Muslim bin Uqbah yang menurut para sejarawan mencapai lebih 10.000 orang sebagiannya dimakamkan di Al Baqi bersama dengan makam keluarga Nabi Muhammad saw, sebagai penghormatan kepada mereka. Seperti Saffiyah dan Attikah binti Abdul Muthalib (bibi Rasulullah saw), Abdullah bin Jafar dan Aqeel bin Abi Thalib (sepupu Rasulullah saw), istri-istri Rasulullah (kecuali Khadijah dan Maimunah), putri Rasulullah (Fatimah, Ruqqayah Zainab dan Ummu Kulthum), Ibrahim putra Rasulullah, Halimah pengasuh Rasulullah ketika kecil, Hasan bin Ali bin Abi Thalib cucu Rasulullah, dan lain-lain dll–

Sementara Muslim bin Uqbah sendiri kemudian wafat dalam perjalanan menyerang Mekkah, dan kedudukannya digantikan oleh Hasyim bin Numair. Peristiwa Al Harrah adalah tragedi yang menjadi sejarah kelam bagi para Muslim dan Muslimah di Madinah.

Herri Permana
Herri Permana
Ketua Yayasan Samiyah Amal Insani , sebuah panti asuhan yang berlokasi di Bandung.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.